Dosen UK Petra Prediksi Akhir Pandemi COVID-19 Akhir September

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 10 Jun 2020 11:05 WIB

Dosen UK Petra Prediksi Akhir Pandemi COVID-19 Akhir September

i

Grafik pandemi Corona. SP/ DECOM

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Dua dosen Program International Business Engineering (IBE) Universitas Kristen Petra Surabaya melakukan riset untuk memprediksi berakhirnya pandemi COVID-19. Hasilnya, pandemi diprediksi akan berakhir September 2020.

Kedua dosen ini yakni Dra Indriati Njoto Bisono dan Ir Hanijanto Soewandi. Diketahui Indri merupakan Kepala Program IBE UK Petra sedangkan Hanijanto adalah dosen luar biasa program IBE UK Petra yang menjabat Vice President di MicroStrategy Technology, perusahaan software di bidang Business Intelligence atau Business Analytics, USA.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

"Jika tidak ada perubahan yang mencolok dan vaksin belum ditemukan, maka untuk Indonesia pandemi diprediksi akan berakhir sekitar akhir September 2020," kata Indri dalam siaran pers yang diterima detikcom di Surabaya, Rabu (10/6/2020).

Sementara untuk akhir pandemi Corona di Jawa Timur, Indri menyebut dari data yang dianalisis, pandemi ini akan berakhir pertengahan Agustus 2020.

"Sedangkan untuk Jawa Timur, berdasarkan data mulai 25 Maret sampai dengan 5 Juni 2020 pandemi diprediksi akan berakhir sekitar pertengahan Agustus 2020. Prediksi untuk 33 provinsi yang lain dapat di monitor di laman dsi.ibe.petra.ac.id," imbuh Indri.

Prediksi yang disampaikan ini didapat melalui proses analisis dan penelitian panjang. Indri menyebut pihaknya menggunakan tiga model untuk melakukan prediksi ini.

"Data untuk prediksi worldwide dan data per provinsi di Indonesia di ambil dari sumber resmi Kementrian Kesehatan RI. Sedangkan model yang dipakai untuk memprediksi tidak hanya satu melainkan tiga model, dari ketiganya diambil yang terbaik," paparnya.

Baca Juga: Awas Covid-19 Varian Kraken, Tingkat Penularannya Cepat

Ketiga model yang digunakan awalnya dibangun untuk memprediksi pertumbuhan populasi atau Logistic Model, tingkat penjualan dengan menambahkan faktor word of mouth atau Bass Model dan perkembangan sel tumor atau Gompertz.

Dalam kasus COVID-19, secara natural diketahui jumlah orang yang terinfeksi akan mengikuti kurva S. Artinya meningkat perlahan-lahan kemudian meningkat cepat dan akhirnya mencapai nilai tertentu, tidak akan membesar tanpa batas.

Ketiga model ini mempunyai sifat seperti di atas. Sehingga bisa dipakai untuk memodelkan pandemi COVID-19. Selain itu, ketiga model ini lebih sederhana dibanding model SIR (Susceptible - Infectious - Recovered), namun tetap mempunyai kemampuan tinggi untuk memprediksi wabah COVID-19 dan lebih mudah dilakukan.

Baca Juga: PPKM Dicabut, Dinkes Kabupaten Mojokerto Tetap Siagakan Ruang Isolasi

Presentasi hasil penelitian ini ditayangkan dalam dashboard yang diberdayakan oleh MicroStrategy, dan dapat diakses worldwide di laman Data Science and Innovation Laboratory IBE (dsi.ibe.petra.ac.id/covid19).

Data dan prediksi terus menerus diperbaharui, ini yang dikenal dengan predictive monitoring. Hasil prediksi sangat tergantung pada data yang masuk dan akan berubah-ubah mengikuti pola data. Tetapi, hal ini bukan model pengambilan keputusan, melainkan model Time Series yang menggambarkan hasil dari keputusan pemerintah dan organisasi di Indonesia atau di dunia dalam menangani pandemi Corona ini.

"Kami berdua bekerja hampir setiap hari untuk mengumpulkan data, menulis script dan memodelkan data COVID-19 dengan segala tantangan dan pernak-perniknya," imbuh keduanya.  dsy1

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU