Bosan Merantau, Kini Sukses Berbisnis Kerupuk Singkong 'Ewong'

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 04 Nov 2020 09:55 WIB

Bosan Merantau, Kini Sukses Berbisnis Kerupuk Singkong 'Ewong'

i

Muhammad Ishak Abdul Aziz. SP/ Desy

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Muhammad Ishak Abdul Aziz adalah seorang pengusaha Kerupuk singkong “Ewong” yang ia kembangkan dan inovasi hingga mampu menembus pasar regional.  Penjualannya mampu menjangkau di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat.  Produk Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) ini diproduksi sejak tahun 2000.  “Kami beri nama Ewong, karena memang sesuai nama Dusun kami,” kata Ishak.

Bisnis itu bermula saat Ia merasa bosan karena terus merantau dengan hasil yang masih dibilang kurang. Karena menurutnya bertahan di desa tanpa pekerjaan jelas, sama halnya merawat kemiskinan.

Baca Juga: Mantan Pecandu Narkoba Bangkit Jadi Motivator Rehabilitasi

 Bagi pemuda berpendidikan rendah seperti dirinya, profesi apalagi yang terbuka kecuali kuli bangunan di Jakarta. Pekerjaan itu ia lakoni bertahun-tahun hingga membuatnya jenuh.

 Tenaga terkuras habis, namun uang tak pernah terkumpul dari hasil pekerjaan tersebut. Ishak mulai berpikir, bagaimanapun caranya, ia tak harus merantau, namun beroleh penghasilan dari rumah di desa.

 Di tengah kegalauan hidupnya, Ishak melihat potensi panen singkong yang melimpah di desanya. Sementara harga singkong selalu jatuh setiap kali panen raya. Ia berinisiatif mengolahnya untuk meningkatkan nilai jual produk itu.

Tahun 2000, Ishak mengikuti pelatihan pembuatan kerupuk di Malang Jawa Timur sambil menimba ilmu agama di Pondok Pesantren.

Keahlian itu lantas ia aplikasikan di kampung halaman. Ishak menyulap sebagian ruang tempat tinggalnya yang kecil menjadi tempat produksi dengan alat sederhana.

Bahan baku untuk membuat kerupuk tersebut memang berasal dari singkong (ketela). Namun karena cara mengolah dan memasaknya diberi bumbu khusus, maka citarasa kentang akan muncul. “Makanya kerupuk kami dikenal dengan istilah kerupuk singkong rasa kentang,” ujarnya.

Baca Juga: Pegiat Lingkungan yang Gencar Edukasi Para Milenial Blitar

Mengenai pemasaran, Ishak mengaku tidak mengalami hambatan. Pasalnya para pembelinya langsung datang ke rumahnya dengan memesannya, sehingga Ishak tinggal mengirim ke alamat para distributor. Respon pasar terhadap kerupuk mentahnya ternyata bagus. Kerupuknya diakui enak dan renyah.

Berkat kegigihan Ishak, usahanya terus berkembang seiring dengan naiknya permintaan. Karena itu, Ishak bisa merekrut banyak pemuda dan ibu rumah tangga di desanya untuk bekerja di pabriknya.

Dari 10 kilogram perhari di awal merintis usaha, kini ia rata-rata memproduksi 1,5 ton singkong pertiga hari. Kerupuk Ewong dikirim ke berbagai daerah hingga Bandung dan Jakarta. Ia bisa menjual 10 ribu bungkus krupuk singkong mentah perbulan dengan harga perbungkus Rp 4500. Pengusaha sukses yang satu ini mampu meraih omzet hingga Rp 45 juta per bulan.

 Ishak kini bukan hanya berhasil mandiri di desa tanpa merantau, namun juga membuat warga lain yang bekerja padanya tak lagi tertarik merantau ke kota.

Baca Juga: Punakawan Petruk Ajak Anak Cintai Lingkungan Hidup

 Ishak berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga desa, bahkan yang tenaganya sudah tak laku di luar. Dari puluhan orang yang bekerja dengannya, beberapa di antaranya adalah wanita lanjut usia (lansia). Dsy3


 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU