Home / Catatan Tatang : Catatan Hari Jadi Surabaya ke 728

Cak Armuji, Berkreasilah, Jangan Cuma Pamer Kuliner Lama

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 03 Jun 2021 21:28 WIB

Cak Armuji, Berkreasilah, Jangan Cuma Pamer Kuliner Lama

i

Dr H. Tatang Istiawan

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Armudji, kini menjabat Wakil Wali Kota Surabaya. Sebelumnya, ia anggota DPRD Jatim. Beberapa tahun sebelumnya, ia Ketua DPRD Surabaya.

Tiga-tiganya, Armudji adalah pejabat publik atau penyelenggara Negara. Dan jabatan ini semua diperoleh dari partai grassroot.

Baca Juga: Atasi Banjir dari Saluran Air di Seluruh Kampung

Saat Hari jadi HUT Surabaya, 31 Mei lalu, Wawali Armuji, memviralkan beberapa makanan kas Surabaya seperti lontong balap cak gendut, rujak cinggur cak Durasim, es coklat panjang umur.

Saya tak tertarik dengan viral Cak Armudji. Kuliner tradisional ini hanya dipamerkan dari bakul aslinya. Wawali tidak menampilkan sosok anak-anak muda menjual makanan tradisional.

Ini yang membuat saya yang juga warga kota Surabaya heran. Viral ini tak menunjukan kreativitas seorang Wakil Walikota Surabaya yang baru terpilih.

Ia sepertinya lupa bahwa sudah menjadi hal umum jika Indonesia memiliki berbagai macam kuliner lezat yang melegenda. Termasuk Surabaya.

Wawali satu ini juga lalai bahwa setiap daerah pasti memiliki makanan khas sebagai bagian dari pelestarian budaya.

Melihat viral video yang diungguhnya, sepertinya Cak Armudji, lupa makanan seperti rujak cinggur, telah masuk ke berbagai restoran cepat saji  ke berbagai pelosok.

Sampai kini, di Surabaya, banyak warung dan hotel berbintang menyediakan rujak cingur yang sudah dikemas secara internasional.

Mengapa Cak Ji, juga tidak menampilkan rujak cingur di warung Jalan Achmad Jais, Surabaya. Warung yang didirikan Ny Liu Siang Yu pada 1970 dan kini diteruskan oleh generasi ketiga, terkenal sampai Jakarta dengan harga super mahal sampai Rp 75.000 per porsi. Juga lontong balap, kini bukan dominasi Cak Gundul saja.

 

***

 

Saat saya membuka video kuliner penampilan Cak Ji, saya teringat maraknya bisnis kuliner di kota Bandung, yang mayoritas dikelola anak-anak muda.

Kota yang dikenal dengan cuaca dingin ini berhasil masuk nominasi urutan ke 7 sebagai kota yang memiliki makanan tradisional terbaik dunia atau World's Best Cities for Traditional Foods.

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony Ajak Warga Budayakan Tidak Buang Sampah di Saluran Air

Kota Bandung, memiliki makanan lokal terbaik versi kritikus restoran profesional dan 63.402 voting dari TasteAtlas.

TasteAtlas adalah situs berbasis di Kroasia yang fokus pada masakan tradisional, makanan lokal, resep autentik, dan ulasan ahli.

TasteAtlas mengumpulkan hampir 20.000 hidangan, minuman, dan bahan, serta hampir 15.000 restoran, dikumpulkan dari seluruh dunia oleh tim yang terdiri dari 30 penulis dan peneliti.

Bertahun-tahun, Bandung terkenal dengan makanan lokalnya yang lezat. Bahkan, makanan khas Bandung ini juga dapat dengan mudah ditemui di berbagai daerah. Kapan Surabaya?

Ini tantangan Cak Eri dan Cak Ji. Mestinya, kedua manajer kota Surabaya yang usianya lebih muda dari Risma, pendahulunya, mesti punya harapan buat anak-anak muda. Apalagi kini bergiat kampanye menghidupkan UMKM menjadi pilar utama ekonomi Surabaya.

Apakah Cak Eri dan Cak Ji, tidak punya impinan kota Surabaya saat dipimpinnya mudah menemui jajanan tradisional yang dimodern ini di berbagai sudut kota.

Jajanan khas Surabaya, rujak cingur, gobet atau tolet, bisa diperoleh siang sampai malam dari kaki lima hingga restoran.

Saya mendorong, Cak Eri dan Cak Jik, bisa menyulap kota Surabaya, tampil dominan sebagai kota wisata kuliner mengalahkan Bandung dan Malang.

Baca Juga: Halal Bihalal Hari Pertama Masuk Kerja, DPRD Surabaya Optimalkan Kinerja

Antara lain mengajak generasi milineal mengola makanan khas lokal Surabaya untuk  dimodifikasi kembali menjadi panganan baru yang  menggugah selera dan wajib dicicipi wisatawan.

Selain rujak cingur dan lontong balap, di Surabaya sudah lama dikenal sate kelopo Ondomohen, Sego Sambel Mak Yeye di daerah Jagir, Wonokromo, Kepiting Cak Gundul di Kupang Indah, tahu Campur Kalasan dan Mayjen Sungkono, Tahu Tek dan Tahu Telor Pak Jayen di daerah Gubeng Rawon Setan Embong Malang,  Pecel Semanggi Taman Bungkul, Bebek Sinjay Madura, Soto Ayam Lamongan Cak Har Soto Gubeng Pojok, Soto Ambengan Pak Sadi, Kupang Lontong Cak Kartolo, Zangrandi Ice Cream, Bubur Madura Pasar Atom Nasi Cumi. Bebek Palupi belut goreng.  Sirup buah mangrove yang berkhasiat mengobati berbagai penyakit. Nasi Campur Tambak Bayan, Es Campur Tidar. Es Teler Pacar Keling. Es Teler Tanjung Anom, Degan Ijo, Legen Tuban dan es Cao.

Menurut saya, mengembangkan Surabaya juga menjadi kota kuliner butuh  political will dari Cak Eri dan Cak Ji.

Political will akan membumi bila Cak Eri dan Cak Ji mau turun ke lapangan sampai ke kuliner

pelosok-pelosok. Apalagi kini Cak Eri, berusaha ngantor di kelurahan. Bila perlu Cak Eri dan Cak Ji, bentuk tim khusus kuliner khas Surabaya dengan anggota mayoritas anak muda.

Lebih-lebih sejak menjabat Kepala Bapeko, Cak Eri telah membangun sistem smart city.

Ini membutuhkan kreativitas dari Cak Eri dan Cak Ji. Apalagi ingin menciptakan Surabaya kota nyaman (livable city) bagi warga kota Surabaya. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU