Dukungan Partai Pemerintah Kurang Greget

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 17 Okt 2017 23:43 WIB

Dukungan Partai Pemerintah Kurang Greget

Sudah bisa di tebak. PDIP akan berkoalisi dengan PKB. PKB sejak awal sudah mengusung Gus Ipul (GI) sebagai Cagub tanpa ada rekomendasi wagubnya. Gayung bersambut PDIP Minggu kemarin, mengusung GI sebagai cagub dan cawagubnya Azwar Anas (AA). Artinya peta partai pemerintah sudah jelas mengusung GI dan AA sebagai pasangan pertama pilgub Jatim dengan 39 kursi. Sehingga masih tersisa 61 kursi. Artinya peta politik di Jatim sudah jelas, poros pemerintah Jokowi dengan dukungan Megawati dan Muhaimin. Bagaimana partai pemerintah di Jatim? Agaknya Jatim tidak berpengaruh dengan partai penguasa. Karena gubernur Jatim 2 kali dari Partai Demokrat. Meski GI dan AA didukung partai atas, tapi elektabilitas GI dan AA kalau ditotal masih sekitar 32 persen. Artinya belum merupakan jaminan untuk bisa memenangkan Pilgub Jatim. Karena sebenarnya modal petahana minimal di atas 40 persen. Parpol Besar Bukan Jaminan Peran parpol di sejumlah pilgub tidak berlaku signifikan terhadap kandidat yang di usung. Posisi GI memang populis tapi elektabiltas cenderung stagnan. Artinya GI hanyalah wakil gubernur yang sudah 2 kali menjabat di Jatim, sedangkan karya nyata GI belum ada yang monumental. Intinya GI hanyalah wakil gubernur bukan Gubernur. Sementara AA adalah bupati Banyuwangi yang hanya Pencitraan. Di Banyuwangi sendiri AA sudah mulai banyak resistensi. Artinya AA pun belum sepenuhnya bisa di banggakan di BWI Nasib Khofifah Khofifah Indar Parawansa (KIP) harus sudah mulai jelas dengan segera memproklamasikan diri. Bila tidak maka dua kali Pilgub Jatim KIP selalu gaya wait and see. Kali ini KIP harus pakai pola agresif dan proaktif. Kelemahan KIP yang selalu last minutes cukup berbahaya. Karena pemilih Jatim sudah rasional. Memang KIP sudah di dukung oleh Nasdem, Golkar dan Demokrat. Tetapi selalu KIP kurang percaya diri alias masih ragu-ragu dengan banyak pertimbangan. Memang strategi yang menimbulkan tanda tanya dulu masih efektif, untuk pilgub kali ini kurang efektif. Karena pemilih Jatim sudah sangat cerdas Bahwa KIP sudah 2 kali Cagub Jatim yang sebenarnya menang tapi dicurangi. Buktinya apa? Kemenangan Pak De Karwo dan GI adalah kemenangan di Mahkamah Konstitusi bukan murni memang di Jatim. Kalau GI berpasangan dengan AA maka KIP mestinya berpasangan dengan jagonya Pak De karwo dari Demokrat. Karena penentu Pilgub Jatim masih ada pada Pak de Karwo. Wakilnya bisa Renville, tokoh muda Demokrat Jatim. Dalam Pilgub lalu KIP selalu salah memilih wakilnya. Sehingga kesannya KIP jalan sendiri. Poros Pemerintah Memilih GI dan KIP sebenarnya adalah memilih kepentingan Presiden Joko Widodo. Karena GI diusung partai pemerintah, sementara KIP adalah menteri Jokowi. Kecuali KIP mundur dari Kabinet, maka KIP bukan kepentingan Jokowi. Elektabiltas KIP masih diangka 27 persen. Bila dipasangkan dengan Demokrat bisa Renville atau La Nyalla Mattalitti (LNM) maka akan menjadi sekitar 36 persen. Artinya peluang Khofifah semakin besar Calon Alternatif Kemunculan kuda hitam dalam pilgub Jatim sangat di tunggu. Kemunculan LNM menjadi menarik karena akan menjadi calon alternatif di Pilgub Jatim. Ada banyak nama baru yang menarik baik sebagai cawagub. Nama Tri Rismaharini, Hasan Aminuddin hingga Masfuk. Artinya calon alternatif yang diusung Partai Gerinda, PKS atau PAN akan menjadi kekuatan baru di Jatim. Bila paket poros baru ini muncul. Maka peluangnya cukup besar. Karena Jatim butuh pemimpin baru. Bukan yang ita itu saja. Jatim jenuh dengan GI atau KIP. Intinya Jatim perlu Gubernur Baru. n ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU