Drop Out Demi Hobi, Kini Sukses Ciptakan 100 Lebih Game Lokal

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 05 Nov 2020 09:49 WIB

Drop Out Demi Hobi, Kini Sukses Ciptakan 100 Lebih Game Lokal

i

Arief Widhiyasa dan rekan-rekannya saat produksi game. SP

SURABAYAPAGI.com, Bandung - Arief Widhiyasa merupakan Chief Executive Officer (CEO) Agate Studio, developer game lokal asal Bandung yang telah menghasilkan 100 lebih game baik untuk personal computer maupun untuk perangkat mobile.

Arief adalah salah satu pendiri Agate Studio dan sejak perusahaan ini resmi berdiri, Arief dipercaya oleh teman-temannya di Agate Studio untuk memimpin perusahaan ini karena dianggap paling banyak berperan dalam pengembangan Agate Studio dan paham tentang manajemen perusahaan.

Baca Juga: Penyandang Tunadaksa Berprestasi yang Borong 3 Mendali Cabor

Arief menyadari bahwa game memiliki potensi  yang luar biasa banget untuk cuci otak satu generasi. Ketika game bisa memberikan value-value posiitif, maka akan terjadi perubahan masif pada kehidupan. Memang secara independent game mampu melatih para gamernya untuk menjadi nggak gampang menyerah, game juga bisa melatih kemampuan konsenstrasi, kemampuan berpikir, rekfles dan tentunya bisa menumbuhkan kepercayaan diri ke tingkat yang paling ektsrim.

Kepercayaan diri Arief yang paling ekstrim muncul ketika ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, alias drop out dari ITB demi Agate Studio yang diasuhnya bersama 18 orang partnernya saat itu. Keputusan tersebut juga bukan tanpa dilemma, karena ia dan rekan-rekan yang berkolaborasi dengannya bahkan rela digaji sebesar Rp 50 ribu perorang dengan jam kerja bahkan hingga 15 jam sehari. Memang rasa kepercayaan diri terhadap akan majunya Agate Studio ini nggak mudah, untungnya saat itu orang tua Arief mulai percaya ketika karya Agate Studio mulai memperlihatkan hasil.

Baca Juga: Mantan Pecandu Narkoba Bangkit Jadi Motivator Rehabilitasi

Saat itu Agate Studio merencanakan strategi awal untuk merilis game di pasar internasional. Sebab saat itu animo dan gairah pasar game di Indonesia masih kecil, platform yang dibuat pun kebanyakan berbasis web. Tapi dalam waktu singkat Agate Studio mengembangkan game dan mulai hadir di platform mobile berupa aplikasi. Game yang paling hit pada saat itu yaitu Football Saga 2 dan Smash Mania.

Butuh proses waktu sekitar dua tahun bagi Agate Studio untuk menggandeng Square Enix pada tahun 2011. Square Enix bersedia merilis game terbaik di Indonesia Bermain 2011. Komunikasi terus berlangsung hingga muncul keinginan untuk kerjasama rilis game.

Baca Juga: Pegiat Lingkungan yang Gencar Edukasi Para Milenial Blitar

Arief selalu mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dengan hobi yang dicintai hingga bisa menggelutinya sebagai sebuah pekerjaan dan sumber penghasilan bagi orang lain. Saking cintanya dia dengan game di konsol Nintendo Entertaintment System, Arief bahkan udah memakai kacamata saat duduk di kelas 1 Sekolah Dasar.

“Platform baru akan bermunculan, mungkin VR dan AR sudah lebih populer di pengguna, perangkat AR sudah sangat integrated dalam kehidupan sehari-hari. TV dan console sudah merged menjadi paket home entertainment, dan akibat perubahan platform yang significant, tentunya game-game yang beredar juga akan bisa explore banyak hal baru dan unik,” ujar Arief. Dsy3

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU