Home / Ekonomi dan Bisnis : Pengangguran Anak Muda di China dan India

Hampir 1 Juta Sarjana Indonesia, Nganggur

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 30 Mei 2023 21:26 WIB

Hampir 1 Juta Sarjana Indonesia, Nganggur

i

Penampakan antrean bursa kerja yang digelar di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Mereka yang mencari kerja di bursa kerja, mayoritas berstatus pengangguran.

Penyebabnya Karena Tingginya Ego dan Kurangnya Soft Skill 

 

Baca Juga: Pemerintah Kabupaten Pasuruan Adakan Job Fair

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Mei 2023 ini, pengangguran anak muda di China meningkat ke rekor tertinggi. Lulusan perguruan tinggi terpaksa mengambil pekerjaan bergaji rendah atau bekerja di bawah tingkat keahlian mereka. Juga di India. Ada lulusan S2 mengambil pekerjaan tukang sapu jalan. Demikian juga pengangguran anak muda di Indonesia. Hampir 1 juta. Jumlah ini mengkhawatirkan.

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Februari 2023, ada 12 Persen (sekitar 958,800) sarjana menjadi pengangguran. Ini dari total jumlah pengangguran sebanyak 7,99 juta.

Menurut jenjang pendidikan per Juni 2022: S3: 61.271 jiwa. S2: 855.757 jiwa. S1: 12.081.571 jiwa. "Bu Menaker Ida Fauziyah, juga sudah warning 12 Persen Pengangguran di Indonesia didominasi Lulusan Sarjana dan Diploma," kata seorang pejabat di Kementerian Tenaga Kerja, kepada Surabaya Pagi, Selasa (30/5/2023).

Pejabat ini mengatakan jumlah ini merosot 410 ribu orang dari Februari 2022 yang mencapai 8,40 juta.

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2023 turun sebesar 0,38 persen poin dibandingkan dengan Februari 2022. Terdapat 3,60 juta orang (1,70 persen) penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19.5 Mei 2023.

 

Angkatan Kerja 60,12%

Ekonomi senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri mengungkapkan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Februari 2023, angka angkatan kerja sudah mencapai 60,12%. Sedangkan pekerja formal hanya 39,88%. Ini meningkat drastis dari catatan Februari 2020 yang pekerja informal hanya sebesar 56,64% sedangkan pekerja formal 43,36%.

Sedang membesarnya jumlah pekerja informal ini, menurut Faisal Basri membuat pendapatan masyarakat makin tidak pasti dan tidak berkualitas. Ini karena tidak adanya jaminan pekerjaan, hingga hak-hak pekerjanya tidak ada yang bisa menjamin. Misalnya para pekerja di sektor ojek daring. Sehingga yang diproduksi bagi perekonomian tidak bernilai tambah.

"Makin tidak bermutu karena yang meningkat penyerapan di sektor informal. Pekerja informal kita naik terus, data Februari sudah 60% lebih itu kan mereka tidak dapat gaji teratur, lembur, macam-macam, kualitas rendah artinya mereka rentan," ungkapnya.

 

Upah Tidak Cocok

Menurut Pejabat Kemenaker, tingginya jumlah penganguran sarjana tinggi, karena upah yang ditawarkan perusahaan tidak sesuai dengan harapan dari tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja. Tekanan demografis dengan jumlah angkatan kerja yang tinggi. Kompetensi tenaga kerja tidak memenuhi kriteria lowongan pekerjaan.

Pejabat ini mengungkap jurusan sarjana paling banyak menganggur yang pertama adalah seni. Ini mencakup banyak cabang, mulai dari seni teater, seni musik, seni rupa, dan lain-lain. Menurut penjelasan sejumlah pakar pendidikan, jurusan seni dinilai sepi lowongan kerja karena dinilai hanya berisi ilmu-ilmu terkait hobi pribadi.

Rekan pejabat Kemenaker yang seorang dosen mengungkap masih banyak sarjana yang menganggur, utamanya dikarenakan dirinya sendiri. "Umumnya sarjana sebenarnya memiliki ilmu yang tinggi dan merupakan tenaga kerja unggulan. Tetapi tingginya ego, kurangnya soft skill ," bebernya.

Menaker Ida Fauziyah, pernah mengatakan sekitar 12 persen pengangguran di Indonesia didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. Ini disebabkan tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dengan pasar kerja.

 

Seperempat Sarjana China Nganggur

Baca Juga: 50 Perusahaan Ikuti Job Fair yang Digelar Dinas Ketenagakerjaan Lamongan

Dalam sebuah makalah yang ditulis Lu bersama sejumlaj profesor diperkirakan seperempat lulusan perguruan tinggi di China, saat ini menganggur. Momok pengangguran adalah masalah lain yang harus dihadapi anak muda dan pembuat kebijakan di China.

Data menunjukkan pekerja antara usia 16-24 tahun di China mencapai 20,4% pada April 2023.

Jumlah itu sekitar empat kali tingkat pengangguran, bahkan jutaan lebih mahasiswa direncanakan lulus tahun ini.

"Perluasan pendidikan perguruan tinggi pada akhir 1990-an menciptakan gelombang besar lulusan perguruan tinggi, tetapi ada ketidaksejajaran antara permintaan dan pasokan pekerja berketerampilan tinggi. Ekonomi belum pulih," kata seorang profesor sosiologi Universitas Columbia di New York, Yao Lu dikutip dari CNBC, Senin (30/5/2023).

Penelitian dari Universitas Stanford menunjukkan lulusan perguruan tinggi di China yang memulai kehidupan kerja selama resesi atau pelemahan ekonomi memperoleh penghasilan lebih sedikit selama setidaknya 10-15 tahun daripada mereka yang lulus selama periode kemakmuran.

 

Pengangguran di India

Lembaga Center for Monitoring Indian Economy (CMIE) merilis data terbaru tingkat pengangguran di India yang mencapai level tertinggi pada April 2023 yaitu 8,11 persen. Angka ini naik dari 7,8 persen pada Maret.

Dilansir dari Xinhua News, negara bagian Haryana di India Utara terus mencatat tingkat pengangguran tertinggi di negara itu, yakni 26,8 persen, disusul oleh negara bagian tetangganya, Rajasthan, dengan 26,4 persen.

“Tingkat pengangguran di area perkotaan tercatat lebih tinggi dengan 8,51 persen, sementara di area pedesaan jumlahnya menyentuh angka 7,47 persen,” ungkap data tersebut.

Baca Juga: Job Fair Kabupaten Mojokerto Diserbu Ribuan Pencari Kerja

Pada Februari, tingkat pengangguran di area perkotaan mencapai angka 7,93 persen, sementara di area pedesaan mencapai 7,23 persen.

Pengakuan pria asal negara bagian Haryana di India, Sunil Kumar (28) . Ia tahu untuk mencapai mimpi diperlukan kerja keras. Ia pun telah memiliki dua gelar (sarjana-magister) dan dalam proses gelar ketiga demi mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi di negaranya itu.

"Saya belajar agar saya bisa sukses dalam hidup. Ketika Anda bekerja keras, Anda harus bisa mendapatkan pekerjaan," kata Kumar dikutip dari CNN, Senin (29/5/2023).

Pekerjaan itu dijalani dengan penuh waktu ditambah dengan usaha sampingan yang kurang menguntungkan. Secara keseluruhan, Kumar menghasilkan US$ 85 atau Rp 1,26 juta/bulan (kurs Rp 14.900).

Penghasilan itu diakui tidak cukup terutama karena dirinya perlu menghidupi dua orang tua yang sudah lanjut usia dan seorang adik perempuan. Idealnya, kata Kumar, ia bekerja sebagai guru dengan gelarnya.

 

Tantangan Narendra Modi

Lembaga riset ekonomi Center for Monitoring Indian Economy (CMIE) merilis tantangan yang masih dihadapi oleh pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi, menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan bagi populasi India yang tumbuh dengan cepat.

Tantangan ini akan menjadi lebih mendesak lagi seiring PM Modi berusaha mengamankan masa jabatan ketiganya dalam pemilihan nasional yang dijadwalkan berlangsung pada musim panas mendatang. n cnn/cnbc/erc/cr4/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU