Ibukota Pindah Kalimantan, Surabaya yang Untung Banyak

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 24 Jan 2022 20:20 WIB

Ibukota Pindah Kalimantan, Surabaya yang Untung Banyak

i

Aktivitas perdagangan di salah satu gerai ITC Surabaya, Senin (24/1/2022). Sp/Sammy

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Wakil Wali kota Surabaya Armuji optimis kota pahlawan akan menjadi pusat perdagangan di tanah air manakala ibu kota negara (IKN) pindah ke Kalimantan.

Menurut Armuji, Surabaya memiliki kesiapan menjadi pusat perdagangan dan jasa. Salah satu pertimbangannya adalah karena Surabaya memiliki bandara internasional, pelabuhan serta jantung perdagangan untuk wilayah timur Indonesia.

Baca Juga: Cegah Inflasi di Surabaya , BLT Rencana Dicairkan untuk Keluarga Miskin

"Kalau kita melihat di Amerika, pusat pemerintahan ada di Washington DC dan pusat perdagangan di New York. Di Tiongkok juga begitu, pusat pemerintahan di Beijing dan pusat perdagangan di Shanghai. Saya yakin kalau IKN jadi pindah ke Kalimantan, Surabaya akan menjadi pusat perdagangan dan jasa," kata Armuji di Surabaya, Senin (24/1/2022).

Lebih lanjut ia menjelaskan, kapasitas pelabuhan di Kota Surabaya berada di urutan ke-45 pada tahun 2019 dari daftar 100 pelabuhan di dunia dengan produksi bongkar muat kontainer terbanyak yang disusun oleh Lloyd's List.

Selain itu pula infrastruktur jalan di Surabaya juga telah terkoneksi dengan jalan tol sehingga mampu mendukung distribusi dan kelancaran arus keluar dan masuk barang.

Tak berhenti sampai di sini, indikator lain Surabaya dapat menjadi sentral perdagangan di tanah air, juga didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dengan kategori tinggi atau diangka 82,23 poin versi Badan Pusat Statistik. Ditambah lagi, jumlah hotel di Kota Pahlawan berjumlah terbilang cukup banyak atau sekitar 187 hotel.

"Ini tentunya akan mendukung terhadap iklim perdagangan dan jasa yang bergerak dinamis," katanya.

Terkait Surabaya akan menjadi pusat perdagangan di tanah air manakala IKN pindah ke Kalimantan pun direspon oleh Guru Besar Ekonomi Universitas Airlangga Prof. Drs. H. Tjiptohadi Sawarjuwono M. Ec. Ph.D, Ak.

Menurutnya, saat ini yang menjadi ukuran suatu wilayah dapat menjadi pusat perdagangan, bukan diukur dari letak geografis wilayah tersebut. Melainkan terletak pada putaran bisnis di suatu wilayah.

"Jadi kalau menurut saya tentang pusat perdagangan yang terjadi sekarang ini, orang tidak melihat ibu kotanya. Tetapi aktivitas perdagangannya. Perdagangannya tetap saja. Tidak akan banyak berubah, pedagang itu tidak melihat tempat, Tapi aktivitas perdagangan di sana ramai atau tidak. Kalau tempatnya bagus tapi aktivitas perdagangannya sepi ya sama saja," kata Prof. Tjipto kepada Surabaya Pagi, Senin (24/01/2021).

Ia pun mencontohkan, Singapura selalu dipilih menjadi pusat ekonomi dibandingkan wilayah Indonesia khususnya Batam. Padahal secara geografis, wilayah Batam dianggap sangat strategis dibandingkan Singapura.

"Tapi karena aktivitas perdagangan lebih tinggi di sana, maka orang memilih ke Singapura. Ya ini terlepas dari sistem dan regulasi ekonomi ya. Jadi sekarang ini orang tidak lihat kotanya, tapi laju aktivitas perdagangannya," ucapnya.

Baca Juga: H-2 Lebaran, KAI Daop 8 Surabaya: Tiket Mudik Masih Tersedia

Oleh karenanya, bila ingin Surabaya dapat menjadi sentral perdagangan di tanah air, maka kata prof. Tipto, aktivitas perdagangan harus segera ditingkatkan.

Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, Surabaya menempati urutan pertama dalam perputaran perekonomian di Jawa Timur. Adapun jumlah PDB Surabaya bila diukur berdasarkan atas dasar harga berlaku mencapai (ADHB) sebesar Rp 554,51 triliun pada 2020. Nilai tersebut mencapai 24,07% dari total PDRB 38 kabupaten/kota di Jatim.

Perdagangan besar dan eceran merupakan penopang terbesar perekonomian di Kota Surabaya, yakni Rp 149,25 triliun atau 26,92% dari total PDRB. Setelahnya ada iIndustri pengolahan dengan kontribusi sebesar Rp 107,42 triliun atau 19,37% dari total PDRB.

Urutan kedua ditempati oleh Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah Rp 197,24 triliun (24,07%). Kemudian, Kabupaten Pasuruan dengan PDRB sebesar Rp 145,59 triliun (6,32%).

Namun apakah dengan menjadi kota dengan perputaran ekonomi terbesar di Jatim lantas Surabaya dapat menjadi pusat perdagangan tanah air?

Bila kita bandingkan dengan wilayah lain, perputaran ekonomi di Surabaya atau bahkan Jawa Timur masih kalah dari wilayah yang lain.

Baca Juga: Tol Surabaya-Mojokerto Ramai Lancar, 92.349 Kendaraan Lintasi Gerbang Tol Warugunung

BPS dalam surveynya tahun 2019 terkait perbandingan perdagangan antar provinsi, nyatanya wilayah Jatim tidak masuk dalam 5  provinsi dengan surplus neraca perdagangan terbanyak.

Survey BPS menunjukan, terdapat 11 provinsi yang mengalami surplus pada neraca perdagangan antar wilayahnya. Sulawesi Tenggara menjadi provinsi dengan surplus neraca perdagangan antar wilayah terbesar yakni mencapai Rp 2.181,22 triliun rupiah.

Di urutan kedua ada provinsi Lampung dengan jumlah neraca perdagangan mencapai Rp 205 triliun. Selain Lampung ada juga Kalimantan Selatan dengan jumlah Rp 118 triliun.

Untuk pulau Jawa, Jatim bukan yang pertama. Surplus neraca perdagangan terbesar di pulau Jawa adalah provinsi Jawa Barat dengan jumlah Rp 177 triliun. Berikutnya ada Jawa Tengah dengan jumlah Rp 113 triliun. Sementara Jatim hanya mencapai Rp 70, 875 triliun.

"Jadi sekarang itu yang didorang pemerintah adalah aktivitas perdagangannya. Jangan bicara dulu akan jadi pusat perdagangan, tapi bagaimana meningkatkan aktivitas perdagangannya," pungkasnya. sem

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU