Inilah Alasan Angka Kematian COVID-19 di Jatim Jadi yang Tertinggi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 12 Jun 2020 15:02 WIB

Inilah Alasan Angka Kematian COVID-19 di Jatim Jadi yang Tertinggi

i

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Jatim dr Joni Wahyuadi. SP/ DECOM

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Jumlah kematian pasien positif COVID-19 di Jawa Timur menjadi yang tertinggi di Indonesia. Dari data per-Kamis (11/6) yang dirilis Pemprov Jatim ada 575 kasus kematian di Jatim. Lantas mengapa angka kematian COVID-19 di Jatim menjadi yang tertinggi?

Ketua Gugus Kuratif Penanganan COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi mengatakan virus Corona merupakan hal baru. Ciri dari virus Corona adalah sulit diprediksi.

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Ajak Kembali Semangat Bekerja dan Maksimalkan Pelayanan untuk Masyarakat

"Perjalanan penyakit menderita COVID-19 unpredictable (tidak bisa diprediksi). Sampai saat ini kita semua tidak tahu bagaimana rahasia COVID-19," kata Joni di Surabaya, Jumat (12/6/2020).

Joni mencontohkan ada anak muda di RSU Soetomo berumur 38 tahun yang mengalami gagal nafas. Kemudian dimasukkan di ruang ventilator.

"Lalu bisa duduk bisa makan, akhirnya dipindah di Highcare, lalu tiba-tiba meninggal seperti kayak kena jantung. Inilah COVID-19 susah diprediksi," jelasnya.

Baca Juga: Pemprov Jatim Buka Rekrutmen CASN, 5.200 Formasi

"Ada lagi pasien yang datang dengan keadaan buruk sudah memakai ventilator. Kita rawat. Lalu sehat, dan sekarang orangnya gemuk. Jadi ini barang baru (COVID-19). Kami berupaya menekan angka kematian," terangnya.

Selain tidak bisa diprediksi, Dirut RSU dr Soetomo ini menilai ada pasien yang sebenarnya tahu dirinya COVID-19 tapi denial (menolak dirawat).

Baca Juga: 217 Pos Kesehatan Tersebar di 35 Kabupaten/Kota Jatim Selama Musim Mudik Lebaran

"Sampai akhirnya berat dan meninggal dunia. Kalau di Soetomo, 62,9 persen menggunakan ventilator meninggal dunia. Kita belum tahu mengapa, banyak hal yang terus dipelajari," jelasnya.

"Penularannya gampang lewat droplet. Ya harus ditaati, physical distancing, social distancing. Jangan pernah menentang COVID-19. Ada yang batuk pilek, meninggal, sangat variasi case-nya. Kami sudah merawat yang sedang opname 231 orang," pungkas Joni.  dsy3

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU