Dinkes Pasuruan Minta Masyarakat Waspada DBD

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 06 Jun 2022 15:29 WIB

Dinkes Pasuruan Minta Masyarakat Waspada DBD

i

Kantor Dinkes Pasuruan.

SURABAYAPAGI.COM, Pasuruan - Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menghimbau masyarakat untuk mewaspadai demam berdarah.

Himbauan ini bukan tanpa sebab. Lantaran dalam empat bulan terakhir sudah ada kasus 4 warga Kabupaten Pasuruan meninggal dunia akibat demam berdarah.

Baca Juga: Dinkes Jombang Temukan 58 Wilayah Endemik DBD

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan, dr Ani Latifah mengatakan, keempat warga meninggal ini terdiri dari anak anak hingga orang dewasa. Apabila penanganannya terlambat dan indikasi gejala sakitnya tidak diketahui secara dini, maka bisa berujung kematian.

"Demam berdarah itu penyakit yang harus diketahui sejak dini, dan seketika wajib diobati. Kalau sudah parah baru diobati bisa terlambat dan berakibat fatal, yakni kematian," kata Ani di sela-sela kesibukannya, Senin (6/6).

Selain 4 warga meninggal, Dinkes Kabupaten Pasuruan mencatat sudah ada 238 kasus DBD (demam berdarah dengue) sepanjang Januari-April 2022. Ia berharap kasus akan semakin menurun sepanjang masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Utamanya dengan tetap melakukan gerakan 3 M, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menimbulkan genangan air.

Baca Juga: Jumlah Pasien DBD Meninggal di Jombang Bertambah Jadi 5 Orang

“Tetap jaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan kotor menjadi pemicu perkembangbiakan nyamuk, termasuk nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan DBD. Intinya PHBS dioptimalkan, ” himbaunya

Tak hanya 3 M sebagai langkah antisipasi penyebaran nyamuk aedes agepthy, Ani juga menghimbau masyarakat untuk bisa menghindari gigitan nyamuk saat tidur dengan menggunakan kelambu atau menyalakan obat nyamuk atau menggunakan lotion anti nyamuk saat beristirahat.

Sedangkan dari Dinkes sendiri hingga kini masih melakukan fogging (penyemprotan) secara massive, menggalakkan para pemantau jentik alias jumantik (juru pemantau jentik) dan mengharapkan warga agar memasukkan bubuk abate ke dalam genangan air yang bisa berpotensi jadi sarang nyamuk.

Baca Juga: Waspada, Tren Kasus DBD di Jombang Mulai Naik

"Kita sudah melakukan penyelidikan epidemiologi dengan memutus penularan. Fogging kita galakkan kebersihan lingkungan melalui sosialisasi, sekaligus kita galakkan para jumantik berkeliling ke rumah warga sembari membawa bubuk abate,"  tutupnya. ris

 

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU