BI Jatim Beberkan Tantangan Ketahanan dan Keberlanjutan Sektor Pertanian

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 18 Mei 2023 15:21 WIB

BI Jatim Beberkan Tantangan Ketahanan dan Keberlanjutan Sektor Pertanian

i

Acara Jatim Talk di Hotel JW Marriott Surabaya, Selasa (16/5/2023). Foto: Diskominfo Jatim.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim berkolaborasi dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya menggelar Jatim Talk II di Hotel JW Marriot Surabaya pada Selasa (16/5/2023).

Kegiatan Jatim Talk kali ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman stakeholder daerah terkait urgensi penguatan sektor pertanian melalui hilirisasi, serta menjadi forum diskusi dalam merumuskan rekomendasi strategis yang implementatif terutama untuk wilayah Jawa Timur.

Baca Juga: Komisi B Desak Dinas Pertanian Jatim Maksimalkan Kualitas dan Fungsi UPT Hortikultura di Batu

“Di tengah upaya menjaga ketahanan dan keberlanjutan sektor pertanian di Jawa Timur, masih ada tantangan utama, yakni penurunan produksi dan produktivitas di tengah peningkatan permintaan, baik untuk konsumsi masyarakat, pakan ternak dan input bagi industri pengolahan," kata Kepala Perwakilan BI Jatim, Doddy Zulverdi.

Selain itu, Doddy juga menyebut pendapatan per kapita dan nilai tambah yang masih rendah, serta impor produk hulu-hilir pertanian yang masih tinggi.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim), Emil Elistianto Dardak, dalam arahannya menekankan perlunya strategi perbaikan di sisi hulu sektor pertanian untuk mengakselerasi agroindustri.

Peningkatan produktivitas untuk komoditas bernilai tambah tinggi, value added bagi petani, serta pengembangan kawasan industri, kata dia, menjadi kunci menuju percepatan hilirisasi pertanian, untuk semakin memperkuat Jawa Timur sebagai lokomotif perekonomian nasional.

Mantan Bupati Trenggalek itu menyebut bahwa program hilirisasi pertanian memang penting karena sektor pertanian memang menyumbang 10 persen lebih dari kinerja perekonomian, sedangkan terbesar yakni perindustrian menyumbang 30 persen.

“Namun pertanyaannya sekarang, apakah betul hilirisasi menjadi jawabannya. Kita ingin menilai dulu sebenarnya apa saja yang ditaman petani di Jatim. Nah setelah itu, kita temukan apa yang dilakukan petani sudah maksimal?” ujar Emil.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Terus Dongkrak Produktivitas Pertanian di Dalam Kota

Hingga saat ini, Jatim sudah cukup unggul dalam sektor pertanian bahkan menjadi salah satu lumbung pangan nasional, seperti produk gabah kering giling (GKG) pada 2022 yang menduduki peringkat satu dengan 9,69 juta ton, disusul produksi gula Jatim yang juga nomor satu di tingkat nasional dengan jumlah 1,19 juta ton.

Demikian pula di sektor peternakan, populasi sapi potong di Jatim per 2022 mencapai 5,07 juta ekor. Jauh di atas peringkat kedua yakni Jawa Tengah dengan jumlah 1.910 sapi potong, serta sapi perahnya 314.000 ekor. 

“Pertanyaannya, kalau tanam padi sudah jadi beras, jagung sudah untuk konsumsi dan pakan ternak, lalu tebu jadi gula dan mulai muncul ethanol, lalu hilirisasinya jadi apa?” ucapnya.

Menurutnya, saat ini pertanian ini terbentur pada kebijakan untuk menyukseskan swasembada pangan sehingga padi, tebu dan jagung harus tetap ditanam.

Baca Juga: Beri Solusi Absolut ke Para Petani, Cak Imin: Ngomong Pertanian Kuncinya Politik

"Dengan lahan yang terbatas ini, apakah berani menanam yang lain? Tidak sesederhana itu," ucapnya.

Di samping itu, program untuk mencapai swasembada pangan terkadang justru menekan kesejahteraan pelaku industri pertanian. Maka dari itu, perlu ada peta komoditas dan rumusan yang bisa membuat keduanya sama-sama tumbuh baik produktivitasnya maupun kesejahteraan petaninya.

“Pemerintah sendiri sudah terus mendorong ketahanan pangan dengan berbagai cara termasuk membagikan benih tetapi bukan yang untuk market upscale, lalu membangun bendungan untuk mengaliri sawah bahkan agar panen tiga kali setahun, tetapi dihitung masih enggak cuan untuk petani,” tutupnya. sb

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU