Bila Airlangga Dilengserkan, LBP Berpeluang Pimpin Golkar

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 13 Mei 2022 18:59 WIB

Bila Airlangga Dilengserkan, LBP Berpeluang Pimpin Golkar

i

H. Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Sejak isu perselingkuhan dengan seorang ibu rumah tangga Rifa Handayani, posisi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, terus digoyang. Konon ada kubu di internal Golkar yang menghembuskan aroma Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), untuk mencari elite politik yang bisa gantikan anak mantan menteri Orba, Ir. Hartarto.

Ir. Hartarto Sastrosoenarto, nama lengkap ayah Airlangga Hartarto. Ia pernah menjadi Menteri Perindustrian Kabinet Pembangungan VI, Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi Kabinet Pembangunan VI. dan terakhir Menteri Koordinator Pengawasan dan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Kabinet Pembangunan VII.

Medio 2019, Airlangga menggantikan posisi Setya Novanto di tengah jalan. Tapi masa jabatannya tetap akan berakhir pada saat Musyawarah Nasional (Munas) Golkar Desember 2019.

Baca Juga: NasDem Persoalkan Pidato AHY, Demokrat Bentengi Anak SBY


Dalam Munas 2019, ia bersain ketat dengan Bamsoet dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar.

Sejarah politik era Jokowi, Airlangga sendiri meski menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini gagal menaikan elektabilitas Partai Golkar jelang pemilu legislatif 2024. Selama kepemimpinannya, tak tampak ia memunculkan kader-kader muda Golkar berkiprah di eksekutif. Malahan kadernya di legislatif, Azis Syamsudin terjerat kasus korupsi.

Padahal ia mendapat dukungan dari kubu Aburizal dan Agung Laksono . Tapi tanda tanda memberikan penguatan kepada kader-kader muda masih belum tampak. Termasuk di provinsi Jawa Timur.

Catatan peristiwa politik saya, sampai tahun 2022 ini Golkar tidak memperhatikan kader-kader muda untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan partai. Praktis kursi Ketua Partai Golkar sejak masih bernama Golongan Karya, selalu didominasi kader tua ketimbang elite muda.

Nasib kepemimpinan Partai Golkar seperti ini memperkokoh statusqou kepemimpinan partai jadul bersama PPP dan PDIP.

Sampai kini, dua partai ini terus dipimpin politisi politisi tua. Sama seperti Gerindra. Juga NasDem dan PKB, tetap dipimpin generasi “sepuh” seperti Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar. Meski Cak Imin, panggilan Ketua Umum PKB, usianya lebih muda ketimbang Surya Paloh.

Sejarah politik yang saya catat, baru Partai Demokrat yang telah berani melakukan regenerasi dari SBY ke AHY.

Regenerasi “internal” di Partai Demokrat lebih menunjukan keberanian di sebuah partai politik dinasti. Misal PDIP yang lebih dulu mencitrakan parpol “keluarga” sampai kini belum ada keberanian dari Megawati mengestafetkan ke Puan Maharani. Apalagi di Partai Golkar yang lebih dikenal partai kroni.

Prediksi saya, bila isu pendongkelan Airlangga Hartarto, memang terjadi, penggantinya menurut saya tak jauh jauh dari kroni mantan “penguasa” Golkar . Mereka Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla dan Agung Laksano. Empat elite partai yang sudah sepuh-sepuh ini bisa jadi menjagokan Luhut Binsar Panjaitan, ketimbang elite lainnya.
Bagaimana konstalasi politik bila LBP benar menggantikan Airlangga?

Prediksi saya, partai Golkar akan bersaing menghadapi PDIP. Kalkulasi di atas kertas, Partai Golkar pimpinan LBP bisa ungguli PDIP. Kalkulasi ini saya mengacu pada power LBP yang full power. Ya kekuasaan, dana dan jaringan. Tapi bisa juga LBP jadi bulan-bulanan rakyat. Indikasi ini saat kasus mafia minyak goreng, LBP diserang habis-habisan oleh sejumlah kader PDIP.

Terutama Masinton Pasaribu. Apalagi bila Jokowi tak bisa “kelola” Jaksa Agung ST Burhanuddin. Bisa jadi Jaksa Agung akan menangani orang dekat istana yang punya power full dalam pengelolaan minyak goreng. Perhitungan saya ST. Burhanuddin, akan dikelola Megawati, karena Jaksa Agung sekarang adalah adik kandung tokoh PDIP Jawa Barat, Mayjen (Purn) Tubagus Hasanuddin.

Terlepas adanya suara santer yang terdengar sampai di Surabaya, Megawati dan LBP, bersaing mempengaruhi kekuasaan Jokowi, persaingan dua tokoh gaek ini bila meruncing, bukan tak mungkin kekuasaan tahun 2024 dipegang oleh koalisi baru. Bisa poros non PDIP dan Golkar. Siapa? Wait and See. Saat ini dinamika politik jelang pendaftaran pemilu 2024 pada pertengahan tahun 2022 ini masih panas dingin. ([email protected])

Baca Juga: Pemilu Ulang tanpa Gibran, Ulangan Kekecewaan Kita

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU