Kadin: Destinasi Wisata Jatim Berpotensi Besar Jadi Wisata Halal

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 23 Mar 2023 09:10 WIB

Kadin: Destinasi Wisata Jatim Berpotensi Besar Jadi Wisata Halal

i

Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal Kadin Jatim Zaki Basalamah. Foto: Pemprov Jatim.

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) Adik Dwi Putranto mengungkapkan bahwa destinasi wisata di Jawa Timur berotensi besar menjadi wisata ramah muslim atau wisata halal.

"Jawa Timur memiliki segalanya, ada wisata alam, wisata pantai, wisata budaya hingga wisata religi. Tinggal menggerakkan menjadi wisata ramah muslim," kata Adik, Rabu (22/3/2023).

Baca Juga: KADIN Jatim Bakal Permudah Perijinan UMKM

Menurut Adik, beberapa lokasi pariwisata yang memiliki potensi sebagai wisata ramah muslim di antaranya Gili Iyang di Sumenep yang tercatat sebagai daerah dengan oksigen terbersih kedua di dunia, Blue Fire Gunung Ijen di Banyuwangi, Gunung Tengger Semeru atau GTS, makam Sunan Ampel di Surabaya, dan makam Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim di Gresik serta makam sunan Bonang di Tuban.

“Kalau kita bicara wisata ramah muslim atau wisata halal, jangan dilihat dari fikihnya saja tetapi dari opportunity bisnisnya. Karena kalau sudah masuk kategori wisata ramah muslim, pasti akan aman dan nyaman,” ujarnya.

Kendati demikian, lanjut Adik, realisasi wisata muslim di Jatim butuh dirigen sebagai pengarah untuk memaksimalkan potensi yang ada, sekaligus membantu langkah pemerintah provinsi setempat mengambil kebijakan pengembangan pariwisata.

"Kalau Jatim sudah memiliki dirigen, saya yakin akan cepat mengalahkan Jateng dan Jabar yang sudah terlebih dahulu declare sebagai destinasi wisata halal atau pariwisata ramah muslim," ucapnya.

Kadin Jatim pun mengaku siap memberikan support semaksimal mungkin, berkolaborasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait untuk mewujudkan Indonesia sebagai destinasi wisata halal nomor satu di dunia pada tahun 2024.

Sementara itu, Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal Kadin Jatim Zaki Basalamah mengatakan bahwa potensi wisata halal di Jatim sangat besar namun sejauh ini masih belum digarap secara maksimal. Hal tersebut bisa dilihat dari skor yang diberikan Muslim Travel Indonesia (MTI) kepada pariwisata Jatim yang hanya dikisaran 4,12 persen.

Maka dari itu, ia mendorong pengembangan dilakukan merata, sehingga Jawa Timur mampu menjadi proyek percontohan "One-Stop Integrated Edu-Art Halal Entertainment Islamic Centre pertama" di Indonesia.

Baca Juga: Rusia Jalin Komitmen Perdagangan dengan Jatim

"97,814 persen penduduknya beragama Islam (Muslim) ini adalah potensi yang sangat luar biasa. Ini juga ditunjang dengan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa yang memiliki "ghiroh" dalam mengembangkan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Provinsi Jawa Timur," ujar Zaki.

Saat ini, Malang Raya sudah masuk dalam daftar pengembangan 10 destinasi Halal Prioritas Nasional yang mengacu standar GMTI sebagai wisata halal Indonesia. Sementara Kota Batu, mendapatkan penghargaan Wisata Halal yang diadakan oleh Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) pada tahun 2019.

"Jatim juga berencana mendirikan Indonesia Islamic Science Park seluas 101 hektar di kaki jembatan Suramadu, Bangkalan, Jawa Timur. Banyaknya potensi yang dimiliki, Jatim berpeluang menjadi proyek percontohan “One-Stop Integrated Edu-Art Halal Entertainment Islamic Centre pertama" di Indonesia," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Andhi Maipa Dewandu mengatakan, pariwisata halal bukan dilihat dari destinasinya tetapi dari servisnya. Ada tiga kategori penting yang harus dipenuhi dalam mewujudkan pariwisata ramah muslim.

Baca Juga: Kadin Jatim Gandeng Gubernur Narathiwat Kembangkan Produksi Durian

Pertama, "Need to Have" atau pelayanan maupun fasilitas yang dipenuhi, seperti makanan dan minuman halal di lokasi wisata dan kemudahan mendapatkan fasilitas beribadah.

"Kalau hotel, cara menyucikan tempat itu wajib. Juga toilet ramah muslim," tutur Andhi.

Kemudian, "Good to Have" yang disebutnya sebagai ketersediaan alat atau komponen beribadah, seperti sajadah, mukenah, dan Al-Quran.

"Selanjutnya ketiga adalah Nice to Have. Yaitu layanan atau fasilitas yang jika ada, maka akan sangat bagus," tutupnya. sb

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU