Hobi Berkesenian Sejak Kecil, Kini Eksis Berbisnis Wayang Kulit

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 17 Mei 2021 09:39 WIB

Hobi Berkesenian Sejak Kecil, Kini Eksis Berbisnis Wayang Kulit

i

Hartono yang tengah mengerjakan pesanan kerajinan wayang kulit. SP/ MJK

SURABAYAPAGI.com, Mojokerto - Kemajuan teknologi nyatanya tak mampu mengikis ketekunan pengrajin wayang kulit di Mojokerto. Hartono yang merupakan pengrajin wayang kulit di Mojokerto mampu bertahan sejak 32 tahun lalu. Hartono yang sedari kecil sudah membuat kesenian tradisional tersebut belajar ke tetangga sejak sekolah SD, hingga SMP ia pun sudah bisa membuat wayang sendiri dan laku dijual.

Sebelumnya, Hartono sempat bekerja sebagai pembuat wayang di beberapa tempat, mulai dari Jakarta, Batam, Malang, hingga ke Sidoarjo. "Jenuh ikut orang. Saya usaha sendiri mulai tahun 2003. Saat itu saya sudah menikah dan punya anak dua," ujarnya, Senin (17/5/2021).

Baca Juga: Dorong Daya Beli Masyarakat, Kejaksaan dan Pemkot Mojokerto Sinergi Gelar Bazar Sembako Murah

Berkat usaha pembuatan wayang kulit tersebut, tak hanya mampu membeli rumah dan 2 sepeda motor dan tetap eksis sebagai pengrajin wayang kulit kerena pesanan yang terus mengalir. Bahkan Hartono mengaku kesulitan mencari tenaga pengrajin sehingga ia kewalahan memenuhi pesanan para dalang.

"Pesanan dari lokalan sini (Mojokerto) dan juga para dalang seluruh Jawa Timur. Karena pengrajin wayang jarang," ungkapnya.

Banyaknya pesanan tersebut, Hartono hanya mampu membuat 6-7 wayang kulit dalam sebulan. Sebab untuk membuat satu wayang rata-rata membutuhkan waktu selama 5-6 hari. Belum lagi jika ukurannya berbeda.

Baca Juga: Terciduk Edarkan Pil Double L 1.600 Butir, Dua Pemuda di Mojokerto Berhasil Diamankan

Terlebih lagi proses pembuatan wayang kulit di rumah Hartono masih dilakukan secara tradisional. Bahan baku kulit kerbau atau sapi harus lebih dulu dibersihkan bulunya, lalu potongan kulit itu direndam dengan air tawar selama 12 jam.

Kulit yang sudah lunak kemudian dijemur di bawah terik matahari sambil dibentangkan pada papan kayu. Setelah kering, barulah kulit digambar dan dipotong sesuai dengan pola wayang. Goresan pola wayang lantas diukir hingga berwujud lebih artistik.

Proses selanjutnya adalah penghalusan dan pewarnaan. Agar warna wayang awet, Hartono menggunakan cat impor dari Jepang. Permukaan wayang lalu dilapisi dengan lem khusus supaya tak mudah kotor dan mengkilat.

Baca Juga: Pasar Takjil Ketidur, Upaya Pj Wali Kota Ali Kuncoro Promosikan Aneka Kuliner Kota Mojokerto

"Setelah itu dipasang tangan dan pegangan dari kayu. Rangka tengah wayang saya gunakan rotan supaya lentur saat digunakan untuk pertunjukan," terangnya.

Soal harga, rupanya masih sebanding dengan lamanya proses pembuatan. Wayang paling kecil setinggi 50 cm dijual seharga Rp 300 ribu, sedangkan wayang setinggi 90-100 cm dijual seharga Rp 2-2,5 juta. "Alhamdulillah keuntungan bersih saya setiap bulan Rp 5-6 juta," tutupnya. Dsy1

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU