Februari, Bencana Hidrometerologi dan Gelombang 4 Meter Hantui Jatim

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 01 Feb 2021 21:17 WIB

Februari, Bencana Hidrometerologi dan Gelombang 4 Meter Hantui Jatim

i

Langit di Surabaya dipantau dari gedung tinggi. SP/Julian

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Memasuki bulan Februari 2021, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak dan BMKG Juanda sama-sama memperingatkan potensi bencana hidrometeorologi dan gelombang di perairan Jawa Timur (Jatim) yang mencapai 4 Meter. Selain adanya cuaca ekstrem yang masih terjadi hingga akhir Maret 2021.

Kepala Seksi Obsevasi dan Informasi BMKG Tanjung Perak, Sutarno menjelaskan, tingginya gelombang tersebut terjadi di wilayah perairan selatan Jatim dan Samudera Hindia Selatan Jatim. "Tinggi gelombang di perairan selatan Jatim antara 2 meter hingga 4 meter dan selat Hindia selatan Jatim antara 2,3 meter hingga 4,3 meter," kata Sutarno, kepada Surabaya Pagi, Senin (01/02/2021).

Baca Juga: DJP Jatim 2 Gandeng Media untuk Tingkatkan Pencapaian Target Pajak

Tingginya gelombang tersebut diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi serta tekanan rendah di utara Australia. Tekanan rendah ini kemudian memicu peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada peningkatan ketinggian gelombang. "Tapi tetap kita pantau perkembangannya, biasanya memang di bulan Januari dan Februari kondisi gelombangnya cenderung lebih tinggi," katanya.

Kondisi cuaca di beberapa pelabuhan yang ada di Jatim pun berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Pelabuhan Tanjung Perak misalnya berpotensi hujan ringan dengan tinggi gelombang 0,1 meter hingga 0,3 meter.

Sementara untuk pelabuhan Perikanan PPP Tamperan dengan intensitas hujan sedang dan tinggi gelombang antara 1 meter hingga 2,3 meter.  "Untuk pelabuhan Gresik, pelabuhan Kalianget dan pelabuhan Jangkar kondisi cuacanya sama seperti pelabuhan Tanjung Perak dengan intensitas hujan ringan dan tinggi gelombang antara 0,1 meter hingga 0,3 meter," terangnya

 

Angin Kencang

Saat dikonfirmasi terkait puncak cuaca ekstrim, Sutarno menyampaikan bulan Februari adalah bulan yang rentan akan angin kencang, gelombang dan curang hujan yang tinggi. "Februari masuk puncak musim hujan jadi masarakat harus mewaspadai bencana hidrometorologi yaitu banjir tanah longsor gelombang tinggi dan angin kencang," terangnya

Untuk nelayan, ia menghimbau untuk selalu mengupdate info terbaru terkait cuaca maritim yang saban hari dikeluarkan oleh BMKG Tanjung Perak.

"Agar selalu waspada dalam beraktivitas melaut dan selalu updete info cuaca dari BMKG Tanjung Perak karena sekarang masuk puncak musim penghujan. Karena biasanya hujan lebat (selalu) dibarengi petir dan angin kencang," tandasnya.

Senada juga diungkapkan BMKG Juanda. Teguh Tri Susanto, selaku Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda, membeberkan, peta monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut, Peta Distribusi Hujan Dasarian III Januari 2021, dan Peta Prakiraan Curah Hujan Dasarian I Februari 2021 di Provinsi Jawa Timur.

Hari Tanpa Hujan (HTH) Berturut-turut di wilayah Jawa Timur pada umumnya kriteria “Masih Ada hujan” dan “Sangat Pendek”. "Distribusi Curah Hujan Dasarian III Januari 2021 di Provinsi Jawa Timur pada umumnya kriteria 'Menengah' hingga 'Sangat Tinggi'," terangnya.

Kriteria Sangat Tinggi (>300 mm/dasarian) terjadi di Sebagian kecil Kab. Banyuwangi, Gresik, Jember, Malang, Mojokerto, Pasuruan, dan Sidoarjo. Selain itu, curah hujan Dasarian I Februari 2021 Provinsi Jawa Timur (deterministik) pada umumnya diprakirakan berkisar 51-150 mm dengan peluang (probabilistik) lebih dari 80 %.

"Potensi hujan dengan intensitas tinggi terjadi di sebagian kecil Kab. Mojokerto, Pasuruan, Kediri, Blitar, Tulungagung, Jember, Banyuwangi, Probolinggo, serta di seluruh Kab. Situbondo dan Bondowoso dengan peluang lebih dari 50%," terang Teguh,  saat di konfirmasi oleh Tim Surabaya Pagi, Senin (1/2/2021).

 

Baca Juga: Pemkot Surabaya Rencana Tambah 2 Rumah Anak Prestasi

Akibat Ulah Manusia

Sementara, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Timur, menilai, peningkatan jumlah bencana di Jawa Timur, bukan saja karena curah hujan tinggi. Tetapi akibat ulah manusia dan abainya pemerintah.

Wahyu Eka Manajer Kampanye WALHI Jatim bilang risiko kerentanan bencana meningkat salah satunya karena perilaku antropogenik atau disebabkan aktivitas manusia. “Adalah keniscayaan, perubahan iklim antropogenik meningkatkan bencana hidrometeorologi dan dampak kesehatan terkait,” ujarnya, Senin (1/2/2021).

Wahyu pun mengutip data dari sistem pemantauan dan pengawasan daring terhadap kawasan hutan, Global Forest Watch (GFW). Jatim mengalami deforestasi. Pada 2001 Jatim punya 232.000 hektare hutan primer, membentang di lebih dari 4,8 persen daratan. Pada 2019, sekitar 439 hektare hutan primer di Jatim hilang.

Tak hanya itu, sejak 2001 sampai 2019 Jatim juga kehilangan 84.500 hektare tutupan pohon atau setara minus 4,4 persen tutupan pohon dibandingkan 2000 silam.

Sistem pemantauan hutan GFW menunjukkan, ada lima daerah di Jatim yang paling bertanggung jawab atas 54 persen tutupan pohon yang hilang.

Eka menyimpulkan, ada peran pemerintah yang terlalu abai terhadap faktor kerentanan wilayah (terutama tutupan pohon) dalam memutuskan kebijakan tata ruang. “Penting kiranya pemerintah pusat, Pemprov Jatim, dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jatim membuat kebijakan berbasis sains dan realitas,” kata Eka.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Disnakertrans Jatim Buka 54 Posko Pengaduan THR

 

Alami Peningkatan

Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Walhi Jatim memaparkan peningkatan bencana hidrometeorologi dalam catatan kritisnya.

Sesuai data BNPB sejak 2013 sampai 2019, jumlah bencana hidrometeorologi di Jatim mengalami peningkatan jumlah setiap tahun. Paling pesat pada 2019.

Data 2013-2014, misalnya, ada sekitar 233 bencana yang terjadi di Jatim. Pada 2015 bencana hidrometeorologi meningkat menjadi 297 bencana.

Pada 2016 jumlah bencana hidrometeorologi di Jatim kembali meningkat sebanyak 404 bencana, lalu 434 bencana pada 2017, lalu menjadi 455 bencana pada 2018.

Jumlah bencana hidrometeorologi di Jatim mengalami peningkatan signifikan pada 2019 silam. Yakni menjadi 620 bencana hidrometeorologi. sem/mbi/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU