Jadi Beban Warga, Laila Mufidah Desak Evaluasi Kenaikan Tarif PGN

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 16 Des 2021 17:10 WIB

Jadi Beban Warga, Laila Mufidah Desak Evaluasi Kenaikan Tarif PGN

i

Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah. SP/ALQ

SURABAYAPAGI, Surabaya -  Banyaknya warga yang mengeluh kenaikan tarif gas rumah tangga yang disediakan Perusahaan Gas Negara (PGN). Maka dari iti Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah mendesak harus ada evaluasi menyeluruh terkait kenaikan tarif gas. Dalam situasi banyak warga terempas pandemi, makin dibebani kenaikan tarif gas.

"Kasihan pelaku ekonomi kerakyatan yang hendak bangkit dari pandemi. Apalagi kenaikan tari itu tidak disosialisasikan secara masif. Harus ditinjau ulang atau keringanan," kata Laila yang juga Ketua DPC Perempuan Bangsa Surabaya.

Baca Juga: Laila Mufidah Ajak Semua Pihak Komitmen Bersama Maksimalkan dan Efektifkan Program Beasiswa Pemuda Tangguh

Sementara, Ali Mustofa, warga Rungkut Lor jaringan gas yang disediakan PGN menelusup hingga ke kampung Rungkut saat ini menjadi beban warga.

"Kalau berat begini saya dan warga yang lain akan beralih ke gas elpiji saja. Dari sebelumnya saya Rp 50.000 kini bisa Rp 180.000," ungkapnya.

Dia memprediksi dengan hanya masak telur dan sayur, sebulan paling banyak menghabiskan tiga tabung elpiji 3 kg.

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah Minta Beasiswa Pemuda Tangguh Harus Benar-benar Termanfaatkan

Sudah lebih sepuluh tahun, warga nyaman dengan layanan jaringan gas yang menerobos kampung. Banyak rumah-rumah di Rungkut sudah teraliri jaringan gas milik PGN. Mereka tinggal pejet sudah bisa memasak.

Namun kemudahan itu kini harus berbiaya tinggi. Sebab sejak tiga bulan terakhir berlaku kenaikan tarif gas. Keluarga Ali Mustofa sendiri hanya menggunakan gas untuk masak. Tidak lebih dari itu.

Baca Juga: Laila Mufidah Desak Pembangunan Saluran Air Sampai Kampung Selesai Sebelum Musim Hujan

Dia juga menuturkan bahwa sejumlah warga sempat protes ke PGN setelah ramai di grup warga. Banyak yang jumlah pemakaian atau kubikasi sama tapi tarif berbeda. "Setelah diprotes ada penyesuaian," kata Ali.

Warga saat ini mendesak agar ada petugas pencatat yang rutin mengecek pemakaian. Agar warga puas dan nyaman. Alq

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU