Distribusi Vaksin AstraZeneca Dihentikan. Diganti Johnson dan Johnson

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 05 Apr 2021 11:33 WIB

Distribusi Vaksin AstraZeneca Dihentikan. Diganti Johnson dan Johnson

i

Vaksin AstraZeneca. SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - AstraZeneca Plc kini 'dilarang' menggunakan fasilitas pabrik Emergent BioSolutions di Baltimore, untuk pengembangan vaksin corona (Covid-19) dan pemerintah juga telah mengkritik produsen obat tersebut karena menggunakan data kadaluarsa dalam hasil uji coba vaksinnya, yang kemudian direvisi. Dan saat ini yang dapat menggunakan fasilitas pabrik tersebut adalah Johnson dan Johnson (J&J).

Dilain hal, seharusnya saat ini AstraZeneca akan bekerja sama dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menemukan area alternatif untuk memproduksi vaksin di AS. Saat ini vaksin itu memang belum disetujui di otoritas AS.

Baca Juga: CEPI dan Bio Farma Berkolaborasi untuk Dorong Percepatan Produksi Vaksin

Di sisi lain, ilmuwan terkemuka AS, Anthony Fauci, mengatakan bahwa negara tersebut mungkin tidak memerlukan lagi vaksin AstraZeneca, meskipun nanti bisa saja mendapat persetujuan.

Sementara, J&J mengatakan pihaknya "memikul tanggung jawab penuh" dari fasilitas Emergent BioSolutions tersebut. Perusahaan menegaskan kembali bahwa pihaknya akan memberikan 100 juta dosis kepada pemerintah pada akhir Mei 2021.

Mengutip dua pejabat senior kesehatan federal, langkah pemerintah untuk membuat pabrik hanya akan membuat vaksin dosis tunggal J&J. Ini dimaksudkan untuk menghindari campur aduk di masa depan antara kedua jenis vaksin.

Setidaknya selain Amerika Serikat juga ada 5 negara maju lainnya yang menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca, diantaranya, Belanda, Jerman Spanyol, Prancis dan Kanada.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

Alasan penghentian vaksin tersebut di belanda adalah adanya pembekuan darah di sedikit kasus pasca vaksinasi AstraZeneca. Otoritas kesehatan yang meneliti efek samping vaksin menyebutkan dari 400 ribu orang yang divaksinasi AstraZeneca, hanya ada lima laporan kasus pembekuan darah tak biasa pasca disuntik.

Sedangkan di Jerman, rencananya, rekomendasi baru vaksin AstraZeneca akan diberikan pada akhir April. Khusus untuk usia dewasa muda yang menerima vaksin AstraZeneca. "Kami menghentikan vaksinasi menggunakan AstraZeneca bagi warga di bawah 60 tahun," ujar Menteri Kesehatan Dilek Kalayci yang menyinggung soal data baru terkait efek samping vaksin AstraZeneca.

Senada dengan Jerman, Spanyol juga memberikan vaksin AstraZeneca untuk lansia. Terkecuali, warga usia dewasa muda yang sudah mendapat surat rekomendasi dokter terkait resiko fatal jika tak segera divaksinasi karena ditakutkan akan terjadi pembekuan darah di kepala yang tidak biasa terjadi paling banyak dialami wanita dewasa.

Prancis awalnya justru yang lebih dahulu menyetop penggunaan vaksin AstraZeneca pada usia di bawah 55 tahun. Mereka memilih untuk berhati-hati dalam penggunaan AstraZeneca sejak kasus pembekuan darah banyak ditemukan di usia dewasa muda.

Baca Juga: Ratusan Anggota DPC PERADI Sidoarjo Antusias Ikuti Gelar Bakti Kesehatan Vaksinasi Covid-19

Canada's National Advisory Committee on Immunization (NACI), sebuah panel ahli independen menjelaskan masih belum jelas manfaat vaksinasi AstraZeneca pada usia di bawah 55 tahun. Maka dari itu, mereka memilih menangguhkan vaksin AstraZeneca di rentang usia tersebut.

Sedangkan RI saat ini sudah menerima 11 juta vaksin. RI sendiri juga masih melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca di 7 wilayah yakni Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Provinsi Maluku, dan DKI Jakarta. Dsy11

 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU