Gagal Berbisnis Berulang Kali, Kini Sukses Lewat Jamur Mantan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 31 Mar 2021 08:55 WIB

Gagal Berbisnis Berulang Kali, Kini Sukses Lewat Jamur Mantan

i

Dedi Mahendra Sukma dan istrinya Ike Galuh Candra. SP/ TRG

SURABAYAPAGI.com, Trenggalek - Dedi Mahendra Sukma dan istrinya, Ike Galuh Candra kerap sekali gagal berbisnis. Sebelumnya ia pernah jadi petani jamur tiram di Kediri, tapi bangkrut karena tidak bisa mengelola. Lalu beralih jualan sari kedelai, agen barang kebutuhan rumah tangga, rental gim, jual beli kendaraan, dan lain-lain namun gagal juga.

Pada 2017, Dedi mulai membuat camilan jamur krispi. Jamur dipilih karena dulunya ia pernah menjadi petani jamur tiram di Kediri.

Baca Juga: Harga Gabah di Trenggalek Turun

Resep tepung untuk krispi itu diracik sendiri. Adonan terdiri dari gabungan tiga jenis tepung. Setelah beberapa kali percobaan, ia merasa menemukan cita rasa yang pas. Resep itulah yang kemudian dipakai hingga sekarang. Bukan cuma soal rasa. Hal yang menarik lain dari Jamur Mantan adalah permainan kata-kata. Nama merek “mantan” dipilih bukan tanpa latar belakang.

Dedi bercerita, kalimat mantan sudah mulai melekat pada dirinya ketika mulai berdinas unit Bhabinkamtibmas. Ia sering memberi penyuluhan ke remaja-remaja di daerah tempat ia bertugas. Salah satu tema yang diangkat yakni, hubungan remaja sehat.

Kata itu lalu dipakai sebagai nama brand jamur krispi buatannya. Untuk menambah asyik, dia mengolah kata-kata sebagai branding produk. Misalnya, untuk varian rasa, ia menggunakan istilah dari singkatan khas anak muda. Rasa original disebut TTM. Artiya Tetap Terasa Murni. Ada juga varian rasa PHP: Pedas Huha Pol. Varian Pisah merupakan akronim dari Pizza Rasa Mewah. Sementara rasa barbeku dinamai Baper alias barbeku super.

“Jangan lupa selfie, tunjukin kalau lebih lezat jamur mantan ketimbang mantan yang berjamur,” ujarnya yang ia tuangkan dalam kemasan jamur mantan, dikutip Rabu (31/3/2021).

Dedi pernah membuat survei kecil-kecilan untuk mengatahui orang-orang mengonsumsi makanannya. Lewat sosmed, ia membuat semacam giveaway untuk mereka yang berfoto dengan camilan itu. Hasilnya, mayoritas yang mengunggah foto adalah perempuan usai 20-an.

Baca Juga: Kasus DBD di Trenggalek Meningkat Tajam

Untuk menambah daya tarik, ia juga mencantumkan kalimat-kalimat “baper” lain di tata cara makan di bungkus Jamur Mantan. Contohnya: makan sambil duduk pakai tangan kanan, bukan tangan mantan.

Lewat strategi pasar itu, Jamur Mantan digemari. Saban hari, Dedi, Ike, dan sebelas pegawainya memasak 30-50 kg jamur mentah. Bahan itu cukup untuk membuat 300-an bungkus Jamur Mantan. Masing-masing bungkus diisi 70 gram. Harganya sekitar 12.000 per bungkus.

Meski punya pengalaman menjadi petani jamur, Dedi enggan menanam untuk bahan baku produknya. Jamur selama ini dipasok oleh para petani di Trenggalek dan Tulungagung. Alasannya, menjalankan bisnis kudu fokus. Mengelola semuanya dari hulu sampai ke hilir, kata dia, justru bisa membuat produksi tak maksimal.

Baca Juga: Truk Terperosok ke Jurang, 3 Orang Luka-luka

“Kami menjual mayoritas lewat online. Pasarnya mulai dari Jawa Timur sampai ke luar pulau, seperti Kalimantan, Sumatera, dan Bali. Yang jauh bisanya membeli untuk dijual lagi,” ungkap dia.

Selain itu, produk Jamur Mantan juga dijual di banyak toko oleh-oleh khas di Kabupaten Trenggalek. Tak hanya usaha, Dedi bilang, jamur mantan juga menyisihkan hasil usaha untuk sosial. “Dua persen dari hasil kami donasikan. Kurang lebih nominalnya satu bulan Rp 1 juta lebih,” tutur dia. Dsy1

 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU