Banyak Pedagang Setuju dengan Kebijakan Investor Pasar Turi Baru

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 17 Jul 2022 20:52 WIB

Banyak Pedagang Setuju dengan Kebijakan Investor Pasar Turi Baru

i

Suasana Pasar Turi Baru hari Sabtu dan Minggu (16-17/7/2022) yang mulai bergeliat didatangi beberapa pengunjung baik di lantai LG dan food court.

Juli 2022 ini, Investor Bersama Pemkot Surabaya, Beri Kemudahan Kepenghunian dan Sewa, yang Belum Pernah dilakukan Pengelola Pasar Grosir di Surabaya

 

Baca Juga: DJP Jatim 2 Gandeng Media untuk Tingkatkan Pencapaian Target Pajak

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Investor Pasar Turi Baru PT Gala Bumi Sejahtera, terus menghidupkan Pasar Turi Baru (PTB), yang dibuka oleh walikota Surabaya, Eri Cahyadi, Maret 2022 lalu. Untuk Upaya menghidupkan ikon pasar grosir terbesar di Asia Tenggara ini, ternyata tidak mudah. Antara lain karena 10 tahun lebih, gedung PTB yang lebih nyaman dan megah ketimbang pusat grosir PGS, di tanah milik KIA, sempat mangkrak.

Sampai akhir Juni lalu, pemilik stan yang sudah menempati pasar 6 lantai ini ditaksir baru 20-30%. Padahal, investor pasca meninggalnya Henry Jocosity Gunawan alias Cen Liang, sudah memberi toleransi kepada pemilik stan, agar membuka stan secara serentak, demi menggeliatkan roda ekonomi pasar grosir di Surabaya yang fonomental.

Tim Surabaya Pagi sejak Sabtu (16/7/2022) dan Minggu (17/7/2022), bergantian melongok ke dalam gedung yang berdiri 7 lantai itu. Bila dibandingkan awal bulan Juni 2022 lalu, terlihat parkiran motor yang terpakir di depan pintu masuk lebih ramai. Meski belum seramai dan sepadat di Pusat Grosir Surabaya yang berada di seberangnya. Akan tetapi mulai ada geliat dari para pengunjung yang ingin melihat lebih dalam di PTB.

Dari pantauan Surabaya Pagi, dari lantai LG, lobi area depan hampir seluruh stan yang buka sudah membuka dagangannya. Aneka dagangan didagangkan. Mulai pedagang barang pecah belah, pedagang alat rumah tangga, baju-baju anak, mainan anak, hingga perabotan Kasur dan mebelair.

Seperti salah satu pedagang yang berjualan baju anak di lantai LG, mereka dikerubutin para pembeli yang ingin membelikan anaknya. Terlihat juga beberapa keluarga juga mengajak anak-anak sekitar berusia 4-5 tahun. “Gak boleh kurang tah ini harganya?” tawar salah satu pembeli.  

Setelah terjadi tawar menawar, pedagang itu pun akhirnya melepas beberapa helai pakaian anak kepada pembeli itu. “Totale Rp 130 ribu ya bu,” jawab pedagang itu.

Tak lama menerima uang dari pembeli, penjual itu berucap syukur.  “Alhamdulillah, laris rek,” celetuknya sembari mengibas-ibaskan uangnya di dagangannya.

Surabaya Pagi pun bertanya, sudah terjual berapa helai. Pedagang itu menjawab singkat. “Lumayan pak. Iki tadi borong empat baju. Tadi yo onok sing tuku 10 baju gawe anak-anake. Wis alhamdulillah, laris,” katanya.

 

Mulai Bergeliat

Ia pun tak menampik, bulan Juli ini mulai ada peningkatan pendapatan setelah berjualan di PTB sejak Maret 2022 lalu. “Ada peningkatan. Tapi berharap nanti dengan banyak event disini, bisa lebih banyak yang datang,” kata pedagang pakaian anak di lantai LG.

Masih di lantai LG, pedagang baju gamis dan baju muslim, yang tidak ingin namanya disebutkan itu pun tak menampik, hingga minggu ke-3 Juli ini, geliat ekonomi di PTB mulai berangsur baik. Meski masih banyak pedagang yang masih belum mau membuka dagangannya di PTB.

“Sejak sosialisasi bulan lalu, sudah lumayan banyak yang buka sih pak. Banyak juga pengunjung yang datang. Entah hanya lihat-lihat atau ada yang belanja. Tapi beberapa teman disini, senang banyak yang terbantu ekonominya,” kata pedagang baju gamis dan baju muslim itu, saat berbincang dengan Surabaya Pagi, kemarin.

Hanya saja, tambahnya, tinggal konsistensi dari pengelola saja agar bisa lebih ikut meningkatkan pengunjung dan pembeli. Apalagi, bila ditanya kebijakan pengelola PTB, pihaknya mengamini.

“Yah semoga saja bisa ramai yah pak. Dengar-dengar memang pedagang disini mau buka H-2 nanti. Tanggal 28 gitu buka semua ya. Toh saya lihat, semua fasilitas disini memang sudah lebih baik dan pengelola sudah banyak melakukan perbaikan,” jelasnya.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Rencana Tambah 2 Rumah Anak Prestasi

Sama halnya juga penjual mainan di Lantai LG, pada bulan Juli 2022 ini, pendapatan di tokonya mulai berangsur ada peningkatan. “Sudah lumayan ketimbang bulan lalu mas. Kita disini memang juga terima jual online. Kalau ada yang tanya, yah diarahkan datang kesini,” jelalsnya.

 

Ajakan Pedagang Buka Stand

Sementara, ada salah satu pedagang eks TPS, yang meminta namanya tidak dikorankan, mengaku kalau pengelola sudah ada perbaikan berkat masukan dari beberapa pedagang. Hanya saja, dia berharap, pengelola memberikan bantuan promosi agar pembeli bisa datang ke PTB ini.

“Jujur yah, lek dibandingkan jaman Cengliang (mendiang Henry J Gunawan, red) dulu. Masih mending sekarang. Memang masih ada beberapa pedagang yang menolak. Tapi kalo kebijakan sekarang sih tak rasa, masih masuk akal. Cukup ngebantu. Tapi yah kalo bisa denda-dendanya ojok gede-gede. Dibuat cingli lah sama pedagangnya,” ujarnya.

Dirinya juga berharap semua para pedagang ikut membuka dagangannya. “Toh kalau buka semua, khan pasti berimbas pada semua pedagangnya. Makin laris. Gak kalah sama PGS,” lanjutnya.

Terkait kebijakan pengelola PTB, General Manager PTB Tedy Supriyadi, sempat menjelaskan bahwa pengelola selalu mengamodir kepentingan pedagang.  “Pengelola PTB (Pasarturi Baru) sekarang akomodatif. Kami telah menyetujui penerapan berbagai kebijakan sebagaimana disampaikan dalam acara sosialisasi buka serentak. Antar lain free Service charge bagi pedagang yang membuka sampai Desember 2022. Kita beri up-grade daya dan migrasi listrik. Termasuk penerapan denda tutup toko sebesar Rp. 50rb/hari apabila tidak buka,” kata Tedy Supriadi, yang dihubungi Surabaya Pagi, (30/6/2022) lalu.

 

Pengelola PTB Beri Kemudahan

Baca Juga: Jelang Lebaran, Disnakertrans Jatim Buka 54 Posko Pengaduan THR

Tedy sendiri meyakini, hingga deadline pada 31 Juli 2022 mendatang, para pedagang sudah akan membuka standnya secara serentak.

Tedy mengatakan jika sebelum 31 Juli sudah buka akan diberikan insentif. Pertama, bisa diberikan free service charge selama 6 bulan sampai bulan Desember. Kedua, bisa mengajukan pasang daya listrik upgrade dan migrasi listrik. Ketiga, kemudahan untuk mendapatkan modal kerja dan percepatan buka stan dan lainnya.

"Itu pilihan kepada masing-masing pedagang. Tujuannya agar Pasar Turi bisa cepat ramai dan buka serentak. Tapi kalau mereka belum bisa buka sampai dengan tanggal 31 Juli maka kami akan mulai memberlakukan kebijakan, yaitu mulai dikenakan service charge dan dikenakan denda sebesar Rp 50 ribu per hari. Turun, dari yang sebelumnya Rp 100 ribu kemudian ada usulan dari manajemen didiskon menjadi Rp 50 ribu per hari dendanya," jelasnya.

Solusi lain untuk service charge sendiri, Teddy menyebut pihaknya taat hukum. Kompensasi BPHTB untuk service charge sudah diputuskan melalui pengadilan niaga. Di mana dalam keputusan tertuang bahwa BPHTB dikompensasikan untuk service charge.

Teddy berharap dengan adanya sosialisasi ini bisa membuka mindset para pedagang. Khususnya yang belum buka stan untuk bisa segera memasuki stan untuk melakukan aktivitas berdagang. "Kalau masih kesulitan bisa menyampaikan ke manajemen dan mencari solusinya. Kita bantu pemasaran, disewakan, murah yang penting ada yang ngisi. Yang penting ada upaya untuk itu, ada usaha untuk segera membuka tokonya agar cepat ramai kembali," ujarnya.

Pihaknya juga sudah menyiapkan program pemasaran sampai dengan akhir tahun. Ada pun calendar event untuk menggenjot jumlah pengunjung yang akan masuk. "Sehingga sama-sama dua sisi. Dari pedagang didorong untuk buka, dari program promotion kita undang, datangkan pengunjung sebanyak-banyaknya. Terkait buku stan draf sudah disetujui oleh Pemkot, baik dengan bagian hukum maupun kejaksaan sudah menyetujui draf final buku stan. Saat ini sedang proses pencetakan, ini butuh waktu. Insyaallah bulan Agustus selesai kita mulai distribusikan kepada masing-masing pedagang," urainya.

Terkait dengan listrik, yang sempat diajukan keberatan oleh beberapa pedagang, pihaknya belum bisa mengubah operasional listrik menjadi sistem token atau pengisian di awal penggunaan melalui voucher. Sebab, sudah ada perjanjian dengan pihak PLN.

Terkait dengan minimal pemakaian 110 jam dengan biaya Rp 198 ribu/bulan pada setiap toko, Tedy pun menjelaskan bahwa itu terjadi karena semua pedagang ikut berkontribusi dalam pembiayaan listrik fasilitas gedung di luar toko. Misalnya, listrik pendingin gedung, lift, tangga eskalator, dan fasilitas gedung lainnya. Namun, jumlah nominalnya sangat sedikit. Karena itu, sistem gotong royong diberlakukan. Untuk meringankan beban pedagang, pihaknya kembali mengeluarkan kebijakan baru terkait listrik. Yaitu, pemberian subsidi kepada pedagang yang memiliki lebih dari satu stan. tim

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU