China, Mulai Tinggalkan Vaksin Sinovac

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 22 Jul 2021 21:40 WIB

China, Mulai Tinggalkan Vaksin Sinovac

i

Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas menjelaskan dalam siaran pers bahwa vaksin Sinovac didatangkan pemerintah Indonesia sebanyak 8 juta dosis vaksin. SP/Setpres RI

Indonesia Juli ini Malah Kedatangan 8 juta Vaksin Sinovac. Padahal Fraksi PKS Minta Pemerintah Serius Evaluasi Vaksin Produksi China

 

Baca Juga: Mengapa Gibran dan Bapaknya Diusik Terus

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Sinovac, vaksin produksi China, kini menjadi sorotan dunia. Terutama setelah Pemerintah China memborong vaksin Pfizer buatan Amerika untuk keperluan vaksinasi rakyatnya. RRC tidak lagi menggunakan vaksin Sinovac. Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan. Benarkah Pemerintah China meragukan kemampuan vaksin produksi dalam negerinya. Bahkan saat ini ada beberapa negara yang semula menggunakan Sinovac juga menyatakan beralih ke merek lain. Setidaknya Malaysia dan Thailand. Dua Negara Asean ini akan menghentikan penggunaan Sinovac, setelah persediaan habis.

Menurut beberapa dokter di rumah sakit rujukan covid-19 Surabaya yang dihubungi Surabaya Pagi, Kamis (22/7/2021) kemarin, efek samping vaksin Sinovac dengan derajat berat adalah sakit kepala, gangguan di kulit atau diare. Jumlah orang yang mengeluh setelah menjalani vaksin sinovac, hanya sekitar 0,1 sampai dengan 1 persen.

‘’Vaksin Sinovac mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Penyuntikan vaksin Sinovac akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak aktif ini dan memproduksi antibodi untuk melawannya, sehingga tidak terjadi infeksi Covid-19," kata seorang dokter spesialis paru-paru RS rujukan kawasan Surabaya Selatan, semalam.

Menurut dia, dalam praktik selama ini setiap orang mendapatkan dua dosis vaksin, masing-masing 0,5 ml dan tiap dosis diberikan dengan interval 28 hari. Sementara efikasi vaksin Sinovac yang diuji di Indonesia sebesar 65,3 persen. Angka ini memiliki patokan di atas 50 persen yang sudah ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Meninggal Setelah Divaksin Sinovac.

Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Safari mengungkapkan, sampai Mei 2021 telah ada ratusan laporan KIPI. Diantaranya 30 kasus meninggal dunia setelah divaksinasi Covid-19. Kendati demikian, Komnas KIPI mempertegas bahwa kejadian tersebut bukan akibat langsung dari vaksinasi.

"Yang meninggal dari (setelah divaksin) Sinovac ada 27. Dari 27 itu, 10 karena terinfeksi Covid-19, 14 orang karena penyakit jantung dan pembuluh darah," kata Hindra dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX yang disiarkan kanal YouTube DPR RI, Mei lalu. Kemudian, 1 orang karena gangguan fungsi ginjal secara mendadak dan 2 orang karena diabetes mellitus dan hipertensi tidak terkontrol.

 

Evaluasi Vaksin Sinovac

Sementara, Anggota Komisi VII DPR RI asal PKS, Mulyanto meminta pemerintah evaluasi secara serius efektivitas vaksin Sinovac dalam program vaksinasi Covid-19. Pemerintah jangan ragu untuk mengganti vaksin Sinovac dengan merek lain bila terbukti tidak efektif.

Anggota Fraksi PKS ini menanggapi pemberitaan yang menyebut Pemerintah China memborong vaksin Pfizer buatan Amerika untuk keperluan vaksinasi rakyatnya. Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan, apakah Pemerintah China sendiri meragukan kemampuan vaksin produksi dalam negeri mereka?

Beberapa negara yang semula menggunakan Sinovac juga menyatakan beralih ke merek lain. Setidaknya Malaysia dan Thailand akan menghentikan penggunaan Sinovac bila persediaan habis. Selanjutnya akan menggunakan vaksin merek lain untuk kelanjutan program vaksinasi di negara mereka.

“Pemerintah harus jujur melakukan evaluasi ini. Semua harus diungkap apa adanya. Jangan sampai uang yang ratusan triliun untuk vaksinasi tidak berdampak terhadap upaya penanggulangan Covid-19 di tanah air,” tegas Mulyanto, Kamis (22/7).

Alasan Mulyanto mendesak pemerintah segera evaluasi vaksin Sinovac secara serius, karena faktanya efikasi vaksin ini menurut WHO hanya 51 persen dan hasil Uji BPOM hanya 65 persen.

“Kan masih ada jenis vaksin yang lebih tinggi efektivitasnya. Jadi wajar kalau kita minta pemerintah mengganti vaksin Sinovac ini dengan jenis vaksin yang efikasinya lebih tinggi,” kata Mulyanto.

Baca Juga: Kesimpulan Paslon 01 dan 03: Sumber Masalahnya, Gibran dan Cawe-cawenya Jokowi

 

Produksi Vaksin Jerman

Menurut laporan media Caixin pada Kamis (15/7/2021) regulator China telah selesai menijau vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh mRNA Jerman yakni BioNTech. Vaksin ini akan didistribusikan secara lokal melalui Fosun Pharma China.

Namun kini Fosun masih menunggu persetujuan akhir dari regulator dan jika nantinya disetujui, maka Fosun akan menyebarkan 100 juta dosis dari BioNTech ke pasar China pada akhir 2021.

Selain itu Fosun juga akan memproduksi 1 miliar lebih banyak vaksin BioNTech di dalam negeri per tahun. Hal ini dianggap  bagian dari kesepakatan yang dicapai Fosun dan BioNTech pada bulan Mei.

Sejak vaksin mRNA dinyatakan efektif melawan serangan Covid-19, Fosun memang sudah mengajukan permohonan agar vaksin BioNTech disetujui di pasar China sejak November lalu.

Nantinya vaksin BioNTech digunakan sebagai opsional setelah seseorang mendapat rejimen dua dosis dari vaksin buatan China dan bukan dijadikan sebagai alternatif vaksin yang diproduksi dari dalam negerinya.

 

Baca Juga: Jokowi Dituding Lebihi Soeharto

Sinovac Datang Kembali
Indonesia kembali kedatangan 8 juta vaksin Sinovac asal China Kamis kemarin. Kedatangan vaksin Covid-19 tahap ke-29 di Bandara Soekarno Hatta ini diangkut menggunakan kontainer khusus.

Dalam sambutannya, Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas menyebut vaksin yang tiba akan mendorong percepatan tujuan kekebalan komunal atau herd immunity dari program vaksinasi nasional.

"Pemerintah sudah menargetkan program vaksinasi sebanyak 2 juta orang sehari di bulan Agustus. Tentu ini membutuhkan pasokan vaksin yang cukup. Kedatanagn vaksin tahap 29 ini akan mendorong percepatan vaksinasi secara nasional," ucap Menag Yaqut dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (22/7/2021).

Namun, kata Menag program vaksinasi tidak akan berjalan maksimal tanpa dukungan masyarakat luas. Karenanya, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya tokoh agama untuk menyukseskan vaksinasi.

"Karena itu kami mengajak para tokoh agama, pimpinan, ormas keagamaan, lembaga keagamaan, dan seluruh elemen bangsa ini untuk bersama-sama menyukseskan program vaksinasi dengan proaktif mendatangi pusat vaksinasi dan membantu pencerahan kepada masyarakat luas," tutur dia.

Diketahui, dengan penambahan 8 juta vaksin Sinovac, saat ini sudah ada lebih dari 150 juta dosis vaksin yang terdiri dari bahan baku dan bahan jadi.

Sudah ada empat jenis vaksin yang datang, yakni merek Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, dan Moderna. Pada bulan Agustus, akan tiba lagi vaksin Pfizer. Semua vaksin ini telah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). erk/jk/sur/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU