Harga Cabai Rawit Tembus Rp 100 Ribu Per Kilo, Warga "Puasa" Makan Pedes

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 08 Jun 2022 20:04 WIB

Harga Cabai Rawit Tembus Rp 100 Ribu Per Kilo, Warga "Puasa" Makan Pedes

i

Pembeli memburu cabai rawit merah di Pasar Keputran Surabaya, yang harganya semakin pedas hingga menembus Rp 100 ribu per kilogramnya.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Hingga Rabu (6/8/2022) kemarin, harga cabai rawit di kota Surabaya dan sekitarnya mendadak melonjak tajam. Padahal hari raya Idul Adha terbilang masih cukup jauh. Bahkan, dari penelusuran wartawan Surabaya Pagi di sejumlah pasar tradisional, harga satu kilogram cabe merah rawit sudah menyentuh Rp 100 ribu per kilogramnya. Padahal, Jumat (2/6/2022), harga cabai masih di kisaran Rp 60 ribu.

Kenaikan ini hampir terjadi di seluruh pasar se-Surabaya. Seperti di pasar Simo kawasan Surabaya Barat dan Pasar Tambahrejo di Surabaya timur harga sudah menembus Rp 100rb perkilo. Sama halnya juga di Pasar Genteng Baru, Pasar Kembang dan Pasar Induk Keputran Surabaya.

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Tegaskan Pentingnya Sinergitas Tingkatkan Capaian IKU Pemprov Jatim

Beberapa pedagang cabai di Pasar Induk Keputran Surabaya saat ditemui wartawan Surabaya Pagi mengatakan bahwa kiriman cabai saat ini masih langka, sehingga harga cabai melambung tinggi. "Biasalah mas, barang sedikit, permintaan banyak, harga pun jadi meroket," ujar Wardi salah satu pedagang saat ditemui di pasar induk Keputran Surabaya, .

Bahkan, dari pantauan Surabaya Pagi, ada beberapa pedagang cabai rawit yang ingin menjual cabai rawit lebih rendah dari harga pasar, yakni disekitar Rp 85.000 perkilo. Langsung di serbu beberapa pembeli yang kondisi siang itu mencari harga yang lebih miring.

"Lumayan, beda Rp 5000 kalau beli 10 kg kan ada selisi harga Rp 50.000 bisa buat dijual di pasar lagi," ucap Lia, pembeli yang membeli cabai hingga 10 kilogram. Menurut pedagang yang menjual cabai Rp 85.000 perkilogramnya, dirinya mendapat pasokan dari pemasok yang harganya masih miring.

Lain pedagang cabai di Pasar Induk Keputran, lain pula dengan pedagang di pasar Simo.

"Harga kulakan cabe mahal mas, saya gak berani kulakan banyak, takut gak ada yang beli," ujar Sutini, pedagang sayuran di pasar Simo.

 

Omset Turun

Tak hanya cabai rawit, harga cabe merah besar dan cabe merah keriting juga cukup tinggi, sekalipun kenaikan harganya masih relatif kecil. Per kilogramnya, saat ini harga cabe merah besar mencapai Rp 67 ribu dan cabe merah keriting di kisaran Rp 63 ribu.  "Sudah semingguan naiknya," kata Sulastri, salah seorang pedagang di pasar Wonokromo Surabaya, Rabu (8/6/2022).

Akibatnya, omset penjualannya pun turun lebih dari 50 persen. Sebab, konsumen banyak yang hanya membeli 1-2,5 ons saja. "Biasanya, saya kulak 4 kg perhari. Saat ini, 2 kg saja jarang bisa habis," katanya.

Sebagai gantinya, banyak pembeli yang memilih membeli cabai kering. Per kilogramnya, cabai kering atau yang sering disebut Cabai India dijual sekitar Rp70 ribu. "Selain lebih murah, juga lebih banyak. Kami juga menyediakan stok cabai kering yang sama banyaknya dengan cabai rawit," kata perempuan 60 tahun ini.

Menurutnya, lonjakan ini menjadi yang tertinggi selama 2022. "Kurang tahu penyebab (naiknya). Tapi, biasanya memang naik saat musim penghujan," kata perempuan yang sudah 47 tahun berjualan ini.

Selain pedagang, hal ini juga dikeluhkan pembeli. Tak memaksa membeli cabai dalam jumlah banyak, mereka memilih berhemat. "Ibaratnya puasa makan cabai. Saya hari ini beli 1 ons," kata salah seorang pembeli, Sinta. Ia mengaku kaget dengan kenaikan cabai yang relatif tinggi tersebut.

 

Baca Juga: Dispendik Gandeng Dispendukcapil Filter Penduduk Dadakan

Pemkot Pastikan Stok

Untuk menekan harga, Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai upaya. Pemkot telah merumuskan strategi untuk menekan kenaikan harga komoditas bahan pangan pokok (bapok).

Di antaranya, dengan memastikan stok mulai dari daerah penghasil cabai. Termasuk dengan menjalin kerja sama dengan daerah penghasil komoditas tersebut. "Kami (Pemkot) sudah menggelar pertemuan. Pertama kami memetakan barang-barang komoditas yang naik," kata Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kota Surabaya, Dewi Wahyu Wardani.

Dari hasil pemetaan, pihaknya akan menindaklanjuti dengan memastikan stok aman. "Kami melakukan kerja sama dengan kota/kabupaten penghasil komoditas," kata Dewi.

Selain mengandalkan stok dari luar kota, Pemkot Surabaya juga menerjunkan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya untuk ikut menyiapkan stok cabai rawit.

Khususnya, satu bulan sebelum panen atau mendekati Hari Raya Idul Adha. "Jadi satu bulan sebelumnya sudah kita lakukan antisipasi bersama-sama dengan PD. Nah, untuk langkah terakhir bisa melalui operasi pasar dan mendatangkan langsung komoditas dari luar kota atau distributor," jelas dia.

 

Baca Juga: Manfaatkan Aset, Pemkot Surabaya Bangun 8 Lokasi Wisata Rakyat 

Gubernur Optimis Harga Cabai Turun

Sedangkan, Pemerintah Provinsi Jatim terus berupaya menstabilkan harga cabai yang mengalami kenaikan di beberapa daerah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan koordinasi dengan Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) di Kabupaten Kediri, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa saat ini terdapat dua penyebab kenaikan harga cabai rawit.

Pertama ialah tingginya curah hujan yang menimbulkan serangan penyakit pada tanaman. Ini kemudian berdampak pada penurunan produksi dan jadwal tanam cabai mengalami kemunduran. Di daerah dataran rendah, seharusnya penanaman cabai dilakukan April 2022. “Namun karena curah hujan yang masih tinggi, akhirnya menyebabkan berkurangnya luas tanam,” kata Gubernur Khofifah, Rabu (8/6/2022).

Tidak hanya ancaman hujan, penyebab kedua ialah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terhadap komoditas cabai. Pada periode April di Jawa Timur, kata Khofifah, terdapat empat serangan, yakni hama lalat buah seluas 32,4 hektare, trips seluas 15,55 hektare, dan kutu kebul seluas 2,21 hektare. Sedangkan penambahan serangan penyakit virus kuning seluas 34,03 hektare, Antraknose seluas 12,31 hektare, bercak daun seluas 8,4 hektare, dan layu fusarium 2,5 hektare.

Agar Serangan OPT di beberapa lokasi sentra (daerah dataran tinggi) bisa dikendalikan, Khofifah mengatakan bahwa Pemprov Jatim menggunakan Agens Pengendali Hayati. “Sekarang di beberapa lokasi sudah mulai tumbuh tunas baru, sehingga diharapkan dapat membantu ketersediaan cabai rawit jelang Idul Adha,” ujarnya.

Sementara itu, strategi berbeda diterapkan untuk mengatasi permasalahan komoditas cabai di daerah dataran rendah. Gubernur Khofifah meminta untuk segera menanam cabai rawit menggunakan varietas genjah dengan usia panen 70-80 hari, yaitu varietas Bhaskoro dan Dewata. “Ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan cabai pada Juli utamanya menjelang Idul Adha,” tuturnya.

Meski begitu, Khofifah tetap optimistis bahwa upaya menurunkan harga cabai rawit dan harga cabai besar di Jatim dapat dilakukan. Secara umum, kontribusi hortikultura strategis Jawa Timur terhadap nasional untuk komoditas cabai besar senilai 9,4% atau menduduki urutan empat nasional. Sedangkan komoditas cabai rawit menyumbang sebesar 41,8% atau yang tertinggi secara nasional. min/cr2/alq/ana/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU