Bos Injourney: Masyarakat Indonesia Kurang "Piknik"

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 13 Des 2022 13:19 WIB

Bos Injourney: Masyarakat Indonesia Kurang "Piknik"

i

Ilustrasi. Foto: Shutterstock.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia termasuk dalam daftar orang-orang yang kurang piknik atau liburan. Hal ini berdasarkan data World Tourism Organization (UN-WTO) yang dirilis pada 2019 silam.

Direktur SDM dan Digital InJourney Herdy Harman mengatakan, rata-rata penduduk Indonesia melakukan perjalanan wisata domestik hanya 2,6 kali dalam setahun .

Baca Juga: Luhut Tekankan Pentingnya Bekerja Sesuai dengan Kapasitas agar Tidak Ada Proyek Mangkrak

"Indonesia itu penduduknya termasuk yang jarang piknik. Dalam setahun data United Nation World Tourism Organization 2019 rata-rata setahun penduduk Indonesia cuma 2,6 kali bepergian, compare jauh dengan masyarakat dunia lainnya," kata Herdy di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (12/12/2022).

Jumlah tersebut dinilai jauh dari negara-negara seperti Malaysia, China, dan Jepang. Adapun Malaysia tercatat berpergian 10,3 kali dalam setahun, China 5,7 kali, dan Jepang 4,7 kali dan Thailand 3,6 kali dalam setahun.

Posisi Indonesia lebih unggul dibanding Vietnam 1,7 kali, India 1,1 kali dan Filipina 1,0 kali.

Baca Juga: Setahun, Jatim Kantongi Rp487 Triliun dari Pariwisata

Padahal, Indonesia memiliki pariwisata yang potensial untuk dikunjungi. Oleh karena itu ,InJourney bersama Kementerian Pariwisata terus mendorong agar wisatawan domestik bisa dimaksimalkan.

"Sehingga memang ini pantes ini di push untuk mempromosikan bangga berwisata di Indonesia dan lainnya," ujarnya.

Baca Juga: Dongkrak Perekonomian, Pemkab Malang Dorong Desa Optimalkan Potensi Wisata

Herdy berharap, dengan masyarakat Indonesia gencar piknik di dalam negeri, maka angka per penduduk bisa lima kali perjalanan. Angka itu, hampir sama dengan angka perjalanan di China yang melebihi lima kali perjalanan per penduduk.

"Itu berdasarkan simulasi yang menunjukan peningkatan hingga 5 kali akan mendorong dampak ekonomi langsung di kisaran Rp3.281 triliun atau setara 18,4% dari PDB nasional" pungkasnya. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU