Indonesia Genting, Jokowi Masih Bungkam

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 08 Okt 2020 22:30 WIB

Indonesia Genting, Jokowi Masih Bungkam

i

Massa pengunjukrasa membakar beberapa halte bus Trans Jakarta dan pembatas jalan di dekat Bundaran HI, Jakarta, Kamis (08/10) petang.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta- Nyaris di seluruh penjuru Nusantara, terjadi kericuhan akibat demo penolakan pada UU Cipta Kerja. Di Jakarta, hingga Kamis (08/09) malam, suasana makin mencemkam. polisi berusaha membubarkan pengunjukrasa semula bertahan di sekitar Bundaran HI, Jakarta. Massa yang tak kenal takut, malah membakar beberapa halte bus Trans Jakarta dan pembatas jalan di sekitar Bundaran HI Jakarta. Kejadian serupa juga terjadi Bandung, Jawa Tengah,  Palu, Makassar  hingga Medan.

Sekitar pukul 18.45 WIB, aparat kepolisian membubarkan massa. Terdengar bunyi letusan saat massa berlarian menuju Jalan Sudirman, Jakarta, arah patung Sudirman, ketika dibubarkan aparat polisi.

Baca Juga: Mengapa Gibran dan Bapaknya Diusik Terus

Massa yang sempat bertahan di sekitar Bundaran HI, Jakarta, membakar marka pembatas jalan, sekitar pukul 18.20 WIB.

Sementara, dari lokasi demo di sekitar Stasiun Gambir, aparat kepolisian masih berusaha membubarkan massa pendemo. Sampai sekitar pukul 18.00 WIB, aparat kepolisian berusaha "memukul mundur" pendemo.

"Ada bunyi tembakan gas air mata," tambahnya. Dia melaporkan massa "melempar batu" dan "petasan" dan dibalas dengan tembakan gas air mata.

Massa juga membakar halte bus Trans Jakarta di depan Hotel Pulman, yang letaknya tidak jauh dari Bundaran HI.

Dalam kericuhan di Jakarta, aparat kepolisian tampak melepaskan tembakan gas air mata ke arah para pendemo di Simpang Harmoni, beberapa ratus meter dari Istana Negara. Pada arah berlawanan, para pendemo melempar batu ke arah aparat.

Selain di kawasan Harmoni, kericuhan terjadi di Jalan Daan Mogot ketika massa bentrok dengan aparat polisi dan TNI yang melakukan penyekatan. Pihak kepolisian menyatakan tidak mampu menahan kekuatan massa sehingga penyekatan jebol dan massa menuju Jakarta.

Selain di Jakarta, kericuhan terjadi di sejumlah daerah, termasuk dekat Istana Negara di Jakarta, tatkala massa gabungan mahasiswa dan buruh yang menolak UU Cipta Kerja atau Omnibus Law memasuki hari ketiga, pada Kamis (08/10).

 

Ridwan Kamil Tolak UU Cipta Kerja

Di waktu bersamaan, para buruh di Bandung juga lantang  menyuarakan penolakan terhadap disahkannya Undang-undang Cipta Kerja, Kamis (8/10). Massa buruh kembali turun ke jalan menyuarakan penolakan terhadap disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja. Mereka berkumpul di depan Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat atau Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (8/10).

Massa dari berbagai organisasi serikat buruh ini mulai berdatangan ke Gedung Sate sejak pukul 12.00 WIB, hingga memenuhi badan Jalan Diponegoro dan membuat akses jalan tertutup.

Ada beberapa poin yang menjadi dasar penolakan omnibus law, antara lain pasal tentang PHK, upah, perjanjian kerja waktu tertentu (PWKT), dan tenaga kerja asing.

"Berbagai cara akan kami tempuh, dengan cara-cara yang konstitusional, mulai meminta presiden mengeluarkan perpu sampai judicial review," kata Muhammad Sidharta, perwakilan buruh dari SP LEM SPSI, saat ditemui wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Sejumlah perwakilan buruh diterima oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, di Aula Barat Gedung Sate, Kamis (08/10).

Sebanyak 10 orang perwakilan buruh diterima audiensi oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, di Aula Barat Gedung Sate. Di hadapan perwakilan buruh, Ridwan Kamil menyatakan mendukung aksi buruh yang ditunjukkan dengan membuat surat kepada Presiden Joko Widodo.

"Saya sudah menandatangani surat pernyataan yang akan dikirim kepada DPR dan Presiden Joko Widodo yang isinya menyampaikan aspirasi dari buruh Jawa Barat, yaitu menolak dengan tegas omnibus law dan meminta Presiden Jokowi menerbitkan perpu," kata Emil, yang juga menyampaikan isi surat itu di hadapan buruh.

 

Jawa Tengah Membara

Dari Solo, Jateng, dilaporkan ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solo Raya Menggugat bentrok dengan aparat di sekitar Bundaran Kartasura, Sukoharjo, Kamis (8/10).

Aliansi Solo Raya Menggugat merupakan gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di wilayah Solo Raya, di antaranya dari UNS, UMS, IAIN Surakarta dan lainnya. Awalnya aksi yang dimulainya 14.30 WIB berjalan dengan tertib. Sejumlah perwakilan mahasiswa menyampaikan orasi terkait kecaman serta penolakan pengesahan UU Omnibus Law yang dilakukan DPR RI.

Lantas, kericuhan mulai terjadi sekitar pukul 17.15 WIB saat terjadi pembacan pernyataan sikap.

Tiba-tiba muncul lemparan botol air yang mengarah ke petugas keamanan yang siaga di sekitar Kantor BRI Kartasura. Setelah itu petugas polisi langsung menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi demo.

Lemparan botol air, dan disusul lemparan batu, juga mengenai sejumlah polisi. Sedangkan para mahasiswa kocar kacir lari membubarkan diri.

Baca Juga: Kesimpulan Paslon 01 dan 03: Sumber Masalahnya, Gibran dan Cawe-cawenya Jokowi

Kericuhan juga berlangsung di Yogyakarta ketika massa melempari gedung DPRD Provinsi Yogyakarta dan berusaha merobohkan pagar.

Kepolisian menembakkan gas air mata sehingga membuat massa berlarian. Namun massa kembali lagi dan meneriakkan yel yel 'revolusi, rakyat bersatu tak bisa dikalahkan'

Menurut kontributor Surabayapagi d sana, beberapa kali terdengar suara tembakan gas air mata ke arah massa.

Sejumlah pengunjuk rasa melempari gedung DPRD Yogyakarta saat aksi menolak pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law di Yogyakarta, Kamis (08/10).

 

Tembakkan Meriam Air

Terpisah, di Medan, demonstrasi di depan halaman Gedung DPRD Sumatera Utara, berlangsung ricuh. Massa yang berupaya mendekati Gedung DPRD Sumut melempari aparat dengan berbagai benda. Para anggota polisi yang sebelumnya berada di depan pagar gedung legislatif itu, berhamburan masuk ke halaman Gedung DPRD Sumatera Utara lalu memakai peralatan pengamanan.

Aparat kemudian menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah para pendemo. Polisi menyemprotkan meriam air saat terjadi bentrok dengan mahasiswa yang menolak Omnibus Law di depan gedung DPRD Sumut, Kamis (08/10).

Setidaknya tiga polisi terluka terkena lemparan batu dari massa pengunjuk rasa. "Tolong jangan anarkis, sudah ada polisi yang jadi korban," seru Kompol Martuasah Tobing melalui pengeras suara.

Massa tidak menghiraukan himbauan polisi tersebut. Sebaliknya massa terus melakukan pelemparan ke arah gedung DPRD Sumut. Kaca gedung pecah dan pagar gedung yang berada di sisi kanan bangunan dirusak massa.

 

Tak Kalah Seru

Baca Juga: Jokowi Dituding Lebihi Soeharto

Di Palu, Sulawes Tengah juga tak kalah seru. Ribuan mahasiswa-buruh yang melakukan demonstrasi terhadap pengesahan omnibus law UU Cipta Kerja di Palu, Sulawesi Tengah, berakhir ricuh. Polisi pun menembakkan gas air mata ke arah massa demo.

Kericuhan terjadi sekitar pukul 12.30 Wita, Kamis (8/10/2020). Ricuh bermula dari massa yang menarik-narik kawat besi yang sengaja dibentangi aparat kepolisian di Jalan Samratulangi, Palu.

Aksi tersebut berlangsung lama. Tampak mahasiswa juga melemparkan batu ke arah polisi.

Polisi pun membalas dengan menyemprotkan water cannon dan menembakkan gas air mata. Alhasil, mahasiswa dan mahasiswi yang berada dalam barisan demonstrasi berhamburan.

Sementara itu, sejumlah mahasiswa tampak dievakuasi ke RS Bhayangkara karena mengalami luka-luka. Sejumlah mahasiswa juga diamankan oleh aparat di Mapolda Sulteng.

Kabag Ops Polres Palu AKP Awal Rahman mengatakan massa aksi yang melakukan demonstrasi hari ini adalah gabungan mahasiswa dari sejumlah universitas yang ada di Palu. Adapun personel Polres Palu yang dilibatkan sebanyak 500 orang.

 

Jokowi Diam

Presiden Joko Widodo sampai saat ini belum berkomentar terkait pengesahan omnibus law RUU Cipta Kerja oleh DPR pada Senin (5/10). Dengan hebatnya gelombang protes ini, belum  ada sepatah katapun dari Kepala Negara.

Pada Senin (5/10), saat DPR mengesahkan Omnibus Law dalam Rapat Paripurna, Jokowi menggelar Acara Peringatan HUT Ke-75 TNI dan Rapat Terbatas tentang Percepatan Penyerapan Garam Rakyat, di Istana Negara, Jakarta. Di hari itu, Jokowi belum bicara apapun soal RUU Ciptaker.

Keesokan harinya, Selasa (6/10), Presiden mengikuti Rapat Terbatas soal Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi Ekonomi, di Istana Bogor. Tak ada pula pernyataan soal Omnibus Law.

Pada Rabu (7/10), presiden menggelar rapat internal di Istana Bogor seharian. Pada sore harinya, Jokowi terbang ke Solo dengan agenda nyekar atau ziarah ke makam ibunda. Usai ziarah, Jokowi kembali ke Yogyakarta untuk menginap di Istana Kepresidenan Gedung Agung. Hingga berita ini naik cetak, Jokowi  belum mengeluarkan pernyataan soal isu tersebut.jk/yg/sk/cr5/rl

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU