Diduga Korban Penganiayaan Senior, Makam Mahasiswa Poltekpel Surabaya Dibongkar

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 07 Feb 2023 20:07 WIB

Diduga Korban Penganiayaan Senior, Makam Mahasiswa Poltekpel Surabaya Dibongkar

i

Makam mahasiswa Poltekpel Rio Ferdinan saat dibongkar untuk dilakukan autopsi ulang.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Makam Muhammad Rio Ferdinan Anwar (20), mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya yang diduga menjadi korban penganiayaan seniornya dibongkar, Selasa (7/2/2023).

Pembongkaran makam dilakukan oleh Tim DVI Polda Jatim dan Inafis Polrestabes Surabaya didampingi kepolisian setempat di Desa Puloniti, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto.

Baca Juga: Kapolrestabes Ajak Ratusan Tukang Becak Buka Bersama di Mapolrestabes Surabaya

Tampak di lokasi pembongkaran makam korban itu Tim Resmob Polrestabes Surabaya dipimpin Kanit AKP Zainul Abidin.

"Ekshumasi ini tujuannya adalah agar Tim Forensik Polda Jatim bisa menentukan apa yang menjadi penyebab kematian. Ini penting sekali dalam rangka penyidikan," ungkap Abidin.

 

Belum Dilakukan Autopsi

Dia menambahkan, kemarin jenazah korban tidak dilakukan autopsi dan hanya divisum luar, sesuai permintaan keluarga.

"Kemarin hanya visum luar. Karena ini menyangkut nyawa seseorang, maka pada hari ini atas kerjasama dan koordinasi keluarga dan kedokteran Forensik Polda Jatim dilakukan ekshumasi," ungkap Abidin.

Dia menjelaskan, hasil autopsi masih belum diketahui, sehingga pihaknya belum bisa memastikan penyebab kematian korban.

"Kami masih belum dapat hasil ekshumasi ini, karena nanti setelah ada hasil, akan menjawab apa yang menjadi penyebab kematian yang bersangkutan," pungkas Abidin.

 

Kerap Terjadi Kekerasan

Sementara itu, Muhammad Yani, ayah korban menyebut kampus tempat anaknya kuliah itu sering terjadi kekerasan dari senior terhadap juniornya. "Menurut saya banyak. Menurut alumni-alumni juga sering. Itu kayak tradisi," ungkap Yani kepada rumahnya, Selasa (7/2/2023).

Yani berharap agar di politeknik itu ada perubahan, sehingga tradisi kekerasan dan kejadian seperti yang menimpa anaknya tidak berulang lagi.

"Paling tidak ada perubahan, agar kejadian ini tidak terulang lagi. Bukan zamannya lagi. Militer saja tidak seperti ini. Kita juga menyekolahkan anak di situ juga bayar, cari ilmu biar sukses. Ngapain bayar mahal-mahal terus di kampus dihajar kayak hewan, sekolah apa itu? Pengawasan ke dalam dari sekolah itu gimana," papar dia.

 

Dikabari Sudah Meninggal

Yani bahkan mengaku baru mendapat kabar dari pihak politeknik, setelah dua jam anaknya meninggal.

"Saya lihat anak saya di kamar mayat rumah sakit. Dikabari sudah meninggal. Waktu dikabari dua jam dari meninggalnya. Dari pihak poltek itu mengabari keluarga dua jam lebih. Ngapain dalam tenggang dua jam tidak langsung kabari keluarga," ungkap Yani.

 

Tubuh Penuh Luka

Saat di kamar mayat Rumah Sakit Bhayangkara di Surabaya itulah dia melihat tubuh anaknya penuh luka. "Kondisi jenazah bibir robek, bengkak, memar di seluruh badan, leher, pipi itu kelihatan," terangnya.

Setelah melihat sejumlah luka pada tubuh anaknya itu, Yani langsung menuju Polsek Gununganyar untuk membuat laporan polisi.

Yani menduga kuat anaknya meregang nyawa karena dibully disertai kekerasan fisik di dalam salah stau kamar mandi asrama Poltekpel Surabaya.

Baca Juga: Polrestabes Surabaya Siapkan 155.165 Personel

 

Kekerasan, Terekam CCTV

Hal tersebut diketahuinya dari temuan bukti rekaman CCTV dari beberapa sudut (angle) kamera yang terpasang di sepanjang lorong area bangunan.

Namun, M Yani menerangkan, momen paling kentara yang merekam detik-detik terakhir anaknya diduga kuat menjadi sasaran perundungan dan kekerasan fisik, terletak pada dokumentasi video CCTV yang berada di bagian lorong tepat di depan sisi langit-langit pintu kamar mandi.

Dari video CCTV yang dilihatnya dari dalam ruang operator pengawas CCTV di Poltekpel Surabaya, pada Senin (6/2/2023) dini hari.

M Yani sempat melihat sosok sang anak yang masih hidup, tampak berjalan pelan dengan langkah kaki tegap sendirian menujukan lorong tersebut lalu masuk ke dalam kamar mandi.

 

Perintah Senior Korban

Ia menyebutkan, anaknya itu masuk seorang diri ke dalam kamar mandi tersangka, atas perintah dari beberapa orang seniornya.

"Posisi masuk sendirian anak saya atas perintah seniornya. Ini kelanjutannya tadi anak saya waktu disuruh masuk kamar mandi akan di eksekusi," ujarnya.

Kemudian, di dalam kamar mandi tersebut, diduga kuat, sudah ada dua senior dari anaknya, yang telah bersiap menunggu untuk melakukan perundungan hingga disertai kekerasan fisik.

"Ini anak saya yang pakai baju doreng disuruh seniornya yang pakai baju hitam disuruh masuk kamar mandi dan di dalam kamar mandi sudah ada yang menunggu para seniornya," terangnya.

Baca Juga: Bermasalah, Bisnis Jasa Pembantu

Entah berapa lama waktu momen eksekusi perundungan hingga disertai kekerasan fisik yang dilakukan oleh sejumlah senior, terhadap anaknya.

Kemudian, sempat terekam momen tiga orang diduga kuat senior dari sang anak tampak bercakap-cakap dengan posisi tubuh bertatapan seperti sedang mendiskusikan suatu hal.

Namun, M Yani begitu teriris hatinya, saat melihat beberapa orang siswa yang semula diduga kuat senior sang anak mulai keluar dari kamar mandi seraya membopong tubuh anaknya yang dalam keadaan tak berdaya.

"Jam 20.00 dari pantauan CCTV sudah meninggal diangkat dari dalam kamar mandi. Ini waktu evakuasi jenazah dari dalam kamar mandi," katanya.

 

Polisi Periksa 12 Orang

Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya Heru Widada mengatakan pihaknya telah menyerahkan proses penyelidikan dan penyidikan atas kasus dugaan kekerasan fisik tersebut kepada pihak Polrestabes Surabaya.

Hingga saat ini sudah ada sedikit 12 orang siswa atau mahasiswa yang diperiksa oleh penyidik Polrestabes Surabaya, atas dugaan kasus tindakan kekerasan fisik tersebut.

"Untuk sementara yang dimintai keterangan, ada sekitar 9-12 orang, di Polrestabes Surabaya. Sudah berjalan sejak tadi siang. Hingga saat ini,"  ujarnya saat ditemui awak media di kantornya Gedung Poltekpel Surabaya, Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2/2023).

Sejumlah siswa atau mahasiswa yang sedang diperiksa tersebut, beberapa diantaranya berasal dari kalangan teman satu angkatan korban, termasuk kalangan senior korban, yang diduga terlibat dalam insiden dugaan kekerasan fisik tersebut.

Heru menegaskan, pihaknya tetap kooperatif, terbuka dan transparan terhadap proses penyelidikan dan penyidikan yang sedang dilakukan oleh pihak Polrestabes Surabaya.

Heru mengatakan, pihaknya bakal tetap memenuhi semua keperluan proses penyelidikan dan penyidikan yang sedang dilakukan oleh pihak Polrestabes Surabaya. ari/ham/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU