Dewan Kembali Soroti PISS

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 29 Mar 2023 19:19 WIB

Dewan Kembali Soroti PISS

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kebijakan Pemkot Surabaya menjadikan Pasar Induk Sidotopo Surabaya (PISS) sebagai satu-satunya pusat distribusi  dan transaksi komoditas sayur-mayur dan buah di Kota Surabaya, tidak hanya disorot  anggota DPRD Jatim, tapi juga oleh DPRD Kota Surabaya.

Apalagi ada kabar Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya akan merazia kendaraan yang mengangkut komoditas pasar dari petani asal Batu dan Kabupaten Malang agar tidak menyuplai barang  ke pasar lain, selain PISS.

Baca Juga: Halal Bihalal Hari Pertama Masuk Kerja, DPRD Surabaya Optimalkan Kinerja

Menyikapi ini,Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, AH Thony mengatakan,  jika fenomena sistem distribusi seperti itu  terjadi di Surabaya, akhirnya ada pengendalian yang sangat kuat oleh  pelaku pasar atas komoditas  barang-barang pokok yang secara 'distribusi' itu tersentral. "Akhirnya ada oligopoli, yakni keadaan pasar dengan suatu komoditas yang hanya dikuasai oleh beberapa perusahaan. Itu akan terjadi," ungkap Ah.Thony. 

Potret ini, menurut AH Thony memberikan suatu gambaran  bahwa perekonomian, terutama distribusi barang atau bahan-bahan pokok komoditas pasar itu dikendalikan hanya beberapa gelintir orang. Bahkan, mengatasnamakan kelompok tertentu tetapi sesungguhnya  hanya beberapa orang saja. 

"Peran Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya seharusnya bisa menyelesaikan ini,"kata dia. 

Karena itu, politisi Partai Gerindra ini menawarkan perlunya Pemkot Surabaya atau PD Pasar Surya membuat kontrak dengan daerah-daerah dengan melakukan pembinaan kepada petani-petani. 

Selanjutnya, jelas dia, para petani ini dikonektivitaskan dengan gudang atau depo-depo yang disiapkan oleh PD Pasar Surya berdasarkan distrik atau wilayah. Misalnya di Surabaya Utara, Selatan Barat, Timur, dan Tengah. 

"Dengan begitu  distribusi barang itu  lebih merata berdasarkan  kebutuhan dan bisa dikendalikan, baik harga maupun  kuantitas ketersediaan,"ungkap AH Thony. 

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya Ajak Masyarakat Jaga Surabaya Tetap Aman dan Kondusif

Hanya saja, dia melihat Pemkot Surabaya belum memikirkan itu. Terbukti dengan munculnya  beberapa pasar (seperti PISS) yang sebetulnya  secara tata ruang tidak memberikan dukungan. 

Lebih jauh, AH Thony menyatakan, tata ruang pasar itu kan semestinya ditentukan Pemkot Surabaya berdasarkan zonasi-zonasi yang ditetapkan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah). Tapi kemudian ada pihak tertentu  yang mendirikan pasar dengan branding  sektor privat, kemudian  melakukan monopoli oligopoli komoditas. 

"Lha kalau itu yang terjadi, maka sulit bagi pemerintah  untuk bisa mengendalikan harga dan jumlah distribusi tersebut. Selain itu, juga tidak ada lagi distribusi," tandas dia. 

"Distribusi itu kelihatan normal, tapi ini kan distribusi berdasarkan hukum rimba. Siapa yang kuat, dia yang akan menang. Kita sih inginnya sebuah distribusi yang memberikan pemerataan," tegas dia. 

Baca Juga: Sebagai Bentuk Rasa Syukur, DPRD Kota Surabaya Gelar Bukber dan Beri Santunan Anak Yatim

AH Thony melihat ada banyak pelaku-pelaku UMKM yang dibentuk Pemkot Surabaya. Kalau sistem   (monopoli oligopoli) ini dilestarikan, maka impossible UMKM-UMKM ini bisa berkembang. 

Ditanya soal kabar Pemkot Surabaya diminta menertibkan pedagang buah di  Pasar Tanjungsari? Thony menegaskan, agar tidak melakukan itu. Karena disana sudah ada kegiatan ekonomi. 

"Lha kalau di situ (Pasar Tanjungsari) tidak diperbolehkan, lalu mereka akan ditempatkan di mana? Kalau dimasukkan ke PISS, ya ini namanya pemkot jadi makelar atau bahasa kerennya diperalat.  Akhirnya  pemkot akan jadi bagian sistem (monopoli oligopoli) itu, " beber dia. 

"Jadi, kalau masuknya pada kawasan itu (PISS) kan berarti secara tidak langsung  aparat pemkot itu memfasilitasi  terhadap munculnya sistem monopoli oligopoli, " imbuh dia. Alq

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU