SURABAYAPAGI.COM, Blitar - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Blitar Rini Syarifah melakukan panen raya padi di Dusun Soso, Desa Soso, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Sabtu (27/5/2023).
Di hadapan Khofifah, para petani mengaku menggunakan biosaka untuk memenuhi 50 persen kebutuhan pupuk bagi tanaman padi mereka. Langkah ini dilakukan sebagai upaya menciptakan pertanian organik dan terbebas dari ketergantungan pupuk kimia yang kian sulit didapatkan.
“Pada tahun 2020, 2021dan 2022 produksi padi di Jatim tertinggi diantara seluruh provinsi di Indonesia. Sekarang kami akan menguatkan produktivitas yang tetap tinggi tetapi tetap ramah, alam tetap ramah lingkungan,” kata Khofifah, Sabtu (27/5/2023).
Khofifah pun mengapresiasi hasil pertanian di desa ini. Tanaman padi Inpari 32 tumbuh subur berkat cairan Biosaka yang dibuat oleh para petani Poktan Gardu Rukun II Gandusari Blitar ini.
Tak hanya menghemat biaya produksi, Khofifah menyebut pupuk organik ini bisa meningkatkan hasil produksi para petani. Sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik ke depannya.
"Biosaka ini menjadi referensi yang luar biasa bagaimana kita selamatkan dan kembali ke alam. Pupuk organik ini menjadi simbol pemulihan alam, mengingat pupuk kimia selalu digunakan di pertanian kita selama puluhan bahkan ratusan tahun. Apalagi hasil penggunaan Biosaka ini multifungsi luar biasa sekali," ujarnya.
Biosaka sendiri bukanlah pupuk atau pestisida melainkan elisitor, senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi pada tanaman menjadi lebih baik, memberikan sinyal positif bagi membran sel pada akar sehingga lebih energik dan produktif.
Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bioteknologi. Cairan Biosaka ini diciptakan oleh petani asal Blitar bernama Muhamad Ansar yang sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 0003990.
Selain itu, penggunaan cairan biosaka juga membuat tanaman padi semakin kebal dengan serangan hama. Sehingga tanaman padi petani tidak gampang rusak akibat serangan hama.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini menyebut, penggunaan biosaka memiliki banyak keunggulan. Salah satunya menekan biaya operasional tanam padi disaat harga pupuk kimia sedang melambung tinggi seperti saat ini.
Selain itu, biosaka juga lebih ramah lingkungan dan dapat mengurangi tingkat kejenuhan tanah.
“Di sini rata-rata sudah menggunakan 50 persen non kimiawi dan 50 persen biosaka. Biosaka ini akan menjadi good news karena memang produksi padi menjadi lebih tinggi, ketahanan terhadap hama lebih bagus , tapi revitalisasi fungsi lahan bisa terbangun,” terangnya.
Selain berdampak pada penghematan biaya produksi, penggunaan biosaka pada tanaman padi juga berdampak pada kualitas gabah yang dihasilkan. Menurut Khofifah dari keterangan para petani, gabah hasil pengembangan cairan biosaka lebih enak dan pulen.
“Selain itu dari segi rasa padi biosaka ini jauh lebih punel dan harum,” ucapnya.
Maka dari itu, Mantan Menteri Sosial RI ini berharap, inovasi biosaka yang diciptakan petani Blitar ini bisa menjadi referensi daerah lain di Jatim.
"Saya lihat sudah banyak yang pakai biosaka, tapi saya harap lebih masif lagi," imbuhnya.
Ia pun menilai, penggunaan biosaka ini harus didukung dan terus disosialisasikan ke daerah lainnya, khususnya di Jatim.
Di samping itu, lanjut Khofifah, pembuatan biosaka juga cukup murah dan mudah. Biosaka dibuat dengan memanfaatkan rumput atau tanaman hijau yang ada di sekitar. Sementara untuk pembuatannya cukup dihancurkan dengan tanah dan dicampur dengan air.
"Alangkah baiknya ini terus kita sosialisasikan karena pembuatannya sesederhana itu namun manfaatnya banyak. Dari daun, rumput atau tanaman apapun (asal daunnya bagus), minimal lima jenis berbeda. Kemudian tinggal diputer - puter, sudah bisa digunakan," tutupnya. blt
Editor : Redaksi