Epidemiologi: Vaksin Sinovac Belum Aman di Indonesia

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 17 Des 2020 10:55 WIB

Epidemiologi: Vaksin Sinovac Belum Aman di Indonesia

i

Vaksin Sinovac yang dikirim ke Indonesia.

SURABAYA PAGI, Surabaya – Keampuhan vaksin Covid-19 milik Sinovac, hingga kini masih diragukan efektivitasnya. Bahkan, beberapa kalangan pun agar tidak terburu-buru melakukan vaksinasi dari vaksin Sinovac yang telah dibeli pemerintah Indonesia sebanyak 1,2 juta dosis.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan untuk tidak menyegerakan hasil uji klinis vaksin corona Sinovac di Bandung untuk menyusul pengumuman efikasi vaksin Covid-19 yang akan dilakukan Brasil 23 Desember mendatang.

Baca Juga: Ratusan Anggota DPC PERADI Sidoarjo Antusias Ikuti Gelar Bakti Kesehatan Vaksinasi Covid-19

Sebab, menurutnya keampuhan vaksin covid-19 harus terbukti secara klinis aman dan mampu melawan infeksi SARS-CoV-2 di tubuh manusia. Untuk itu, hasil uji klinis di Bandung harus dilakukan secara mendalam dan matang hingga hasilnya bisa akurat.

"Riset vaksin butuh waktu lama, dan enggak bisa dikebut, enggak bisa diburu-buru, karena harus aman, harus terbukti berkhasiat melawan virus, jadi kita sekarang masih harus wait and see vaksinnya aman," tutur Dicky, seperti keterangan tertulis yang diterima SURABAYAPAGI.com, Rabu (16/12/2020).

Pasalnya, uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 Sinovac yang dilakukan di Bandung, bekerja sama dengan PT Biofarma dan Unpad, diperkirakan akan selesai dalam bentuk laporan pada awal Mei 2021.

Hal ini dikarenakan tim peneliti sedang menunggu hasil pembentukan antibodi dan reaksi kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Terkait uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Brasil yang dikabarkan akan melaporkan hasil efikasinya pada 23 Desember mendatang.

 Sinovac tak Dapat Digunakan di Indonesia

Baca Juga: Vaksin Booster Covid-19 Kedua Harus Bayar Rp100 Ribu

Selain itu, Dicky mengatakan efikasi tersebut tidak dapat langsung digunakan di Indonesia.Sebab, laporan hasil uji klinis di Brasil masih harus diteliti lagi oleh para peneliti vaksin Sinovac di Bandung, atau oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Pengujian ulang dilakukan karena ada kemungkinan perbedaan strain virus yang menyebar di dua negara. Kemungkinan lain penyebab perbedaan efikasi adalah KIPI yang berbeda antara orang yang disuntik di Brasil dan orang yang disuntik di Indonesia.

"Jadi walaupun Brazil sudah keluar [hasil uji klinis] tak serta merta digunakan di Indonesia, harus ada kompilasi, combine hasil uji klinis di berbagai negara, baru bisa digabungkan, kalau hasil awalnya bagus, ya peluang dia aman dan khasiatnya lebih besar," tutur Dicky.

Namun, kata Dicky data awal uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 Sinovac bisa menjadi dasar pemberian izin pakai darurat (EUA) oleh BPOM. Asalkan, metodologi yang dipakai oleh pihak peneliti di Brazil sudah dipastikan sesuai dengan keilmuan yang ada.

Baca Juga: Jatim Berikan Vaksinasi Booster Kedua Secara Gratis

"Tapi meski di Brazil sudah keluar efikasinya, gak bisa digunakan ukurannya untuk Indonesia. Tetap harus ada analisa secara terkompilasi, tapi kalau jadi dasar pemberian EUA, bisa asalkan dengan data awal yang dianggap valid dan memadai, asal metodologinya benar," kata Dicky.

Hal senada juga diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendi. Muhadjir mengingatkan, agar vaksinasi Covid-19 harus dilakukan dengan hati-hati.

"Harus benar dan juga harus dipelajari (faktor penyerta) seksama dan dipastikan tidak terjadi (masalah)," kata Muhadjir saat meninjau RSPI Sulianto Saroso, Jakarta, Rabu (16/12/2020). ana/er/cr2/rmc

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU