JW Marriott-Elmi Dijual, Ada yang Nyusul

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 05 Feb 2021 21:50 WIB

JW Marriott-Elmi Dijual, Ada yang Nyusul

i

Hotel JW Marriot, di Jl. Embong Malang Surabaya.

 

 Diduga Dampak Pandemi Covid-19 dan PPKM, yang Mengakibatkan Okupansi Anjlok dan Sepi

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

 

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pandemi Covid-19 yang mewabah di Indonesia khususnya di sektor ekonomi dan bisnis lainnya, ternyata berimbas pada sektor pariwisata. Salah satunya perhotelan. Bahkan, kini salah satunya akibat merosotnya okupansi di beberapa perhotelan, membuat pengusaha perhotelan mau tidak mau, harus memaksa menjual hotelnya demi menjaga kesehatan finansial di saat pandemi. Hal ini dengan munculnya beberapa market place yang menawarkan beberapa hotel bintang tiga hingga bintang empat di Surabaya, Bali, Jakarta, Jogjakarta dan beberapa kota besar lainnya. Fenomena ini pun menurut beberapa praktisi perhotelan, dinilai hal yang wajar.

Hal tersebut disampaikan oleh Dwi Cahyono, Ketua PHRI Jawa Timur saat di konfirmasi oleh Tim Surabaya Pagi, pada Jumat (5/2/2021). Ketua PHRI Jatim itu menjelaskan, tak hanya di Surabaya, Jakarta. Bahwa lebih dari 100 Hotel di Yogyakarta juga terpaksa menutup dan menjual asetnya. "Tidak hanya di Jakarta lho, di Jogja pun kurang lebih ada 100 hotel yang tutup dan akan dijual. Hal itu juga terjadi di Bali. Dan mungkin juga di Surabaya ada," ujar Dwi Cahyono.

Hotel Surabaya yang parah adalah JW Marriot, di Jl. Embong Malang Surabaya. Rajimin, pemegang saham terbesar, sudah tiga tahun ini sakit koma. Rajimin yang tahun 1975-an dikenal tengkulak tanah, kini dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura. Hotel bintang lima ini dijual dengan harga fantastik, sehingga tak laku-laku. Sedangkan Hotel Elmi,  yang dikenal hotel keluarga di pusat kota juga ditawarkan ke publik. Konon ada beberapa hotel melati juga dilego secara personal.

Untuk di Surabaya, meski belum ada yang tutup dan dijual, namun Dwi mengatakan bahwa Hotel di Surabaya dan Jatim sudah ada yang ancang-ancang untuk mengikuti jejak rekan bisnis pariwisata yang ada di Jakarta dan Jogja.

"Kalau di Jatim sih masih belum ada yang tutup. Tapi berbagai keluhan sudah banyak yang menyampaikan, dan tentunya jika kondisi masih tidak membaik, mereka (Hotel) akan terpaksa tutup," ungkapnya.

Pasalnya, setelah ada kebijakan PPKM Jawa Bali, pemasukan restauran dan hotel di Jawa Timur sangat menurun drastis. Bahkan pemasukan yang didapatkan sangat jauh dari BEP yang ada di kisaran 45%.

"BEP untuk perhotelan aja 45%, sedangkan pemasukan kita hanya 15%. Itu tandanya kita harus menutup operasional dengan tabungan pribadi," kata Dwi.

Dwi Cahyono menambahkan, kalau sampai Maret atau April 2021 kondisi masih belum membaik, tidak menutup kemungkinan beberapa Hotel di Jawa Timur juga akan tutup dan ataupun dijual.

Meski demikian, sangat jarang sekali pelaku bisnis pariwisata menjerit di pemberitaan media. Hal itu dikarenakan, para pelaku bisnis ingin tetap menjaga branding masing-masing Kota.

"Pariwisata itu bisnis jangka panjang. Kalau kita tidak menjaga branding masing-masing kota, nantinya akan berpengaruh kepada kepercayaan konsumen yang akan datang ke kota tersebut," terangnya.

Banyak hal yang diupayakan agar eksistensi hotel semakin terjaga. Salah satunya dengan menjaga karyawan, menjaga hotel dan juga meyakinkan konsumen. "Kita tetap menjaga karyawan. Karyawan mayoritas masuk 15 hari kerja yang sebelumnya 26 hari kerja. Karena untuk menjaga jumlah individu dan menstabilkan keuangan," jelasnya.

Pelaku bisnis di sektor pariwisata memang sudah taat kepada kebijakan Pemerintah seperti PPKM, mendapatkan sertifikat CHSE dan menaati prokes. Maka dari itu, para pelaku bisnis juga mengharapkan bantuan dari Pemerintah untuk mengobati perih yang dirasakannya.

"Harapan kita, Pemerintah makin disiplin dalam penerapan kebijakan. Sehingga bisa memantau penuh tempat-tempat yang menimbulkan kerumunan. Selain itu, bisa juga dengan memurunkan retribusi pajak dan PDAM. Dengan begitu, pelaku bisnis pariwisata bisa bangkit dan kondisi juga akan membaik," pungkasnya.

 

JW Marriot Dijual

Sementara, di Surabaya, dari informasi yang dihimpun Surabaya Pagi, Hotel JW Marriot juga akan dijual akibat pandemi. Hal ini diketahui dari laman market place Olx.co.id. Dalam laman yang diposting pada 12 Januari 2021 ini, ditawarkan seharga Rp 2,4 Triliun.

Hotel JW Marriot memiliki luas bangunan 45.000 meter persegi (m2) dengan luas tanah 17.500 m2. Hotel ini terletak di pusat kota, Tunjungan Surabaya. Status Sertifikat Hak Milik (SHM).

Adapun daya listrik sebesar 95.000 watt dengan fasilitas 4 restoran, 407 kamar, outdoor pool, royal room, pasifik meeting room.

Baca Juga: Awas Covid-19 Varian Kraken, Tingkat Penularannya Cepat

Dalam keterangan di Olx.co.id, syarat survey yang diminta yakni harus menunjukkan LoI (Letter of Intent), ketersediaan dana dan melampirkan covernote dari Notaris.

Bahkan, tak hanya di jual di marketplace Olx.co.id, Surabaya Pagi menemukan beberapa market place di rumah.com, dan lamudi.co.id.

Dari penelusuran tim Surabaya Pagi, harga jual JW Marriot Surabaya di market place dan beberapa agen property cukup beragam. Bila market place olx.co.id, ditawarkan dengan harga Rp 2,4 Triliun.  Namun, menurut marketing Agen Secondary Property, Rully Ariestiana, hotel yang berdiri sejak tahun 1996 itu dibanderol sebesar Rp 1,5 Triliun.

“Ada dokumennya, cuma saya orang kedua. Ownernya, aduh saya enggak bisa kasih. Saya sebagai agen secondary properti. Dijual harga Rp 1,5 triliun,” katanya.

Ia pun tak mengetahui alasan dijual. Namun ia pun tak menampik, pandemi telah berdampak kepada semua sektor tak terkecuali sektor pariwisata. Kata, Rully bagi yang berminat bisa langsung membuat surat dengan menyiapkan dana. “Bikin LOI (Letter of Intent) sama ketersediaan dana,” tambahnya.

 

Marcom JW Marriot

Sementara, Mona Cellyda, R.H., Marketing Communication Hotel JW Marriott, saat ditemui di Lobby JW Marriot, Jumat (5/2/2021) siang kemarin, tidak mengetahui secara pasti terkait adanya penjualan Hotel JW Marriot Surabaya ke investor lain.

"Kalau untuk itu (penjualan hotel) sih sebenarnya urusan dari Perusahaan ya. Namun sejauh ini saya masih belum mendapatkan informasi terkait hal tersebut," kata Mona.

Meski begitu dirinya mengakui saat ini, sedang adanya penurunan okupansi dan jumlah pengunjung di hotel. Terutama di hotel bintang lima yang bertempat di Jalan Embong Malang Surabaya ini.

"Kalau penurunan sih dari awal pandemi dulu ya mas. Apalagi di empat bulan pertama," terangnya.

Namun, baru sekitar menjelang November – Desember 2020, tambah Mona, mulai beranjak naik. Momen ini, membuat beberapa hotel di Surabaya juga sudah mulai menuju survive. Baru, saat diadakan PPKM Jawa Bali oleh pemerintah pusat, akhir Januari 2021 lalu, tambah Mona, membuat cenderung menurun. “Di bulan Desember 2020 aja yang sempet naik sedikit, tapi di Januari 2021 turun lagi karena ada PPKM ini,” tambah Mona.

Baca Juga: PPKM Dicabut, Dinkes Kabupaten Mojokerto Tetap Siagakan Ruang Isolasi

Untuk itu, pebisnis perhotelan saat ini sedang berharap pada pemerintah agar segera menyiapkan kebijakan yang dapat mengembalikan eksistensi sektor pariwisata. "Harapan saya, kalau bisa kebijakannya sedikit di longgarkan lah. Khususnya masa berlaku surat keterangan swab atau rapid test. Karena dari situ konsumen dari luar Kota bisa sedikit lega karena tidak perlu membuang terlalu banyak uang dan waktu untuk surat keterangan tersebut," jelas Mona

Sebelumnya Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk Stefanus Ridwan mengaku selama pandemi corona ini sering ditawari tanah dan hotel untuk dijual oleh sesama rekan bisnisnya. Ini karena banyak pengusaha butuh uang tunai kala pandemi, tapi ia menolaknya karena saat ini bukan prioritas untuk investasi.

Ia bilang ketidakpastian situasi membuat pengusaha ragu untuk mengambil keputusan, apalagi sampai mengeluarkan miliaran hingga triliunan rupiah untuk pembelian lahan atau aset properti lainnya. "Udah pasti turun dan yang beli juga nggak ada. Hotel ratusan yang ditawarin ke saya," ungkapnya.

Tak hanya JW Marriot yang dijual di market place dengan harga Triliunan. Hotel ikonik yang dikenal sebagai pusat kongkownya para elit politik dan pejabat di Jawa Timur, Hotel Elmi Surabaya, juga dikabarkan sedang dinego.

 

Hotel Elmi Dijual

Dikutip dari market place olx.co.id, Hotel Elmi Surabaya, diiklankan pada tanggal 12 Januari 2021. Hotel dengan luas tanah 13.000 meterpersegi dan luas bangunan 15.000 meterpersegi, dengan bangunan 7 lantai, dijual dengan harga Rp 1,7 Triliun.

Bahkan, hotel berisikan 140 kamar ini, oleh si pemasang, yakni akun “Best Properties Indonesia”, menyebutkan, harga Rp 1,7 Triliun itu langsung berhubungan dengan pemilik hotel langsung. “Direct owner langsung,” tulis singkat. 

Namun, saat Surabaya Pagi mengkonfirmasi di Hotel Elmi Surabaya, Jumat (5/2/2021) kemarin, hanya ditemui bagian Sales Marketing Hotel Elmi Surabaya. Dia pun masih enggan menjelaskan, terkait kebenaran isu penjualan Hotel Elmi di market place olx.co.id. “No comment mas untuk itu,” kata Sales Marketing yang enggan menyebutkan identitasnya.

Saat ditanya, bagaimana situasi okupansi di Hotel Elmi, Sales Marketing itu pun tetap masih enggan memberikan penjelasan dan meninggalkan Surabaya Pagi.

Jumat sore itu, suasana Hotel Elmi, terlihat tidak terlalu ramai. Coffee Shop, salah restoran legendaris Hotel Elmi yang paling ramai dan buka 24 jam, pun tidak terlalu ramai. mbi/dsy/cec/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU