Bangun Bisnis Kuliner dengan Para Disabilitas

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 09 Agu 2021 09:28 WIB

Bangun Bisnis Kuliner dengan Para Disabilitas

i

Moh Shobik, SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, Surabaya – Bagi Moh Shobik keterbatasan fisik itu hanya pendapat dan presepsi orang lain, terhadap kondisinya. Sebaliknya, dia selalu berpikir bahwa dia normal seperti orang lain dan bisa melakukan segala aktivitas yang dia suka. Pola pikir ini ternyata membuatnya tumbuh sebagai orang yang mandiri, tidak suka dikasihani, dan orang yang mampu bermimpi.

Shobik kini mampu membangun sebuah usaha kuliner dan kafe di Ketintang Madya, Surabaya. Tak hanya itu, Shobik bahkan berhasil mewujudkan cita-citanya, yaitu membuka lapangan pekerjaan untuk teman-teman disabilitas.

Baca Juga: KKP Dorong Ratusan UMKM Naik Kelas

Dari 17 karyawan yang dia bawahi, 15 di antaranya disabilitas seperti tuli, tuna wicara, dan tuna daksa, juga ada mantan narapidana. Masing-masing mereka menjadi juru masak, waiter, kasir, dan tukang parkir.

Tidak ada alasan lain bagi Shobik kala punya ide memperkerjakan disabilitas, selain karena dia pernah merasakan bagaimana susahnya dipandang sebagai orang yang punya keterbatasan.

"Saya merasakan sulitnya mencari pekerjaan. Semua perusahaan memiliki kriteria yang sebenarnya tidak masuk akal, misalnya harus sehat jasmani. Sehat jasmani yang seperti apa? Padahal setiap perusahaan itu diatur dalam undang-undang harus memperkerjakan sekian persen disabilitas," katanya.

Pengalaman pahit menjadi pelajaran bagi Shobik, dia pun membuka ruang pekerjaan kepada disabilitas yang benar-benar mau bersaing. Sebelum mendirikan kafe Mbok Kom yang terinspirasi dari nama sang bunda, Komsah, Shobik menjual bubur kacang hijau dengan gerobak serta berjualan kopi di warung.

Baca Juga: Kreasi Unik Vanilla, Siswi SD Kaliasin 1 Sulap Daun Sirih Jadi Kue Kering Lebaran

Itu terjadi sembilan tahun lalu, sebelum tabungannya terkumpul untuk mendirikan kafe seperti sekarang. Sama dengan alasannya pertama, memperkerjakan teman-teman disabilitas. Shobik hanya ingin memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak diterima masyarakat luas.

"Saya tahu rasanya ketika tidak diterima di kalangan masyarakat, bahan cemooh dan bully-an. Dan pada akhinya saya membuat kafe ini, ini adalah bentuk kemarahan saya," katanya.

Selain kafe, Shobik mengembangkan bisnis berjualan Bakso Batik produknya sendiri. Kini dia punya 10 gerobak di tambah 10 gerobak lagi yang akan datang minggu depan. Sebagian pekerjanya adalah narapidana, ke depan dia berencana membuka franchise dengan tenaga kerja disabilitas.

Baca Juga: Berkah Ramadhan, Pedagang Gula Aren di Lebak Beromzet Rp 50 Juta per Hari

Ada pesan penting yang Shobik sampaikan kepada teman-teman disabilitas atau non disabilitas. Bahwa keterbatasan itu tidak ada. Semua bisa dilakukan oleh siapa saja, tinggal mau atau tidak mau. Dsy2

 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU