Didiagnosis Metabolisme, Eko Eksis Bisnis Kerajinan Batok Kelapa

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 28 Mei 2021 14:42 WIB

Didiagnosis Metabolisme, Eko Eksis Bisnis Kerajinan Batok Kelapa

i

Eko Yuli Isnanto. SP/ TRG

SURABAYAPAGI.com, Trenggalek - Eko Yuli Isnanto yang didiagnosis mengalami kelainan metabolisme dan obesitas dengan bobot lebih dari 139 kilogram tak menghalangi untuk terus menekuni pekerjaan sebagai perajin untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kelebihan berat badan yang dialami anaknya atau overweight terjadi sejak duduk di bangku kelas V SD. Menurut dia, anaknya terlahir dengan bobot yang normal. Namun beranjak kelas V, bobotnya bertambah terus.

Baca Juga: Truk Terperosok ke Jurang, 3 Orang Luka-luka

Eko sudah putus sekolah selepas SD lalu untuk mencukupi kebutuhan hidup. Untuk itu, aktivitas keseharian Eko disibukkan dengan membuat kerajinan batok kelapa, reyeng, pot bunga, dan servis elektronik

Semangat dan ketelatenan yang dimiliki Eko membuat produktivitas kerajinannya cukup banyak. Per hari, dia mampu memproduksi  kerajinan cangkang kelapa hingga 20 buah dan reyeng hingga 200 biji. Produksi itu dilakukan dari mulai pukul 07.00 hingga 12.00 WIB.

Pengetahuan Eko menjadi seorang perajin cangkang kelapa, bermula dari melihat peralatan dapur ibunya yang sudah usang. Mengetahui itu, dia terinspirasi untuk membuat centong sayur atau irus. Melalui YouTube, Eko itu belajar cara membuat kerajinan cangkang kelapa.

Dari sisi pemasaran, produk kerajinan Eko dibantu Suyanti (ibunya, Red) karena keterbatasan fisiknya. Sehingga tiap hari ibunya menjualkan kerajinan itu ke Pasar Kampak. Sementara setiap kerajinan cangkang kelapa dan reyeng milik Eko dijual dihargai Rp 3 ribu.

Baca Juga: Gerakan Pangan Murah di Trenggalek Diserbu Warga

Melihat aktivitas Eko, Suyanti bersyukur anaknya bisa memiliki aktivitas yang positif. Dia mengaku Eko pernah hendak memberikan semua penghasilannya untuk membantu ekonomi keluarga, tapi Suyanti menolaknya agar penghasilan itu bisa membantu untuk memenuhi kebutuhannya. "Saya menolak karena penghasilan itu bisa buat beli pulsa dan internet," ujarnya, Jumat (28/5/2021).

Sebagai orang tua, kata Suyanti, memiliki harapan agar anaknya bisa memiliki berat badan yang ideal. Namun, keterbatasan ekonomi membuatnya tak mampu untuk memenuhi biaya perawatan. "Sebenarnya mau dirawat di Malang, tapi kami tak mampu untuk biaya akomodasinya," ujarnya.

Sementara itu, perawat Desa Jajar, Kecamatan Gandusari, Nurma Yulita membenarkan, pendampingan kesehatan Eko sudah sampai pada pengajuan melalui puskesmas sampai rumah sakit daerah. Tanggapan yang bagus, tapi keluarga berkata lain masih terbengkalai dengan faktor ekonomi.

Baca Juga: Stok Beras di Trenggalek Aman hingga Lebaran

Nurma juga menambahkan, dari segi pola makan Eko, dianggap normal-normal saja. Sehari makan tiga kali, tapi hasil pemeriksaan dari rumah sakit daerah ada indikasi kelainan metabolisme dalam tubuh. Dsy17

 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU