Haru Biru Warnai Pemberian Santunan Ratusan Yatim Korban Covid-19

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 20 Agu 2021 21:50 WIB

Haru Biru Warnai Pemberian Santunan Ratusan Yatim Korban Covid-19

i

Wlai kota Mojokerto memberikan santunan kepada yatim-piatu korban Covid-19. SP/Dwy AS

SURABAYAPAGI.COM, Mojokerto -Pandemi Covid-19 menyisakan cerita duka bagi Laila Safira. Gadis berusia belasan tahun ini harus kehilangan sosok ibunya akibat terpapar virus corona sebulan yang lalu.

Mirisnya, ia mengetahui kabar kematian sang ibunda saat ia masih menimba ilmu di pondok pesantren Jombang. Kisah pilu belia asal Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajurit Kulon ini memantik iba Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari.

Baca Juga: Gagal Curi Motor, Dua Pemuda di Kota Mojokerto Diringkus Warga saat Sembunyi dari Kejaran Polisi

Petinggi Pemkot ini terlihat tak mampu membendung air matanya saat Laila meminta pelukan hangat dari dirinya. Pemandangan haru itu terlihat jelas saat acara doa munajat dan pemberian santunan anak yatim dari Korpri bersama Wali Kota Mojokerto dan Wakil Wali Kota Achmad Rizal Zakaria di Pendapa Sabha Kridatama, Rumah Rakyat, Jumat (20/8/2021) sore.

Pucuk pimpinan Pemkot Mojokerto ini memberi santunan kepada ratusan anak yatim ataupun piatu yang ditinggal meninggal oleh salah satu atau bahkan kedua orang tuanya akibat virus corona.

Ia juga memastikan akan memenuhi hak pendidikan mereka hingga perguruan tinggi nanti. Kepada wartawan, Ning Ita menyebut, terjadinya gelombang kedua penyebaran Covid-19 periode Juni-Juli menyisakan duka mendalam.

Selain mengakibatkan lonjakan kasus baru, angka kematian pun juga meningkat signifikan. Sehingga mengakibatkan ratusan anak -anak Kota Mojokerto berstatus yatim dan piatu. Selain menjamin beasiswa sampai perguruan tinggi, Pemkot Mojokerto juga menjamin akan merawat, serta memberi kasih sayang kepada mereka lewat program orang tua asuh.

Tak hanya itu, anak-anak yang ditinggal orang tuanya karena COVID-19 juga membutuhkan bantuan untuk melanjutkan kehidupan sehari. Khususnya untuk melanjutkan jenjang pendidikan.

"Korban yang meninggal karena COVID-19 ini meninggalkan anak-anak yatim yang perlu sentuhan kasih sayang kita," ungkapnya.

Ia menuturkan, anak yatim tidak hanya sebatas membutuhkan dukungan moral dan spiritual, tetapi juga perlu uluran tangan berupa material. Tujuannya agar mereka tetap termotivasi untuk mewujudkan cita-citanya.

Baca Juga: Respon Cepat Aduan Masyarakat, PJ Ali Kuncoro Sidak TPS Benpas dan TPA Randegan

”Karena itu saya mengajak seluruh ASN se-Kota Mojokerto untuk berbagi kasih,” ulasnya.

Tentu, tegas Ning Ita, santunan tidak hanya diberikan saat momentum bulan Sura atau Muharram saja, melainkan juga dilakukan secara berkelanjutan. Selanjutnya, Pemkot Mojokerto akan mengupayakan memberikan pendampingan dan mengcover anak yatim dari berbagai program bantuan.

Baik yang bersumber dari APBD maupun dari sukarelawan untuk men-support kebutuhan mereka. Pemkot mencatat, terdapat 99 anak yatim yang ditinggalkan orang tua meninggal karena Covid-19.

Ning Ita menyatakan, mereka yang masih berusia sekolah akan diberi bantuan beasiswa sampai jenjang perguruan tinggi.

Pihaknya juga berupaya untuk mencarikan orang tua asuh untuk menggantikan peran kedua orang tua mereka semasa hidup. Ning Ita menambahkan, pihaknya juga memastikan akan terus memperbarui data anak yatim piatu dan piatu melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Disnsos P3A). Sehingga, seluruh buah hati yang ditinggal orang tua akibat terpapar Covid-19 akan terjamin kebutuhannya.

Baca Juga: Realisasi Pajak Kota Mojokerto Naik Signifikan Capai Rp 71,4 Miliar

”Kalau memang dibutuhkan, kita juga bisa langsung menghubungi Dinas Sosial P3A untuk memberi pendampingan melalui tenaga psikologi,” pungkasnya.

Sementara itu, Laila Safira tak sanggup menahan rasa harunya setelah bertemu langsung Ibu Walikota. Anak ragil dari tiga bersaudara ini, merasa sangat senang dengan sikap keibuan Ning Ita yang bisa memberikan secercah kebahagiaan dan semangat untuk dirinya menjalani kehidupan dan pendidikan ketika kembali ke Ponpes.

"Alhamdulillah, senang iya pasti. Beliau (Ning Ita) begitu keibuan, habis ini saya balik ke pondok," katanya lirih.

Laila bercerita jika ia ditinggalkan ibu tercinta sejak 6 Juli 2021 lalu karena terpapar COVID-19.

"Iya kena COVID-19 ibu, beliau memang gak kerja (IRT). Waktu sakit katanya sesak gitu, terus dikabarin ke saya meninggal dunia. Gak nyangka saya, soalnya mondok di Jombang. Gak sempat lihat ibu," ujarnya. Dwy

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU