BKKBN Jatim Gandeng FKM UNAIR Tekan Angka Stunting

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 10 Nov 2020 19:28 WIB

BKKBN Jatim Gandeng FKM UNAIR Tekan Angka Stunting

i

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukaryo Teguh Santoso menandatangani kerjasama antara FKM UNAIR di Aula Sumarto Gedung FKM Universitas Airlangga,Surabaya. SP/PATRIK CAHYO

SURABAYAPAGI, Surabaya - Provinsi Jawa Timur masih menyumbang angka stunting sebesar 27 persen di Indonesia. Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur memiliki target untuk menurunkan angka stunting pada tahun 2024 sebesar 10 persen. Untuk itu, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur berkolaborasi dengan berbagai mitra, salah satunya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan visi dari BKKBN untuk  mewujudkan masyarakat tumbuh seimbang dengan tagline baru dua anak lebih sehat (dahsat). Total Fertility Rate (TFR) Jawa Timur saat ini adalah 2,1 sedangkan nasional 2,4. Pada tahun 2024, TFR Jawa Timur ditargetkan di angka 1,8. Sementara unmet need yang masih tinggi yaitu diatas 10 persen sedangkan target di tahun 2024 adalah 7,5 persen.

Baca Juga: Adventure Land Romokalisari Surabaya Ramai Peminat Wisatawan Luar Kota

“Di masa pandemi ini, Drop Out KB naik sangat drastis. Data September 2020, di Jatim Drop Out KB mencapai 11.93 persen dan angka kehamilan semakin meningkat,” kata Teguh dalam sambutannya pada acara Penandatanganan MoU Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur di Aula Sumarto Gedung FKM Universitas Airlangga.

Teguh menambahkan hamil memang hak setiap wanita namun yang menjadi perhatian apakah ini kehamilan yang direncanakan dan diinginkan atau jangan-jangan kehamilan yang tidak diinginkan. Bila angka kehamilan yang tidak diinginkan tinggi ini sangat berpotensi terjadinya stunting.

“Padahal, Program Prioritas Nasional yang memiliki empat program prioritas, salah satunya adalah penanggulangan stunting,” tegas pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat.

BKKBN_Jatim_(5)BKKBN_Jatim_(5)

Untuk menyukseskan Program Prioritas Nasional tersebut, sambung Teguh pihaknya melakukan kolaborasi dengan berbagai Perguruan Tinggi baik Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Jawa Timur.

Ditempat yang sama, Dekan FKM UNAIR, Santi Martini mengungkapkan kerjasama antara FKM UNAIR dengan Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur mulai dari karyawan BKKBN yang menjadi dosen tamu, PKL Mahasiswa di Kantor BKKBN, KKN tematik di Kampung KB yang baru adalah penelitian dengan menggunakan data sekunder dari BKKBN serta publishing jurnal.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Gelar Halal Bihalal

“Tri Dharma Bakti Perguruan Tinggi adalah Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Untuk Pendidikan dan Penelitian sudah dilakukan maka saya harapkan Kerjasama kedepan lebih mengarah ke Pengabdian Masyarakat,” ungkap Santi.

FKM UNAIR, jelas Santi akan siap membantu apa yang dibutuhkan oleh BKKBN, misalkan tentang validitas data stunting yang dibutuhkan oleh BKKBN, FKM UNAIR bersedia membantunya. Salah satu caranya dengan membentuk surveillance stunting.

BKKBN_Jatim_(4)BKKBN_Jatim_(4)

Masih menurut Santi, saat ini kerjasama yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah Pentahelix yaitu akademisi, bisnis, komunitas, pemerintahan, dan media untuk mencapai peningkatan dan percepatan pembangunan dalam hal ini penanggulangan stunting.

Baca Juga: Dispendik Surabaya Pastikan Pramuka Tetap Berjalan

Sementara itu Kepala Pusat Penelitian dan Kependudukan BKKBN, Indra Murty Surbakti mengatakan BKKBN memiliki data yaitu SKAP dan SDKI yang bisa digunakan oleh akademisi untuk melakukan penelitian khususnya penelitian terkait kependudukan dan keluarga berencana.

“Kami berharap BKKBN dengan akademisi ini saling melengkapi khususnya untuk penelitian dengan isu Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana,” jelasnya.

Indra juga menambahkan pihaknya juga tengah Menyusun dan mengirim beberapa proposal tentang stunting ke Lembaga Riset Nasional dan berbagai Lembaga Riset Internasional. Sebab, masalah stunting menjadi pekerjaan rumah yang harus mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak agar jumlah stunting di Indonesia bisa ditekan. Pat

 

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU