Indonesia, Kembangkan Vaksin Nasional dan Merah Putih

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 03 Nov 2020 21:50 WIB

Indonesia, Kembangkan Vaksin Nasional dan Merah Putih

i

Jurnalis Muda SP, Raditya Mohammer Khadaffi

 

Catatan Covid-19 & Vaksinnya (6-habis)

Baca Juga: Waspadai! Sindrom Pasca Liburan, Post Holiday

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Saat ini, dunia seperti  mempertaruhkan segala kemampuannya untuk membuat beragam pada vaksin sebagai salah satu solusi atasi pandemi Covid-19.

China punya vaksin Sinopharm/G42, Sinovac, dan Cansino. Rusia sedang mengembangkan Sputnik V, kemudian perusahaan farmasi dunia Pfizer dan Johnson & Johnsons, juga sedang mengembangkan vaksin serupa, juga Indonesia. Praktis hingga kini, masing-masing punya klaim sudah memiliki uji klinis.

Ketika uji coba fase III vaksin covid-19 mencapai target pendaftaran, para pejabat telah mencoba untuk menunjukkan ketenangannya dalam pengembangan vaksin Covid-19.

Salah satu peneliti virus Corona asal AS, Anthony Fauci, mengatakan hanya vaksin yang “aman dan efektif” yang akan disetujui. Baik oleh pemerintah masing-masing negara di dunia maupun WHO. Bahkan WHO memberikan pernyataan, setiap perusahaan farmasi, harus memberikan jaminan kepada publik, bahwa prosedur dan uji klinis harus sudah diketahui secara terbuka.

Tapi apa artinya jika sebuah vaksin dinyatakan “efektif”? Bagi publik hal ini terlihat cukup jelas. “Tujuan utama dari vaksin covid-19 adalah untuk mencegah orang terjangkit lagi Covid-19,”  ujar Anthony Fauci.

Sementara, Peter Hotez, Dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine di Houston, Amerika Serikat, mempaparkan, bahwa Idealnya, vaksin antivirus Covid-19 untuk melakukan dua hal. Pertama, mengurangi kemungkinan setiap orang terjangkit lagi dan dirawat di Rumah sakit. Kedua, mencegah infeksi sehingga menghentikan penularan penyakit.

Namun uji coba fase III saat ini tidak benar-benar disiapkan untuk membuktikannya. Tak satu pun dari uji coba yang saat ini sedang berlangsung dirancang untuk mendeteksi penurunan hasil serius seperti masuk rumah sakit, penggunaan perawatan intensif, atau kematian.

Vaksin juga tidak sedang dipelajari untuk menentukan apakah mereka dapat menghentikan penularan virus.

Nah, aman dan efektif kah vaksin-vaksin yang sedang dikembangkan beberapa perusahaan farmasi asal China, AS, Inggris, dan Rusia? Juga aman dan efektifkah bila diterapkan di Indonesia?

Vaksin Sinovac, meski saat ini sedang dilakukan uji klinis di Bandung. Tetapi masih tanda tanya bila diterapkan untuk 260 juta jiwa di Indonesia. Baik uji klinis fase I dan uji klinis fase II, juga belum diketahui. Apalagi AstraZaneca. Praktis, secara resmi, pemerintah Indonesia masih belum mengambil sikap. Pasalnya sempat beredar kabar, bila pemerintah Indonesia membatalkan untuk pembelian AstraZaneca.

Sementara, Sinopharm sendiri yang juga akan dibeli oleh Indonesia, dipatok dengan harga Rp 2,1 juta untuk dua kali dosis. Cukup mahal untuk Indonesia. Aman dan efektifkah? Kita masih harus harus menunggu tahun 2021 depan.

***

Meski pemerintah Indonesia sedang bingung pilih-pilih vaksin luar negeri. Pemerintah Indonesia juga sedang mengembangkan vaksin buatan lokal. Kembali lagi, tujuan pengembangan vaksin buatan lokal, karena ingin aman, efektif dan pastinya ‘halal’.

Dengan menggandeng Lembaga Biomokuler Eijkman dan beberapa universitas negeri ternama di Indonesia, seperti Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Indonesia, Institute Teknologi Bandung (ITB), Universitas Udayana dan LIPI.

Mereka menggunakan pendekatan berbeda dalam mengembangkan virus, mulai dari protein rekombinan, adenovirus dan mRNA. Vaksin buatan Indonesia itu dinamakan vaksin Merah Putih.

Eijkman menjelaskan, vaksin Merah Putih mengklaim berbeda dengan Sinovac. Dimana, perbedaan utamanya yakni platformnya. “Kalau Sinovac menggunakan satu virus kemudian diperbanyak di lab lalu virus itu dipisahkan dan dilakukan inaktivasi (inactivated vaccine) setelah itu diformulasikan agar aman bagi manusia. Jadi vaksin yang diberikan adalah keseluruhan virus," kata Direktur Eijkman, Prof Amin Soebandrio, dalam webinar yang diselenggarakan Society of Indonesian Science Journalist, baru-baru ini.

Baca Juga: Libur Lebaran 10 Hari, Holiday Anomali

Inactivated vaccine adalah bentuk vaksin yang dilemahkan sehingga tidak lagi menyebabkan penyakit. Vaksin yang dibuat dengan metode inaktivasi biasanya perlu beberapa dosis sebelum seseorang bisa mendapatkan kekebalan yang diinginkan.

Sementara itu,  Prof Amin, menjelaskan vaksin Merah Putih dikembangkan dengan metode rekombinan.

"Kalau Merah Putih adalah sub unitnya. Tidak seluruh virusnya, hanya bagian-bagian tertentu dari virus yang dianggap penting kemudian diperbanyak dan dijadikan antigen," tuturnya.

Vaksin Merah Putih sendiri dijadwalkan bisa menyelesaikan uji coba pada hewan di akhir tahun 2020. Setelah uji hewan efektif, bibit vaksin  akan diserahkan ke Bio Farma untuk kemudian dilakukan uji praklinis dan klinis.

Bio Farma, sendiri perusahaan farmasi yang  didapuk untuk memproduksi dan menyebarkan vaksin Merah Putih. Bio Farma menyatakan kesiapannya untuk memproduksi secara massal.

Perusahaan BUMN ini merencanakan ingin memproduksi vaksin virus corona secara mandiri. Dalam memproduksi vaksin yang ingin disebarluaskan secara massal, pihaknya bekerja sama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dari Norwegia dan Sinovac dari China. Diketahui Sinovac dari China juga memproduksi vaksinnya secara massal.

Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan dari PT Bio Farma mengatakan, ke depan pihaknya akan menggarap vaksin bersamaan dengan konsorsium nasional. Dengan begitu, Indonesia tidak lagi bergantung pada negara lain dalam hal bahan baku vaksin virus corona.

Selain mandiri, ada catatan yang diinginkan oleh Lembaga BPOM dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Yakni Halal. Pasalnya, Indonesia yang merupakan negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di Dunia.

Direktur Lembaga Pengkajian pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Lukmanul Hakim mengatakan vaksin harus halal.  "Tentu kita harapkan mudah-mudahan bisa (halal). Jika pun tidak, kami mendorong agar vaksin itu tetap diproduksi tapi kemudian riset untuk yang halal tetap dilanjutkan, karena dalam kaidahnya menyelamatkan jiwa itu diutamakan,” ujar Lukman.

***

Baca Juga: Ahli-ahli Beberkan Rasionalitas Dugaan Pemilu tak Jurdil

Meski vaksin Merah Putih masih belum diketahui bagaimana uji klinis tahap I, II dan bahkan fase tiga. Saya mengapresiasi adanya upaya vaksin yang diciptakan dan diproduksi oleh Indonesia.

Seperti contoh Brasil. Meski secara dunia farmasi, Brasil tidak mempunyai histori yang baik. Namun, negara di Amerika Latin itu punya keinginan untuk memproduksi vaksin Covid-19. Sampai-sampai Presiden Brasil Jair Bolsonaro, menolak vaksin dari China.

Selain Brasil, Australia pun juga berencana memproduksi vaksin Covid-19 sendiri. Australia sedang meminta dukungan dari Inggris, dan Amerika Serikat untuk memproduksi vaksin Covid-19.

Untuk itu, sudah saatnya Indonesia segera memproduksi massal vaksin Covid-19. Presiden RI Joko Widodo pun sudah memberikan sinyal dan perintah, ilmuwan dan farmasi di Indonesia untuk membuat vaksin sendiri. Bahkan, Jokowi menegaskan, vaksin Covid-19 mandiri buatan Indonesia nantinya, benar-benar bisa berguna untuk masyarakat.

Jokowi pun menegaskan ada dua distribusi vaksin, pemberian vaksin cuma-cuma alias gratis kepada kelompok masyarakat tertentu, juga ada vaksin yang harus dibeli oleh masyarakat.

Jokowi menekankan selain isu keamanan dan keefektifan vaksin, yang tak kalah penting adalah cara masyarakat bisa mengakses vaksin. Ia memastikan proses vaksinasi covid-19 akan berjalan dan dilakukan secara bertahap dan perlu dijelaskan secara jelas, secara gamblang kepada masyarakat.

"Jelaskan siapa saja kelompok masyarakat mana yang mendapat prioritas vaksin lebih awal, kenapa mereka dulu, itu harus dijelaskan. Mengapa mereka dapat prioritas," kata Jokowi, 26 Oktober 2020 lalu.

Bila sudah ada instruksi, seluruh stakeholder di Indonesia harus segera mengerahkan sumber dayanya untuk memproduksi vaksin Covid-19. Kalau perlu vaksin dari Indonesia itu bisa menjadi sumber devisa negara bila bisa di ekspor.

Baik itu vaksin Merah Putih atau vaksin Nasional lainnya, sama-sama bisa menyehatkan 260 juta warga Indonesia yang kini sedang berjuang dengan vaksin Covid-19. Dengan vaksion mandiri Nasional nantinya, pendapatan devisa Indonesia meningkat, kesehatan warganya juga terjamin. ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU