Biaya Perawatan 25 hari, (Bisa) Rp 80 juta

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 23 Jun 2020 21:53 WIB

Biaya Perawatan 25 hari, (Bisa) Rp 80 juta

i

Visual gambar by SP

Ini Pengakuan Dokter Rumah Sakit Rujukan Pasien Covid-19 di Surabaya. Sementara di Rumah Sakit Swasta, biayanya bisa Lebih

 

Baca Juga: DSDABM Kota Surabaya Akan Segera Tuntaskan 245 Titik Banjir di Surabaya

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Beredar informasi terkait biaya perawatan dari pasien kasus positif Covid - 19 mencapai puluhan juta di beberapa RS rujukan di Jakarta dan sudah tersebar di beberapa media sosial. Informasi tersebut kemudian ditanggapi serius oleh warga net yang kaget dengan nominal yang tertera, padahal sebelumnya Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan akan menanggung biaya perawatan pasien. Tim Surabaya Pagi yang dikoordinasi Raditya Mohammar Khadafi, dengan tim wartawan Byta Indrawati, Aditya Putra dan Septyan Ardyanto, selama empat hari sejak hari Jumat (19/6/2020) lalu mencoba melakukan penelusuran di beberapa rumah sakit rujukan di Surabaya. Undercover untuk melakukan pengecekan apakah benar biaya perawatan bagi pasien positif Covid-19 di RS rujukan di Surabaya bisa melonjak hingga puluhan dan ratusan juta?.

 Wartawan Surabaya Pagi menjumpai seorang tokoh Tionghoa yang disegani di Surabaya. Beberapa temannya memesan kamar inap di ICU beberapa Rumah Sakit Swasta di Surabaya, kelimpungan, karena tak ada ruang untuk pasien covid-19. Padahal dari urusan biaya, mereka tidak memasalahkan. Berhubung tak ada kamar rawat inap, ada yang isolasi mandiri dengan mengundang tenaga medis di rumahnya. Dan ada yang dirujuk ke rumah sakit luar Surabaya.

Sementara, dari hasil undercover di beberapa rumah sakit (RS) rujukan di Surabaya, beredar informasi bahwa pasien yang positif dan dirawat hingga sembuh, tidak dikenakan biaya apapun. Akan tetapi rincian biayanya yang ditagihkan ke pemerintah melalui Kemenkes RI, sangat rinci termasuk biaya APD masing-masing dokter dan tenaga kesehatan sehari-hari.

 

Ditanggung Pemerintah

Seperti diungkapkan salah satu dokter di RSUD dr Soetomo yang meminta namanya tidak dikorankan, sebut saja, dokter Makni. Saat dihubungi melalui telepon, Selasa (23/6/2020), dia membantah bila isu yang beredar kalau biaya di RS rujukan baik yang di RS lapangan atau ditempat RSUD dr Soetomo, mencapai puluhan hingga ratusan juta ditanggung oleh pasien yang positif Covid-19. Tetapi biaya pasien yang sudah positif ditanggung pemerintah.

Tetapi ia pun tak menampik, apabila biaya tagihan aslinya, andai saja dibayarkan ke pasien, bisa sampai puluhan juta rupiah. “Memang kalau disini, dibayari semua pemerintah mas. Tapi memang sih, kalau buka-bukaan, saya pernah lihat, contohnya, total biaya perawatan 25 hari saja, bisa mencapai Rp 80 jutaan. Detailnya saya lupa, cuma sekitar segituan.Itu untuk pasien positif dalam skala sedang. Bukan berat yang harus dipakai ventilator lho yaaa. Kalau berat pakai ventilator, bisa lebih yah,” jelas Makni.

 

APD juga Ditagihkan

Rincian tagihan apa saja bisa setinggi itu? Ternyata, tak hanya biaya-biaya medis dan asupan vitamin serta makanan tiga kali sehari. Melainkan alat pelindung diri (APD) level 3 yang dikenakan dokter dan perawat juga ditagihkan. “APD juga ditagihkan mas. Bahkan hingga detail seperti sarung tangan, kacamata, baju hazmatnya, sampai tetekbengeknya, banyak juga,” tambahnya.

Tapi sekali lagi, dokter Makni menegaskan, di RS rujukan, biaya tidak ditagihkan ke pasien tetapi ditagihkan ke pemerintah. “Makanya saya juga dengar, kalau pemerintah masih ada yang belum bayar tagihan-tagihan RS mas. Kadang kasian rekan-rekan ini. APD saja kekurangan. Kalau kurang, APD dijemur sendiri,” kata dokter perempuan yang berusia sekitar tigapuluhan ini.

Bahkan, dia menceritakan, sebetulnya beberapa rekan dokter juga sudah mengusulkan ke direksi RS, tetapi hingga kini, masih belum ditindaklanjuti lebih lanjut. “Mungkin di RS rujukan lain nasibnya juga sama mas,” kisahnya.

 

BPJS bisa di RS Swasta

Tak hanya dikisahkan oleh dokter Makni. Cerita sama juga dikisahkan dokter yang cukup senior yang meminta namanya juga tidak dikorankan. Sebut saja dokter Parjo.

Dokter Parjo menjelaskan bahwa biaya di RS rujukan khusus pasien positif, semua ditanggung pemerintah. “Tapi itu kalau yang punya BPJS yah mas. Semuanya ditanggung BPJS,” kata dokter Parjo, kepada Surabaya Pagi, saat dihubungi Senin (22/6/2020).

Bahkan, dia yang juga berpraktik di RS swasta di daerah Surabaya Barat menyebut, kalau di non RS rujukan, tagihan ditangguung oleh pasien. “Kalau di non RS rujukan, biaya ditanggung pasien. Jadi bukan semua biaya di semua RS ditanggung pemerintah. Tetapi di RS Swasta juga bisa ditanggung BPJS,” katanya.

Hanya saja, kendala di semua RS, sambung dokter Paijo, banyaknya dokter dan tenaga medis yang ikut terpapar Covid-19 ini karena kurangnya ruang skrining saat adanya pasien PDP dan positif berat. “Disinilah kurangnya mas. Kurang ada ruang skrining, kadang kita juga kuwalahan,” kata dokter Paijo. Intuk itu, dirinya bersama beberapa dokter lain sudah meminta ke RS untuk ikut memperhatikan nasib para tenaga medis dan dokter.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Minta Surveyor Gali Informasi untuk Atasi Kemiskinan

 

Banyak Biaya Tergantung Pasien

Terpisah, Kepala Humas RSUD dr Soetomo Surabaya, dr Pesta Marunung mengkonfirmasi jika biaya perawatan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 masih ditanggung oleh pemerintah.

"Sejauh ini biaya masih ditanggung oleh pemerintah. Kami masih belum pernah melakukan penagihan," ujar dr Pesta kepada Surabaya Pagi, Senin (22/6/2020).

dr Pesta juga mengatakan jika biaya yang dibutuhkan untuk perawatan masing-masing pasien berbeda satu sama lain. Hal itu tergantung dari kebutuhan perawatan dari pasien tersebut.

"Untuk biaya ya macam-macam, tergantung pada kondisi pasien. Yang jelas masih ditanggung oleh pemerintah," katanya.

Saat ditanyakan lebih lanjut mengenai biaya yang dibutuhkan untuk perawatan pasien dan besaran anggaran yang disediakan oleh pemerintah, dr Pesta menyuruh Surabaya Pagi untuk konfirmasi langsung ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur.  "Lebih lengkapnya monggo ditanyakan ke gugus tugas yang ada di grahadi saja," pungkasnya.

 

Klaim Biaya ke Kemenkes

Sedangkan, Ketua rumpun kuratif gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi yang juga Direktur Utama RSUD dr Soetomo, menjelaskan bahwa pasien yang benar-benar sudah terkonfirmasi Covid-19, khususnya di RS milik pemerintah, akan ditanggung oleh pemerintah juga. "Tidak dikenakan biaya, biaya pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit milik pemerintah itu ya ditanggung pemerintah. Jadi tidak benar kalau ada yang bilang bayar sendiri puluhan juta. Itu di swasta," ujar dr. Joni kepada Surabaya Pagi, Selasa (23/6/2020).

Baca Juga: DPMPTSP Kota Surabaya Target Capaian Investasi 2024 Rp40 T

Joni menjelaskan jika pihak rumah sakit yang ditempati untuk proses perawatan pasien Covid-19 tersebut dapat melakukan klaim langsung ke pihak kementerian kesehatan sesuai dengan prosedur yang ada.

Selain itu, dr Joni juga menambahkan jika sejauh ini belum ada kendala atau laporan mengenai proses klaim biaya dari pihak rumah sakit khususnya di Jawa Timur ke pihak Kemenkes.

Sama halnya juga di salah satu RS rujukan yakni RS Universitas Airlangga (RSUA), yang menegaskan kalau biaya perawatan semuanya ditanggung oleh pemerintah. Hal ini diungkapkan salah satu Tim gugus tugas di RSUA , dr. Alfian Nur Rosyid Sp.P yang dihubungi melalui sambungan telpon, Senin (22/6/2020). Ia menuturkan bila secara aturan yang diberikan oleh Kementrian Kesehatan bila seluruh biaya akan ditanggung oleh Kementrian Kesehatan terhadap rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan. "Aturannya ditanggung oleh kemenkes, itu diberlakukan untuk pasien yang positif dan dirawat di  rumah sakit-rumah sakit rujukan. Biaya saya tidak hafal, tergantung komponen pelayanannya. Karena setiap pasien berbeda-beda tergantung pelayanannya" terangnya.

Terkait biaya mahal, kata dr Alfian, bisa jadi itu bukan di RS non rujukan seperti RS Swasta. “Yang pasti di RS rujukan, dibiayai pemerintah semuanya,” jelasnya.

 

Pasien Sembuh di RSUA, 80 Persen

Disinggung kembali terkait dengan prosentase kesembuhan dalam satu hari pada pasien kasus positif yang dirawat, Dr. Alfian mengaku bila kesembuhan untuk setiap harinya tidak menentu.

"Tingkat kesembuhan di Rumah Sakit di hitunga per dwi mingguan, datanya bisa sampai 80% sembuh. Kalau sembuh untuk setiap harinya tidak tentu, karena gelombangnya berbeda-beda masuknya. Akhir-akhir bila 50% belum sampai" tandasnya.

Tim juga mencoba menghubungi Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita. Namun Tim Surabaya Pagi belum mendapat konfirmasi mengenai dana pembiayaan pasien kasus positif serta data prosentase kesembuhan di tingkat Kota Surabaya. adt/tyn/byt/cr1/rm

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU