Dihadiri 1.303 Penggembira, Kongres HMI di Islamic Center Ricuh

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 24 Mar 2021 21:48 WIB

Dihadiri 1.303 Penggembira, Kongres HMI di Islamic Center Ricuh

i

Aksi saling lempar kursi mewarnai kongres HMI di di Islamic Center, Surabaya, Selasa (23/3/2021).

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kongres XXXI Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang digelar di Islamic Center Surabaya, ricuh pada Selasa (23/3/2021) malam. Sebelum chaos meletus, situasi kongres tegang  karena adanya usulan dari peserta yang ingin seluruh Ketua Badko (Badan Koordinasi) HMI di daerah hadir pada kongres. Tetapi usulan tersebut tak disetujui mayoritas peserta pemilik suara sah. Hal itupun membuat kongres berjalan lambat dengan situasi makin panas.

Baca Juga: Polda Jatim: Angka Laka Lantas Turun 43 Persen

Pihak kader yang menolak beralasan jika mayoritas Ketua Badko HMI di Indonesia telah hadir. Tercatat, ada 11 dari 20 Ketua badko sudah berada di tengah Kongres. Namun, para kader ini terus mengatakan usulan tersebut berulang kali. Puncaknya, para kaderpun mengamuk dengan membanting kursi di lokasi dan melempar sesuatu ke pintu kaca hingga pecah.

Situasi yang berujung ricuh, kongres HMI pun seketika terhenti dan semua kader berhamburan keluar. Polisi yang berjaga di luar langsung masuk ke dalam untuk mengamankan.

Kapolda Jatim Irjen Pol. Nico Afinta mengatakan, pihak kepolisian terpaksa mengamankan enam orang usai kericuhan diduga kuat sebagai pemantik kericuhan. Kapolda yang sempat mengintip jalannya kongres dari jendela itu mengatakan, 6 orang yang diamankan atas permintaan dari pihak HMI sendiri. Mereka menilai keenamnya mengganggu jalannya kongres.

"Jadi saya memantau langsung dari kemarin sampai tadi jam 6 pagi. Saya mengelola dua hal yang penting, yang pertama sidang kongresnya dan penggembira ada 1.303 orang yang datang dari Makassar," kata Nico di Surabaya, Rabu (24/3/2021).

"Ada miskomunikasi di antara mereka, kemudian ada yang membanting kursi, ini atas permintaan panitia, kami amankan enam orang dan sekarang masih dalam pemeriksaan," sambungnya.

Terkait agenda yang molor dan seharusnya selesai pada Senin (21/3/2021) kemarin, Nico telah menerima surat permohonan yang mereka layangkan kepada jajaran Forkopimda Jatim.

"Itu berdasarkan permintaan dari pihak panitia, untuk menambah satu hari, karena masih ada beberapa yang belum selesai. Sehingga permintaan itu disampaikan kepada polisi, dan Ibu Gubernur, Pangdam dan saya mendukung," jelasnya.

Mantan Kapolda Kalimantan Selatan menambahkan pihaknya bersama Forkopimda Jatim berusaha menjadi tuan rumah yang baik. Para mahasiswa ini diberi sejumlah fasilitas mulai dari penginapan hingga kebutuhan pokok seperti makanan dan keperluan mandi.

"Ibu gubernur pangdam dan Danlanud semuanya mendukung jadi mereka kita beri penginapan di tempat kami dan kami atensi untuk akomodasi, konsumsi dan semuanya," ungkap Nico.

"Bahkan kami siapkan mobil untuk mereka ke lokasi kongres melihat jalannya kongres secara bergantian. Sampai sekarang tidak ada permasalahan. Mereka ingin melihat kami akomodir dan diterima panitia. Kita mencegah semuanya ke sini karena kita menegakkan protokol kesehatan," tambahnya.

Atas insiden ini, seluruh peserta dan panitia kongres diimbau untuk segera menyelesaikan permasalahan yang belum terselesaikan di dalam kongres tersebut dan menuntaskannya.

"Kami serahkan ke panitia karena panitia mempunyai mekanisme. Saya kira adek-adek sudah dewasa maka ada akan jalan tahapan-tahapan yang sudah dilalui. Kami akan dukung, dan kami yakin HMI akan menyelesaikan permasalahan di dalamnya," tambahnya.

Selain mengamankan jalannya kongres, kepolisian juga melakukan penjagaan ketat di luar area kongres. Ini dilakukan karena banyak peserta tanpa disertai undangan memaksa masuk ke dalam lokasi kongres.

Baca Juga: Polda Jatim Tetapkan 3 Selebgram Sebagai Tersangka Kasus Investasi Bodong

Beberapa hari mereka telah mencoba memaksa masuk ke dalam Gedung Islamic Centre, namun polisi menghadang mereka dalam radius kurang lebih 500 meter dengan alasan untuk menjaga protokol kesehatan di dalam gedung.

"Kami melakukan pendekatan, kami bagi dengan bantuan Ibu Gubernur, Pangdam, Pangko Al dan Danlanud AU di sini. Alhamdulillah rombongan bisa turut mengerti dan mengamankan Kota Surabaya, baik dari keamanan maupun Covid-19," pungkas alumnus Akpol 1992 tersebut.

 

 

Diintervensi Pihak Luar

Sejumlah kandidat ketua umum PB HMI buka suara terkait kericuhan yang terjadi saat Kongres XXXI di Surabaya. Mereka adalah Hassan Basri Basso, M Nur Aris Shoim dan Taufan Tuarita.

Mereka menyebut Kongres HMI ricuh itu karena adanya pihak eksternal yang hadir. Tak hanya itu, mereka juga mendesak pihak panitia penyelenggara agar kongres dilakukan dengan aturan dan tata tertib yang ada.

"Yang kita pahami dalam himpunan mahasiswa forum kongres hanya dihadiri oleh peserta penuh atau peserta utusan dari cabang-cabang. Tapi kenyataannya peserta kongres itu dihadiri oleh pihak eksternal," tegas Hassan Basso kepada wartawan di Surabaya, Rabu (24/3/2021).

Baca Juga: Polda Jatim Target Zero Accident

"Dan itu kemudian tidak sesuai lagi dengan tata tertib. Sehingga panitia yang menjadi bagian pelaksanaan kongres XXXI di Surabaya itu salah dalam menempatkan hal-hal tersebut. Sehingga perlu Majelis Pengawas dan Konstitusi (MPK) mengevaluasi pelaksanaan kongres ini," lanjutnya.

Meski begitu, Hassan mengaku tidak tahu siapa pihak eksternal dalam kongres HMI itu. Namun sejumlah bukti foto telah banyak beredar bahwa mereka juga ikut duduk dengan peserta kongres memakai sandal, kaus dan topi dan berbadan besar tinggi.

"Kita tidak tahu pasti pihak siapa yang masuk ke dalam. Tapi foto itu sudah beredar dan kita dapat dan itu bukan peserta yang menjadi utusan dari cabang-cabang," ujar Hassan.

"Mereka duduk bersama para peserta. Jadi di HMI itu punya ciri khas tersendiri ketika berkongres. Dia memakai sepatu, memakai kemeja dan itu menjadi aturan tersendiri bagi kita. Sementara yang masuk dalam forum ini pakai sandal, kaus, topi kemudian badannya tinggi besar. Kita tidak menyebut siapa-siapa," imbuhnya.

Sementara Taufan Ikhsan Tuarita kandidat lain mengatakan dalam kongres ini, ada pihak yang seolah-olah dipaksakan selesai dalam waktu yang singkat. Hal itu terlihat dalam kongres yang banyak proses diabaikan.

"Namun yang terjadi malah justru 3 hari setelah tanggal 17 mulai persidangan. Artinya bahwa pelaksanaan ini terkesan dipaksa. Indikasinya kita melihat kongres ini seolah-olah dipaksakan selesai dalam waktu yang begitu singkat," tandasnya.

Berdasarkan pengamatan Surabaya Pagi, pada Rabu (24/3/2021), situasi kongres sudah kondusif. Bahkan, hingga berita ini naik cetak, kongres yang sempat diskors selama delapan jam, mulai dilanjutkan untuk pemilihan Ketua Umum.nt/fm

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU