Forkopimda Jatim Launching Progam Omah Rembug dan Revitalisasi Siskamling

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 01 Feb 2023 14:28 WIB

Forkopimda Jatim Launching Progam Omah Rembug dan Revitalisasi Siskamling

i

Acara launching program Omah Rembug dan Revitalisasi Siskamling di Gedung Mahameru Polda Jatim, Surabaya, Selasa (31/1/2023). SP/Ariandi.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Toni Harmanto dan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf meluncurkan program Omah Rembug dan Revitalisasi Siskamling di tingkat desa dan kelurahan. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gedung Mahameru Polda Jatim, Surabaya pada Selasa (31/1/2023).

Berdasarkan data dari Polda dan Polres se-Jatim, terdapat 59.918 kasus yang terjadi selama 2022. Angka itu tidak sebanding dengan jumlah penyidik kepolisian yang hanya sejumlah 3.702 personel. Artinya, satu penyidik dapat menangani hingga 16 perkara.

Baca Juga: 31 Juta Orang Diprediksi Mudik ke Jatim

”Ketidakseimbangan antara jumlah penyidik dan perkara yang ditangani ini, kami mencarikan solusi. Yakni, menggagas kembali revitalisasi omah rembug dan siskamling,” kata Kapolda Jatim Irjen Pol Toni Harmanto Selasa (31/1/2023).

Menurutnya, dengan adanya omah rembug di tiap desa ini, maka diharapkan ada perkara atau kasus yang bisa dimediasi dan diselesaikan di tingkat desa. Pasalnya, menurutnya, banyak laporan polisi yang seharusnya bisa diselesaikan melalui mediasi dan komunikasi yang baik antara pihak-pihak tersebut.

“Tentunya keberadaan omah rembug dan siskamling ini akan menyederhanakan proses penyelesaian masalah yang timbul di masyarakat sehingga tidak sampai kepada proses keadilan. Dan ini akan menjadi solusi yang memberikan kemurahan dan kecepatan dalam proses penyelesaian mediasi. Pasalnya, dapat dilakukan di tingkat desa dan tingkat masyarakat. Sehingga tidak perlu sampai laporan polisi,” terangnya.

Irjen Pol Toni menjelaskan, program ini digagas bersama Forkopimda Jatim untuk kembali merevitalisasi siskamling yang sudah mulai menghilang. Salah satunya dengan membuat program Omah Rembug tiga pilar mulai dari Kepala Desa bersama dengan Polri dan TNI untuk mengatasi setiap permasalahan di kelompok terbawah yakni masyarakat.

"Omah Rembug ini merupakan upaya Forkopimda Jatim untuk menyederhanakan persoalan-persoalan yang dirasakan masyarakat. Sehingga, tidak mendatangkan cost (biaya besar), ada kemurahan, kecepatan dalam penyelesaian masalah," ujarnya.

"Dan juga langkah - langkah menditeksi persoalan yang terjadi di wilayah itu sendiri, sehingga aktifitas kegiatan siskampling yang mungkin selama ini sudah mulai tidak aktif lagi itu kita revitalisasi kembali untuk berperan termasuk langkah langkah rumah rembug ini," imbuhnya.

Mantan Kapolda Sumatera Selatan itu juga menambahkan, dengan kembalinya aktivitas siskamling menjadi peringatan dini dan mendeteksi ancaman di masing-masing wilayah.

"Kita berharap betul dengan penyederhanaan proses proses dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat akan lebih mudah dan tidak dirasakan beban oleh masyarakat ini konsep yang dihadirkan dalam kegiatan pada hari ini," tuturnya.

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyebut, omah rembug dan siskamling memiliki peran multikompleks dan multifungsi. Pasalnya, mampu menyelesaikan masalah dari lini paling bawah, mulai tingkat kelurahan hingga desa.

Menurut Khofifah, dihidupkannya kembali siskamling dapat menjadi penguat masyarakat dalam menghadapi berbagai persoalan. Mantan Menteri Sosial (Mensos) itu menjelaskan, bahwa kelompok paling rentan adalah masyarakat.

"Titik rentan kekuatan kita pada rantai terlemah, kekuatan rantai ini ditentukan titik rantai terlemah, ketika ada rantai tersusun ada satu rantai lemah maka putuslah rantai itu," ujarnya.

Maka dari itu, keberadaan Omah Rembug ini diharap mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Untuk menyelesaikan itu, pemerintah tidak bisa sendiri namun perlu dukungan dari TNI, Polri dan masyarakat.

Baca Juga: Polda Jatim Berangkatkan 50.789 Paket Bantuan Kemanusiaan

Apalagi, saat ini dihadapkan pada permasalahan digitalisasi yang menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks. Oleh itu, tiga pilar di desa harus memiliki keterampilan complex problem solving.

"Makin cepat perubahan makin tinggi penggunaan digital IT, maka masalah yang timbul makin kompleks. Maka, keterampilan itu harus dimiliki yakni menjadi problem solver, kita harus jadi penyelesai masalah untuk mengatasi masalah yang sangat kompleks, jangan jadi trouble maker," tuturnya.

Omah rembug dan siskamling sendiri juga menjadi bentuk kearifan lokal yang mampu menjadi solusi dari pemecahan masalah di tingkat bawah dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

“Omah rembug ini harus ditopang oleh mereka yang punya kearifan dan tidak memiliki keberpihakan pada pihak tertentu. Dari situ akan terbangun kearifan lokal yang akhirnya akan menjadi kearifan nasional atau national wisdom yang luar biasa. Ini akan menjadi embrio bagaimana kearifan desa, kearifan kota/kab, kearifan provinsi akan menjadi kearifan nasional,” ungkapnya.

Ia menuturkan, peran tiga pilar yakni bhabinkamtibmas, babinsa dan kepala desa/lurah sangat penting untuk mewujudkan kondusifitas dari lini paling bawah. Tiga pilar juga memiliki peran penting dalam membangun sinergi, kolaborasi, strong partnership dan gotong royong diantara masyarakat.

“Di Jatim ada 666 kecamatan, 777 kelurahan dan 7.724 desa. Artinya ada kebutuhan 8.501 Babinsa dan 8.501 Bhabinkamtibmas supaya bisa bersama-sama menjadi pilar bagi mewujudkan keamanan dan ketertiban dari wilayah administrasi paling bawah, yaitu kelurahan dan desa,” terangnya.

Baca Juga: Khofifah : Semua Elemen Harus Bekerja Keras

Khofifah pun mengajak para kepala desa, bhabinkamtibmas, dan babinsa untuk bisa menjadi pemimpin yang dapat memberikan solusi dan menjadi pemimpin yang memungkinkan (enabler leader).

Yakni pemimpin yang bisa melihat sesuatu hal yang bisa menjadi peluang atau solusi dari suatu permasalahan. Selain itu, pemimpin yang memungkinkan hal yang dianggap susah atau impossible menjadi hal yang memungkinkan atau possible.

”Sering kali kita merasa sudah maksimal. Padahal, kapasitas yang kita gunakan belum maksimal. Ketika ditambahkan persoalan yang tidak terlalu berat, rasanya sudah penuh,” tukasnya.

Sebelumnya, Pangdam V / Brawijaya, Mayjen TNI Farid Makruf menyambut baik program revitalisasi omah rembug dan siskamling ini. Menurutnya, jika program ini berjalan dengan efektif, maka persoalan di tingkat bawah bisa terselesaikan, sehingga persoalan di tingkat atas akan semakin sedikit.

"Namun, selain penyelesaian permasalahan, saya juga berharap program omah rembug dan siskamling ini bisa mencegah permasalahan. Caranya dengan rutin berkomunikasi dan berdiskusi dengan masyarakat," tutur Farid.

Lebih lanjut, Farid mengungkapkan bahwa wilayah Jatim kerap terdampak bencana, rawan kelompok gangster, dan gesekan antar kelompok masyarakat. Maka dari itu, peran tiga pilar di tingkat desa sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya permasalahan tersebut.

"Di era modern saat ini, dibutuhkan sinergitas dan kolaborasi antar instansi. Untuk itu saya memerintahkan seluruh Babinsa di Jatim untuk mendukung dan mensukseskan program revitalisasi omah rembug dan siskamling ini," pungkasnya. ari

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU