Fokus Gali Potensi Alam dan Budaya Bawean

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 21 Nov 2017 23:27 WIB

Fokus Gali Potensi Alam dan Budaya Bawean

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Dosen Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Dr. Sri Wiryanti Budi Utami., M.Si., memiliki sudut pandang tersendiri saat ditanya perihal Pulau Bawean. Pulau yang terletak di wilayah Kabupaten Gresik itu, baginya, memiliki berbagai keunikan yang tidak ditemukan di pulau yang lain. Bawean itu merupakan daerah yang unik, tegas Wiryanti saat ditemui di ruang kerjanya pada akhir Oktober lalu. Keunikan Bawean, menurut Wiryanti, bisa dinilai dari banyak hal. Mulai masyarakat yang beragam, budaya asimilasi yang diakui sebagai budaya sendiri, hingga pengakuan bahwa penduduk setempat adalah etnis Bawean. Bukan hanya itu, keunikan lainnya juga ada. Sebab, masyarakat setempat merupakan perpaduan dari beberapa etnis seperti Madura, Jawa, Bugis, Palembang, bahkan Melayu. Mereka selalu menyebutnya sebagai miniatur Indonesia. Meski merantau, mereka itu tetap cinta pada tanah airnya, imbuhnya. Ditanya perihal perhatian dan fokusnya terhadap Bawean, Wiryanti mengakui bahwa selain unik, alam Bawean sangat indah. Dia tidak segan menyebut Bawean sebagai Bali kecil di Laut Jawa. Meski demikian, ada satu hal yang masih disayangkan Wiryanti, yakni pengelolaan pariwisata yang belum baik. Banyak hal di sana yang belum dikelola dengan baik. Alamnya, kulinernya, budayanya, dan masih banyak lagi, tuturnya. Sebagai orang yang bergelut di bidang lingustik dan budaya, Wiryanti menyatakan bahwa keunikan berbahasa juga terdapat di Bawean. Salah satunya, pengakuan orang setempat tentang bahasa Bawean. Meski cara bertuturnya cenderung mengarah ke Madura, menurut dia, masyarakat setempat mengaku Bawean memiliki bahasa sendiri yang sejajar dengan yang lain. Meski secara leksikostatistik belum bisa dikatakan sebagai sebuah bahasa sendiri, tapi orang Bawean menguatkan bahasa dengan budayanya. Sebab, bahasa tidak hanya berkaitan dengan kosa kata dasar, tapi juga sikap mereka dalam menyikapi bahasa itu, jelasnya. Bukan hanya itu, sebagai orang yang juga fokus pada kearifan lokal, Wiryanti mencoba mendokumentasikan sebuah legenda masyarakat setempat ke dalam sebuah buku. Bagi dia, hal tersebut sangat penting. Sebab, legenda dan kearifan lokal yang hanya dituturkan tanpa dibukukan bukan tidak mungkin akan hilang. Padahal, semua kearifan lokal berada dalam cerita. Misalnya, asal usul leluhur. Banyak tokoh yang berasal dari seberang yang menjadi tonggak awal penduduk Bawean. Baik dari Jawa, India, Madura, maupun Campa. Semua legenda itu memperlihatkan bahwa masyarakat Bawean multietnik dan sangat beragam. Kini kami susun dalam sebuah buku, ungkapnya. Pada akhir, Wiryanti berharap berbagai pihak seperti pemerintah setempat dan UNAIR bisa lebih fokus dengan potensi Bawean. Sebab, potensi tersebut bisa menjadi laboratorium bagi UNAIR yang memiliki keilmuan yang beragam. Mulai kesehatan masyarakat, kedokteran hewan, perikanan kelautan, ekonomi, sosial, hingga ilmu budaya. Kalau keunggulan UNAIR bisa disatukan untuk mengelola Bawean, kan ini bisa lebih gereget dan benar-benar bisa maksimal, tegasnya. ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU