Home / Peristiwa : Penyakit Mulut dan Kuku pada Sapi di Jatim

Bisa Menular ke Manusia?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 09 Mei 2022 19:26 WIB

Bisa Menular ke Manusia?

i

Gubernur Khofifah saat terjun langsung ke peternakan di Lamongan yang sapinya banyak terjangkit PMK

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kasus Penyakit mulut dan kuku (PMK) menyerang ribuan hewan ternak di Jawa Timur. Gubernur Khofifah Indar Parawansa melakukan sejumlah langkah gerak cepat dalam memutus mata rantai penularan virus ini.

Penyakit ini disebut menyebar melalui lendir dan angin. Untuk itu, penyebaran virus ini pun cukup cepat. Lalu, bagaimana ciri-ciri hewan ternak yang terjangkit PMK?

Baca Juga: Hanya 130 Juta, UPT Keramik di Malang Perlu Dukungan Pemprov Jatim

Tanda klinis penyakit PMK di antaranya demam tinggi, mulai 39 hingga 41 derajat celcius, lalu keluar lendir berlebihan dari mulut hewan ternak dan berbusa. Sebagian masyarakat khawatir penyakit ini menular ke manusia layaknya Covid 19 yang berasal dari pasar hewan di Wuhan, China. Namun hal ini dibantah  Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin. Menurutnya, penyakit mulut dan kuku yang menyerang ribuan hewan ternak di Jawa Timur sangat jarang menular ke manusia.

"Kami sudah diskusi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/OIE) bahwa penyakit mulut dan kuku dominan di hewan, hampir tidak ada yang loncat ke manusia," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara virtual yang diikuti dari YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin (9/5/2022) sore.

Budi mengatakan, penyakit mulut dan kuku yang dilaporkan menyerang sedikitnya 1.247 ekor ternak sapi Jawa Timur berbeda dengan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang ditularkan hewan kalelawar ke manusia. Pun dengan flu babi dan flu burung.

"Kalau penyakit mulut dan kuku memang adanya hanya di hewan yang berkuku dua. Sangat jarang yang loncat ke manusia. Jadi tidak usah khawatir dari sisi kesehatan manusianya," katanya.

Budi mengatakan, penyakit mulut dan kuku memang sangat menular di hewan. "Tapi sekali lagi, di manusia masih sangat jarang," katanya.

"Ini berbeda dengan mulut dan kuku pada anak," katanya.

Sementara itu, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyakit mulut dan kuku atau Foot and Mouth Disease (FMD) bukan masalah kesehatan masyarakat, dan sepenuhnya masalah kesehatan hewan.

"Memang pernah ada laporan penularan pada manusia, seperti misalnya disampaikan European CDC pada 2012 yang berjudul 'Transmission of Foot and Mouth disease to humans visiting affected areas', tetapi itu adalah sangat jarang dan hanya terjadi pada mereka yang betul-betul kontak langsung," katanya.

Menurut Tjandra penyakit mulut dan kuku pada hewan yang dihubungkan dengan penyakit tangan kaki dan mulut (PTKM) (Hand Foot Mouth Disease/HFMD) pada anak dan bayi adalah pernyataan keliru. "Ke duanya tidak berhubungan sama sekali, dua penyakit berbeda, penyebabnya juga virus yang berbeda," katanya.

Penyakit tangan, kaki dan mulut pada anak dan bayi, kata Tjandra, disebabkan oleh enterovirus 71, sementara penyakit mulut dan kuku pada hewan disebabkan Aphthovirus, yang merupakan bagian dari Picornaviridae, dan ada tujuh strain yakni A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1.

 

Karantina

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Pastikan Kebutuhan Dasar Terpenuhi dan Masyarakat Terlindungi

PMK telah ditemukan di empat kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Penyakit menular ini telah menyerang sekitar 1.600 ekor ternak sapi di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto.

Gubernur Khofifah menyampaikan PMK yang merebak saat ini merupakan penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100%.

"Namun, yang perlu kita ketahui bersama penyakit ini tidak menular ke manusia, melainkan menular ke sesama hewan saja," jelasnya.

Khofifah mengimbau, para pemilik maupun peternak untuk mengisolasi serta mengkarantina seluruh hewan ternak yang terjangkit maupun yang masih sehat. Ini untuk memberikan proteksi sehingga penularan pada wabah ini bisa dikendalikan mulai dari kecamatan.

Menurutnya, karantina bisa dilakukan mulai dari kecamatan atau desa yang memiliki kandang hewan ternak yang jaraknya berdekatan. Alasannya, penularan virus PMK ini bisa terjadi lewat udara atau airbone yang mirip dengan COVID-19.

Diharapkan, kecamatan yang tidak terkonfirmasi positif PMK juga melalukan upaya karantina dan isolasi terlebih dahulu. Jangan sampai ada interaksi antara ternak yang terkonfirmasi positif dengan ternak yang masih sehat.

"Melalui karantina dan isolasi seperti ini, kita bisa perkirakan jarak atau radius dari udara yang bisa membawa virus ini sejauh mana. Sehingga penularannya bisa dikendalikan," urainya.

Baca Juga: Pemprov Jatim Siap Bantu Rekonstruksi Bangunan Terdampak Gempa

"Saya minta agar hewan ternak seperti sapi-sapi yang terkena wabah PMK atau yang belum segera diproteksi dengan cara tidak dibawa keluar kandang terlebih dahulu. Kalau penyebarannya melalui transmisi udara, maka hewan yang di dalam jangan keluar dan hewan yang dari luar jangan masuk ke dalam. Pola pencegahan ini mirip dengan penanganan COVID-19," tambah Khofifah.

 

Pasar Hewan

Sementara salah satu peternak di Lamongan, H Supar menceritakan penyakit ini ditularkan salah satu sapi yang dibelinya di pasar hewan. Akhirnya, penyakit ini merembet ke 53 sapi miliknya. Sapi-sapi ini memiliki gejala khusus.

"Gejala awalnya seperti pincang, terus seperti keluar lendir berlebihan dari mulut disertai busa, terdapat pula luka-luka menyerupai sariawan pada rongga mulut dan lidah, tidak makan, luka pada kaki dan disusul kuku mengelupas," jelas Supar mengungkap gejala awal yang dialami hewan ternaknya.

Saat terjangkit PMK ini, aku Supar, semua sapinya mengalami penurunan nafsu makan dan sulit berdiri. Selain itu, sapi menjadi sering gemetar, nafas cepat, dan berangsur menurun berat badannya. Kini, Supar berharap pengobatan melalui jarum suntik yang dilakukan tim kesehatan hewan kabupaten dan provinsi bisa membuahkan hasil dan semua ternaknya kembali sehat.

"Semoga saja setelah penyuntikan ini sapi-sapi menjadi sehat kembali," harapnya. jir,ham,ana

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU