Indonesia Harus Mampu Produksi Vaksin Sendiri, tak Tergantung Impor

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 16 Feb 2021 21:27 WIB

Indonesia Harus Mampu Produksi Vaksin Sendiri, tak Tergantung Impor

i

dr Terawan Agus Putranto saat menjelaskan Vaksin Nusantara yang juga direkam TV nasional.

 

Mantan Menkes Dr. Terawan

Baca Juga: Covid-19 di Indonesia Naik, Ayo Masker Lagi

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Semarang - Mantan Menteri Kesehatan Dr. Terawan, bangga Putra-putri Indonesia, tak lama lagi bisa memproduksi Vaksin Nusantara hingga 10 juta dosis setiap bulannya.

“Saya yakin bangsa Indonesia mampu dan mandiri dalam memproduksi vaksin Covid-19 dan tidak tergantung impor,” jelas Terawan, kepada wartawan, termasuk Surabaya Pagi di RS Dr. Karyadi, Semarang Selasa (16/2/2021).

Sebagai Inisiator Vaksin Nusantara, dr Terawan Agus Putranto, mengatakan bahwa uji klinis fase 2 Vaksin Nusantara dilakukan secara terbuka.

“Saya tegaskan vaksin Covid-19 yang digagasnya ini akan menjadi sebuah revolusi vaksin, dimana Vaksin Nusantara dibuat berdasarkan individual.

Kita sangat berbahagia karena ini sangat terbuka dan menarik. Sebuah revolusi di dalam vaksin yang tadinya konservatif menjadi sebuah yang individual," tambah Terawan, dengan wajah berbinar-binar.

 

Produksi Vaksin 10 Juta Bulan

Terawan yakinkan ke anggota DPR-RI, kelak Indonesia bisa produk massalnya bisa mencapai 10 juta perbulan dan diperkirakan akan membuat kemandirian vaksin," ujarnya.

Menurut dia, bangsa Indonesia juga harus mampu dan mandiri dalam memproduksi vaksin Covid-19.

"Dan kita harus punya kemampuan untuk memproduksi sendiri dan kita harus punya kemampuan mandiri untuk membuat vaksin yang platformnya individual," tandasnya.

 

Uji Klinis Fase 2

Baca Juga: CEPI dan Bio Farma Berkolaborasi untuk Dorong Percepatan Produksi Vaksin

Sebelum ini, Rumah Sakit Kariadi Semarang dijadikan sebagai lokasi penelitian uji klinis fase 2 Vaksin Nusantara.

Vaksin Covid-19 ini disebut-sebut menggunakan bahan serum darah dan antigen yang diambil dari setiap penerima vaksin.

Dan untuk memastikan perkembangan uji klinis tahap kedua vaksin Covid-19 terbaru yang diberi nama vaksin Nusantara.

Komisi IX DPR RI, Selasa kemarin, berkunjung ke RSUP dokter Kariadi Semarang. “Vaksin buatan anak bangsa ini, hanya satu kali suntik dan berlaku untuk semua tanpa terkecuali baik lansia,komorbid, penderita hipertensi, ataupun auto imun,” jelas Terawan.

Kunjungan Komisi IX DPR ke RSUP dr Kariadi Semarang ini dipimpin langsung Wakil Ketua Komisi IX, Emanuel Melkiades Laka Lena. Kedatangan Komisi IX ini untuk memastikan perkembangan uji klinis tahap kedua vaksin Nusantara.

Wakil Ketua IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena menyambut baik adanya vaksin Covid-19 produk lokal Indonesia ini. Oleh karena itu dia berharap dengan adanya vaksin Nusantara, bisa membantu pemerintah membebaskan wabah Covid-19 yang sudah hampir setahun di Indonesia.

 

Imunitas yang Lebih Seluler

Baca Juga: Siti Fadila Supari dan Panglima TNI, Disuntik Vaksin Immunotheraphy Nusantara oleh Terawan Agus Putranto

”Ini sifatnya personalized. Jadi vaksin ini menjadi imunitas yang lebih seluler. Yakni tahan lama. Karena sudah terjamin keamanannya dari uji klinis (tahap) satu ini,“ tambah Terawan.

Untuk itu, lanjut Terawan, pihaknya bersama para peneliti dari RSUP Kariadi, Universitas Diponegoro (Undip) dan juga AIVITA Biomedical Inc, berharap dari uji klinis satu ini bisa dilanjut pada tahap dua dan tiga kemudian diproduk massal.

”Dilihat dari uji klinis satu ini selesau dengan baik. Dari 30 pasien yang diuji, hasilnya selama masa uji klinis, semuanya aman. Safety. Imunitasnya sangat baik. Itu yang terpenting,“ tambah Terawan.

 

Mudah-mudahan ada Percepatan

Meski personalized, ini dapat produk mass dalam 10 juta setiap bulannya dan dipastikan ada kemandirian dalam vaksin Covid-19 ini,“ tegas Terawan.

Apalagi lanjut mantan Menkes ini, bahwa ada dukungan dari Komisi IX DPR RI untuk memproduksi vaksin Nusantara ini.

”Mudah-mudahan ada percepatan. Karena untul vaksin ini harus ada extraordinary agar negara kita bisa sejajar dengan negara-negara produlsi vaksin. Hanya saja platform kita berbeda,“ ucap Terawan. rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU