Berawal Trauma Dikeroyok, Yuliana Juarai Dunia Pencak Silat Junior

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 30 Mar 2021 09:42 WIB

Berawal Trauma Dikeroyok, Yuliana Juarai Dunia Pencak Silat Junior

i

Yuliana tengah berlatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar. SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Yuliana merupakan juara dunia Pencak Silat Junior 2018 di Songkhla, Thailand, pada bulan April lalu. Ketertarikan Yuliana menekuni olahraga pencak silat, bagi Yuliana, berawal dari trauma. Atlet asal Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), ini dulu kerap dikejar dan dikeroyok kakak kelasnya sewaktu masih duduk di tingkat sekolah dasar (SD).

Dari keinginannya hanya untuk membela diri, dia justru akhirnya mengikuti sejumlah kejuaraan silat. Ini tak lepas dari dorongan guru yang pertama kali melatihnya yang bernama Pak Masahnun. Kejuaraan pertamanya adalah Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (OS2N) tingkat Kabupaten, kemudian berlanjut ke tingkat provinsi pada tahun 2015.

Baca Juga: Pegiat Lingkungan yang Gencar Edukasi Para Milenial Blitar

Yuliana meraih juara pertama. Ketika itulah, dia mulai dilirik oleh pelatih Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) NTB yang berpusat di Lapangan Lawata, Kota Mataram, termasuk asrama para atlet juga di tempat itu. Para guru di SMP 2 Kuripan awalnya tak mau melepas Yuli untuk digodok dan dilatih di PPLP dengan pelatih berpengalaman.

Sebagai anak sulung, Yuliana harus tetap semangat. Dia pun memantapkan diri untuk tinggal di asrama PPLP. “Dia juga satu angkatan dengan Zohri. Sama-sama masuknya di PPLP sama Zohri hanya nasibnya yang tidak seberuntung Zohri kalau kondisi kehidupannya sama. Mereka sama-sama anak yatim, ayahnya Yuli meninggal sejak usianya 3 tahun,” kata Salabi, Pelatih PPLP khusus pencak silat, dikutip Selasa (30/3/2021).

Yuli menuturkan, ayahnya, Sahdi (47), meninggal dalam kecelakaan saat mengojek. Ketika itu, usianya masih 3 tahun. Untuk menghidupi dia dan adiknya, sang ibu, Sumaini (45), sehari-hari berjualan pelecing di depan rumah. Ibunya lalu menikah lagi dengan ayah tirinya saat ini, Suadi, dan memiliki dua orang adik dari pernikahan kedua ibunya.

Baca Juga: Punakawan Petruk Ajak Anak Cintai Lingkungan Hidup

“Saya berdoa dalam hati, ya Allah semoga saya juara agar bisa membiayai umrah ibu dan ayahnya. Saya baru buka sekarang setelah juara, tapi mungkin belum rezeki saya ya. Tetapi saya tak mengejar hadiah berlebih untuk berjuang bagi negeri ini, saya sangat bangga atas apa yang sudah Tuhan berikan,” ungkap Yuliana.

Yuliana sempat mengalami cedera di bagian kakinya dan menjalani terapi fisioterapi. Proses ini membuatnya ingin melanjutkan pendidikan ke jurusan fisioterapi Poltekes Surakarta. Biaya juga menjadi pikirannya.

“Dia itu cerdas. Ndak mau hanya menjadi atlet biasa. Dia mau menjadi atlet yang bermanfaat bagi atlet lainnya, juga menjadi ahli fisioterapi karena bagi Yuli banyak atlet yang butuh penanganan cepat yang harus dilakukan oleh mereka yang memahami atlet,” kata Salabi.

Baca Juga: Pantang Mundur Lestarikan Mata Air Hingga Jadi Lokasi Wisata

Walau berhasil meraih prestasi di ajang internasional, namanya tak tersentuh media hingga saat ini. Dirinya bahkan mengaku jika pulang dari Thailand hanya membawa piala, piagam dan medali saja. Dirinya hidup sederhana dengan orangtuanya. Ibunya membuka warung, sedangkan sang ayah adalah buruh serabutan.

Cita-cita Yuli sebenarnya sederhana, yaitu memberangkatkan kedua orangtuanya umrah. "Itu keinginan mau nabung, mau umrahin orangtua. Sebelum final saya semoga saya menang, saya mau kumpulin uang biar bisa umrahin orangtua," ungkapnya. Dsy5

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU