Covid-19 Serang Anak, Orang Tua Pertimbangkan Kembali Sekolah Tatap Muka

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 20 Jun 2021 17:41 WIB

Covid-19 Serang Anak, Orang Tua Pertimbangkan Kembali Sekolah Tatap Muka

i

Salah satu guru YPPI saat melakukan pembelajaran online. SP/ Sem

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya telah memutuskan sekolah tatap muka akan dilakukan pada tahun ajaran baru atau Juli 2021 mendatang.

Sekolah tatap muka ini, akan berlaku mulai dari jenjang pendidikan SD hingga SMP baik swasta maupun negeri. Adapun teknis pelaksanaan di lapangan diatur sesuai standar protokol kesehatan dan dibatasi 25% hingga 50% siswa.

Baca Juga: Dispendik Gandeng Dispendukcapil Filter Penduduk Dadakan

Kendati telah memutuskan sekolah tatap muka, kekhawatiran orang tua di Surabaya tak dapat terbendung. Apalagi pasca masuknya virus varian baru strain India yakni Delta B.1.617.2.

Salah satu kekhawatiran orang tua siswa datang dari Velly (34). Ia menjelaskan saat ini dua anaknya bersekolah di sekolah swasta berlabel internasional yakni Nation Star Academy (NSA). Sebelumnya, ia sempat menyetujui kedua anaknya untuk ikut dalam sekolah tatap muka. Namun kini, niat tersebut dibatalkan pasca ledakan covid-19 di Bangkalan.

"Waktu itu ditanya apakah bersedia anaknya ikut sekolah tatap muka, saya jawabnya bersedia. Tapi kok sekarang kayaknya ngeri ya, apalagi ada varian baru lagi. Saya jadi khawatir juga," kata Velly kepada Surabaya Pagi, Minggu (20/06/2021).

Selain Velly, orang tua lainnya seperti Diah (36) juga menyampaikan hal serupa. Sedari awal, ia tidak menyetujui sekolah tatap muka. Menurutnya, demi keamanan anak dan keluarga, sekolah dari rumah secara virtual lebih aman dan efektif.

Diah sendiri memiliki satu orang anak yang saat ini duduk di bangku kelas 1 SD. 

"Dari awal sudah gak setuju [sekolah tatap muka]. Kan waktu itu ada permintaan dari sekolah untuk kesediaan orang tua agar anak bisa sekolah tatap muka," katanya.

Ketakutan orang tua siswa memang bukan isapan jempol belaka. Kompilasi data dari katadata.co.id menunjukan bahwa Indonesia menjadi negara dengan kematian anak paling tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Amerika, India, Italia dan Inggris.

Jumlah kematian anak akibat covid-19 di Indonesia sepanjang tahun 2020 mencapai 2,7 persen. Sementara jumlah kematian anak akibat covid di India hanya sekitar 1 persen, diikuti Amerika yakni 0,21 persen dan Italia serta Inggris dengan masing-masing sebanyak 0,02 persen dan 0,01 persen.

Tak hanya itu saja, laporan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 18 Juni 2021, menunjukan secara nasional kasus positif Covid-19 pada balita usia 0-5 tahun sebanyak 2,8% dan usia 6-18 tahun sebanyak 9,8%.

Bahkan data yang dikumpulkan oleh seluruh ketua cabang IDAI di Indonesia, setiap minggunya tercatat ada sekitar 113.000 kasus Covid-19 pada anak. 

Di Surabaya sendiri, hingga kini telah ada 3 orang balita yang tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Lapangan Indrapura dengan kategori usia 2 tahun 2 orang dan satunya lagi usia 4 tahun. 

Baca Juga: Manfaatkan Aset, Pemkot Surabaya Bangun 8 Lokasi Wisata Rakyat 

Soal kekhawatiran orang tua tentang sekolah tatap muka juga ditanggapi oleh pengamat pendidikan sekaligus anggota dewan pendidikan Jawa Timur (Jatim) Isa Ansori. 

Menurutnya, memang saat ini masih banyak orang tua yang tidak setuju dengan sekolah tatap muka. Kendati begitu, terkait kesiapan sekolah, banyak sekolah di Surabaya baik swasta maupun negeri telah siap dengan pembelajaran tatap muka.

"Hasil survey kami [dewan pendidikan Jatim], menunjukkan kurang lebih 93 persen sekolah baik SD maupun SMP di Surabaya telah siap dengan kebijakan tatap muka," kata Isa Ansori saat dihubungi melalui saluran telepon.

Dari hasil survey tersebut kata Isa, dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah sebenarnya tahu, belajar dari rumah itu tidak begitu efektif. Sehingga ketika ada kebijakan tatap muka yang digaungkan pemerintah, maka mereka berlomba-lomba menyatakan siap dengan kebijakan tersebut.

"Tapi balik lagi, kalau ada [orang tua] yang tidak bersedia ya jangan dipaksa. Semua harus dilayani, baik orang tua ingin anaknya belajar tatap muka maupun yang belum siap juga harus dilayani. Karena ketentuan sudah ada, jumlah murid tidak lebih dari 25%. Teknis pelaksanaan bisa dilakukan oleh masing-masing sekolah kan," terang Isa.

Terkait kesiapan sekolah, sebelumnya Kepala Sekolah SMP YPPI 1 Surabaya, Dra.Titris Hariyanti mengaku siap dengan pembelajaran tatap muka. Segala persiapan mulai dari sarana prasarana, metode pembelajaran hingga SOP juga telah disiapkan dengan maksimal.

Baca Juga: Dewan Minta Pemkot Surabaya Serius Tangani Pengelolaan Sampah TPA Benowo 

"Kita terapkan metode pembelajaran hybrid learning, separuh dikelas, separuh di rumah," kata Titris saat dihubungi Surabaya Pagi.

Berdasarkan survei internal SMP YPPI 1, rata-rata orang tua siswa menginginkan anaknya untuk belajar secara tatap muka. "Kurang lebih sekitar 60 persen orang tua siswa bersedia" katanya

Sementara untuk orang tua siswa yang tidak setuju, alasan yang disampaikan adalah adanya syarat terkait penjemputan dan pengantaran siswa ke sekolah harus dilakukan oleh orang tua dan harus tepat waktu.

"Karena syarat ini dari pemerintah, banyak orang tua yang gak setuju. Karena proses belajar selesai maksimal jam 12, orang tua sendiri ada yang bekerja sehingga mereka kesulitan," katanya.

Secara prokes, pihaknya telah menambah tempat cuci tangan di setiap kelas dan pengaturan jadwal masuk dan keluar siswa melalui gerbang sekolah.

"Kita atur sehingga tidak ada penumpukan atau kerumunan di depan gerbang sekolah," terangnya. sem 

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU