Festival Kitab Kuning Pamerkan Kitab Kuno Tulisan Tangan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 11 Mar 2022 10:09 WIB

Festival Kitab Kuning Pamerkan Kitab Kuno Tulisan Tangan

i

Bupati Ipuk Fiestiandani saaat melihat salah satu kitab kuning yang dipamerkan.

SURABAYAPAGI, Banyuwangi- Sejumlah kitab kuno tulisan tangan (manuscript) para Kiai, mulai dipamerkan dalam acara Festival Kitab Kuning yang digelar di Gedung Juang Banyuwangi.

Pameran kitab kuno yang berisi tentang cabang-cabang keilmuan seperti UshulFiqih, Fiqih, Tassawuf, Hadist dan Tafsir atau biasa disebut ‘Kitab Kuning’ yang akan digelar hingga 12 Maret itu merupakan rangkaian dari pelaksanaan Banyuwangi Festival (Bi-fest) 2022.

Baca Juga: Menuju Peradaban Baru, RMI Telurkan Tiga Rekomendasi dalam Halaqah Ulama Nasional

Pameran yang dihadiri oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi, KH Muhammad Yamin, dan beberapa Kiai serta para pengasuh Pondok Pesantren itu dibuka oleh Bupati Ipuk Fiestiandani, Kamis (10/3) malam.

Bupati dalam sambutannya mengatakan, kitab-kitab kuning yang dipamerkan tersebut seluruhnya ditemukan dan berada di Banyuwangi. Melalui pameran tersebut Bupati berharap agar tradisi menulis seperti yang sudah dilakukan oleh para Kiai dan Dzuriyyah sejak zaman dahulu itu diharapkan dapat memotivasi para Santri untuk meneruskan budaya menulis.

Baca Juga: Festival Film Internasional Bali (Balinale) 2023: Light, Camera, Bali!

"Kitab Kuning ini adalah budaya menulis yang harus diteladani oleh para santri dan generasi muda sekarang ini yang pada umumnya kurang berminat tulis-menulis. Ini merupakan kekayaan intelektual Banyuwangi dan menjadi bagian dari pengembangan akhlak yang harus terus digelorakan. Ini menjadi inspirasi bagi Banyuwangi,” kata Bupati.

Menurut Bupati, sejumlah kitab kuning yang ditulis para Kiai dan Dzuriyyah Banyuwangi itu merupakan harta karun yang sangat berharga. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Banyuwangi. Pembukaan festival tersebut diwarnai dengan pembacaan salah satu kitab kuno yang ditulis oleh (Alm) KH Abdullah Faqih, pendiri Pondok Pesantren di Cemoro, Singojuruh, oleh KH Toha Munthoha Manan.

Baca Juga: Lagi, Festival Ketupat Lebaran di Lamongan di Gelar Secara Meriah

Sebelum ‘membedah’ isinya, KH Toha Munthoha sempat membeberkan tentang sejarah KH Abdullah Faqih nyantri dan melakukan pengembaraan keilmuan mulai dari Banyuwangi, Lumajang, Malang, bahkan sampai ke Banten, hingga bermukim selama 23 tahun di Makkah.

Menurut KH Toha Munthoha, keberadaan kitab-kitab tersebut menjadi bukti bahwa semenjak dahulu kala Banyuwangi sudah ‘memainkan’ sejarah yang luar biasa.b

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU