Gus Hans Tokoh NU, Awey Bukan Kaleng-kaleng

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 10 Jun 2020 21:54 WIB

Gus Hans Tokoh NU,  Awey Bukan Kaleng-kaleng

i

KH Zahrul Azhar alias Gus Hans (kiri) dan Vinsensius Awey (kanan)

 

Dua Tokoh Muda yang Layak Dipilih MA Maju dalam Pilkada Surabaya 2020, 9 Desember 2020 Mendatang 

Baca Juga: Prabowo Presiden, Gerindra Sapu Bersih 39 Pilkada di Jawa Timur

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Bila Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih belum terbuka siapa calon yang akan dijagokan untuk konstestasi pemilihan Wali Kota Surabaya (Pilwali Surabaya) 2020. Berbeda dengan koalisi dari Irjen Pol (Purn) Machfud Arifin, yang sejak akhir Mei 2020, sudah diusung tujuh partai untuk maju sebagai calon Wali Kota Surabaya periode 2020-2025 mendatang. Koalisi yang diusung MA kini sudah mempersiapkan dua nama yang digadang-gadang untuk mendampingi MA bertarung melawan PDIP, 9 Desember 2020 mendatang.

 Dari data yang dihimpun Surabaya Pagi hingga Rabu (10/6/2020), dua nama masuk dalam radar calon pendamping mantan Kapolda Jatim itu. Mereka sama-sama dari kalangan tokoh muda dan mempunyai basis massa baik massa berpeluang mendulang suara tinggi, hingga mempunyai tingkat elektabilitas yang tinggi dalam pemilihan umum (Pemilu) terakhir tahun 2019 lalu.

Pertama, muncul nama KH Zahrul Azhar alias Gus Hans. Dalam Pilgub Jatim 2018, Gus Hans cukup membuat Khofifah Indar Parawansa terpilih menjadi Gubernur Jatim. Kemudian, Vinsensius Awey, nama yang cukup kuat untuk mendampingi MA dengan memiliki elektabilitas yang sangat tinggi pada Pemilihan Legislatif 2019 lalu. Awey sendiri, dalam Pileg 2019, yang maju di DPR RI dari Partai NasDem bisa meraup 31 ribu suara.

Gus Hans selain kader Partai Golkar, ternyata juga mengikuti beberapa konvensi yang digelar beberapa partai. Tak heran, sebagai kader Partai Golkar, Gus Hans, dimajukan untuk mendampingi MA dalam Pilwali Surabaya mendatang.

 

Kader Paling Siap

"Karena diantara semua kader, yang paling siap ya Gus Hans. Tapi kami tetap tidak mau memaksa pak MA untuk memilih siapa nama untuk menjadi wakilnya," ujar Arif saat dihubungi Surabaya Pagi pada Rabu (10/6/2020).

Dirinya juga memberikan alasan mengapa Gus Hans layak didaulat untuk mendampingi MA. "Gus Hans sudah lama berkeliling di masyarakat, dirinya juga dikenal sebagai tokoh NU yang dekat dengan masyarakat," jelasnya. Arif juga mengatakan salah satu faktor yang menjadikan Gus Hans sebagai nama yang diusulkan Golkar untuk mendampingi MA, adalah karena tingkat elektabilitasnya sedang mengalami kenaikan.

Dirinya menambahkan jika seandainya Gus Hans menjadi pendamping MA, maka mampu untuk membantu meraih suara dari milenial dan pemuka agama. "Optimis ya pasti optimis. Karena kami yakin beliau mampu. Namun apapun hasilnya nanti juga tidak mengurangi komitmen kami sedikitpun kepada pak MA," tambahnya.

 

Milenial dan Nahdliyin

Gus Hans dipilih karena kader milenial yang tepat menjawab kebutuhan para calon pemilih milenia Surabaya. Dia bisa berkontribusi lebih. Ia juga begitu dekat dengan nahdliyin. Pengasuh salah satu Ponpes di Jombang ini juga begitu akrab dengan warga Surabaya.

Dia juga sebagai salah satu pengisi acara di beberapa stasiun televisi lokal dan nasional.

Golkar bakal menerjunkan kader-kader terbaiknya untuk totalitas memenangkan Pilwali. Semua kader Golkar akan menyapa masyarakat melalui door to door. Sebab, masa pendemi tidak memungkinan mengumpulkan massa dalam jumlah banyak.

Pria yang juga mantan wartawan ini yakin dengan kapasitas dua calon pendamping MA yang diusulkan partainya. Golkar optimistis bakal berkontribusi dalam perolehan suara lebih baik dan bertekad bisa memenangkan kontestasi Pilwali Surabaya.

 

Awey Bukan Kaleng-kaleng

Terpisah, Partai NasDem, yang menggadang-gadang Awey, juga diunggulkan oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD Partai NasDem Surabaya, Imam Syafi'i. Imam melihat, Awey yang paling layak dan mempunyai elektabilitas paling tinggi. Jadi, Awey sendiri sangat layak, untuk mendampingi MA.  "Secara resmi masih dikonsultasikan ke DPP. Namun yang berkembang dibawah, menurut kami nama yang layak ya Vinsensius Awey. Apalagi Awey juga layak karena sudah berpengalaman di DPRD dan bukan kaleng-kaleng. Dia juga terkenal vokal, kritis, aktif dan membela masyarakat," ujar Imam saat dihubungi Surabaya Pagi pada Rabu (10/6/2020). Imam juga melihat, Awey dapat mengambil segmentasi untuk pemilih pemula dan kaum milenial.

Meski begitu, tambah pria yang juga mantan wartawan ini, bahwa Machfud Arifin memberi kesempatan kepada seluruh partai koalisi untuk memberikan nama bakal calon pendamping mantan Kapolda Jatim itu.

 

Bisa Bekerjasama dengan MA

Baca Juga: 15 PAC Gerindra Minta Hj Mimik Idayana Maju Jadi Cawabup Sidoarjo

Imam juga menyebutkan ada beberapa kreteria yang dipertimbangkan bagi bakal calon pendamping MA pada Pilwali Surabaya mendatang. "Pertimbangan tersebut diantaranya adalah elektabilitas, memberikan kontribusi atau tidak. Lalu juga tentu dapat bekerjasama dan mempunyai kemistri yang baik dengan MA," jelasnya.

Anggota DPRD Kota Surabaya asal fraksi Nasdem ini juga mengatakan bahwa siapapun nama yang akan dipilih MA nanti untuk mendampinginya, harus dapat diterima dengan baik dan disetujui oleh seluruh partai pengusung.

Selain itu, Imam juga menambahkan jika bakal calon pendamping tersebut tidak harus melalui partai. Tidak menutup kemungkinan juga nama tersebut muncul dari sosok independen non partai. "MA mempersilakan siapa saja, baik dari parpol maupun non parpol. Namun hingga saat ini belum ada keputusan siapa yang akan dipilih," tutup Imam.

 

PSI dan PKS Wait and See

Terpisah, baik PKS dan PSI masih belum mengambil sikap dan memilih wait and see. Meskipun, PKS sempat berkomunikasi dengan MA pada akhir April 2020 lalu dan diakui oleh Ketua DPC PKS Surabaya Ahmad Suyanto yang masih terus melakukan pendekatan dengan Machfud Arifin. "Kami belum dalam posisi menentukan atau menyodorkan sosok dan kader kami kepada Pak MA. Biarlah proses dinamis yang akan menjawabnya. Saya serahkan kepada Pak MA," ucap Suyanto.

Baik PKS maupun Golkar adalah sebagian partai yang memiliki cukup kader untuk penyempurna bagi kandidat wali kota. Mereka bisa saja menyodorkan kader mereka sebagai calon bakal wali kota atau pendamping Machfud.

Bahkan, sebelumnya, PKS akhir April 2020 kemarin, sudah mulai melakukan manuver politik dengan melakukan pendekatan ke kubu Machfud Arifin. Saat itu, Ketua DPC PKS Surabaya Achmad Suyanto mengadakan pertemuan dengan MA.

Dalam pertemuan itu, Suyanto ingin menyampaikan kesamaan visi dan pandangan dalam rangka membangun Surabaya ke depan. Bahkan, Suyanto tak menampik bahwa perlunya komunikasi politik partainya dengan Cak Machfud selaku kandidat calon wali kota. Dia berharap ada sinergi ke depan menyongsong Pilwali Surabaya.

Di mata politisi PKS tersebut, MA adalah sosok yang layak menjadi Wali Kota Surabaya ke depan. Bahkan dia menyebut bahwa Cak Machfud kebapakan. "Nek coro Jowo iku Mbapaki, bisa ngemong, mengayomi. Saya kira saatnya diuwongke, diayomi, digendong, dipangku dan tidak hanya ibu yang bisa. Bapak pun juga bisa," ucap anggota dewan itu.

 

PSI Tunggu Konferensi

Baca Juga: Sambut Pilkada Serentak, BHS dan Cahyo Ajak 1000 Relawan Konsolidasikan Kekuatan Partai Gerindra

Sementara, Josiah Michael selaku Ketua DPD PSI Kota Surabaya saat dikonfirmasi Surabaya Pagi, Rabu (10/6/2020) hanya menjawab singkat. Ia menuturkan bila PSI hingga saat ini juga belum menentukan sikap merapat ke MA atau berkoalisi dengan PDIP.

"Masih cair. Belum, kami belum menentukan sikap," pungkas Josiah. Namun, dirinya masih menunggu keputusan dari DPP PSI.

Hal senada juga diungkapkan Sekertaris DPD kota Surabaya yang sekaligus menjadi sekretaris Fraksi PSI, Tjutjuk Supariono. Menurut Tjutjuk, PSI akan mengikuti rencana awal dengan agenda konferensi yang akan berlangsung pada akhir Juni 2020 ini.

"PSI tetap sesuai dengan apa yang kita gencarkan dari awal pilkada bahwa kita tetap akan melakukan konferensi , jadi sudah mendekati detik-detik ini jadi kita akan masuk ke tahap debat.Tahap itu kita akan coba persiapkan, saat ini kita lagi konsolidasi dengan DPP untuk arahannya, untuk pelaksanaanya. Bila menurut agenda sebetulnya adalah akhir Juni, tetapi kita masih konsolidasi mengingat pandemi ini masih berlangsung" ungkapnya kepada Surabaya Pagi, kemarin.

 

Konsentrasi Terpecah

Tjutjuk menuturkan bila fungsi dari konferensi sendiri, agar kota Surabaya mendapatkan pendapatan pemimpin yang visi dan misi yang jelas dan hasilnya akan coba di tawarkan kepada MA maupun PDIP. "Hasil dari konferensi itu nanti adalah tugasnya kita menawarkan baik ke MA atau ke PDIP. Itulah fungsinya kita, jadi pemenang dari konferensi kita akan bawa ke masing-masing tim yang sudah memiliki kubu," jelas bro Tjutjuk.

Tjutjuk juga mengakui bila konsentrasi PSI Surabaya sedang terpecah, namun PSI tetap berkonsolidasi dengan DPP pusat agar menjalankan agenda dan instruksi sesuai dengan rencana.

Sementara, Ketua Tim Pemenangan Machfud Arifin (MA), Miratul Mukminin atau yang biasa dipanggil Gus Amik, terkait bakal calon pendamping MA, mengakui sudah ada beberapa nama yang masuk yang disodorkan ke MA. Namun, kembali, keputusan kembali pada MA.

"Sejumlah nama mulai diperhitungkan untuk mendampingi MA untuk Pilwali Surabaya. Kini tinggal pak MA," ujar Gus Amik saat dihubungi Surabaya Pagi pada Rabu (10/6/2020).

Gus Amik juga menjelaskan jika nama-nama tersebut berasal dari berbagai kalangan. Bukan hanya dari kader partai yang telah diusulkan oleh partainya masing-masing. Mulai dari milenial, kalanangan profesional, akademisi / non-partai serta birokrat. "Beberapa diantaranya sudah mengkomunikasikan dengan Tim MA," lanjutnya.

Dirinya juga mengatakan jika siapapun yang akan dipilih, semua keputusan akan diserahkan dan berada di tangan MA. Namun pada prinsipnya, siapapun yang diajukan harus bisa mendongkrak suara dari MA. adt/byt/alq/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU