Kadindik Jatim Tunggu Zona Hijau

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 21 Jun 2020 21:57 WIB

Kadindik Jatim Tunggu Zona Hijau

i

Gedung Dinas Pendidikan Jawa Timur

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Kesiapan rencana KBM tatap muka di Jawa Timur menunggu keputusan dari Dindik Jatim. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur akan memberlakukan KBM tatap muka bila daerah tersebut sudah masuk dalam zona hijau atau bebas Covid-19. Bila belum ada daerah masuk zona hijau, atau masih zona orange atau merah, KBM tetap diberlakukan secara daring.

"Namun, jika sudah ada daerah yang berzona hijau, sekolah diperkenankan untuk membuka pembelajaran tatap muka, tentu dengan protokol sangat ketat, yakni pemberlakukan sistem shif. Seperti 50 persen masuk sekolah dengan tatap muka dan 50 persen siswa belajar di rumah," kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi, Kamis (18/6/2020). Keputusan Wahid Wahyudin ini diambil setelah mendapatkan masukan dari Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi.

Baca Juga: DSDABM Kota Surabaya Akan Segera Tuntaskan 245 Titik Banjir di Surabaya

Kendati demikian, Dinas Pendidikan Jatim akan menggunakan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim untuk melihat perkembangan ke depan terkait pembelajaran tatap muka.

Mantan Kepala Dinas Perhubungan Jatim juga menekankan bahwa Dispendik Jatim konsisten mengikuti kalender pendidikan yang dijadwalkan pada 13 Juli 2020 sebagai awal masuk tahun ajaran baru 2020/2021 sesuai dengan arahan Gubernur Jatim. "Tapi, ada pembelajaran tatap muka di Pulau Sakala, Sumenep, karena tidak terjangkau internet dan belum ditemukan kasus. Kami akan lihat kebijakan ke depan yang didasarkan pada laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim," ucapnya.

 

PGRI Sambut Baik Tatap Muka

Terpisah, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Timur, Teguh Sumarno terkait rencana KBM tatap muka pada 13 Juli 2020 mendatang, disambut baik. Namun, jika kondisinya masih belum memungkinkan bertatap muka karena pandemi ini. Maka pihaknya akan mengusulkan untuk perpanjangan masa belajar di rumah atau daring. Hal ini, menurut Teguh, demi kesehatan siswa dan para pengajar semua.

"Jika kondisi sudah mereda atau bahkan hilang, 13 Juli ini memang sudah waktunya masuk. Tapi apabila kondisinya masih membahayakan, maka PGRI menempatkan lebih pentingnya kesehatan siswa. Lebih baik diperpanjang," kata Teguh, kepada Surabaya Pagi, Jumat (19/6/2020).

Selain itu, Ketua Umum PGRI Jatim ini juga berpesan bagi para guru untuk menjadikan pandemi ini sebagai pelajaran untuk meningkatkan mutu dari pribadi guru tersebut.

"Jangan dianggap sebagai ancaman, tapi jadikan sebagai peningkatan mutu atau kualitas dari guru. Juga jadikan situasi seperti ini sebagai peningkatan kerjasama dan solidaritas antar guru untuk mengatasi seluruh persoalan di tengah pandemi Covid-19," pungkas Teguh.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Minta Surveyor Gali Informasi untuk Atasi Kemiskinan

 

Guru Era Modern Dituntut Kreatif

Meski begitu, Teguh menampik apa yang dikatakan oleh KPAI bila KBM secara daring, dapat mengancam pendapatan para guru tidak tetap atau honorer.

"Sebenarnya guru tidak seperti yang diduga, contohnya teman-teman guru disini terbiasa hidup sederhana dan bersahaja. Adapun masalah ekonomi, mereka tetap melaluinya dengan enjoy," imbuh Teguh.

Bahkan, saat ini, tambah Teguh, guru tidak pernah berpikir masalah gaji dan perekonomian. Walaupun jika terjadi, mereka tidak mengeluh secara berlebihan apalagi sampai terdengar saya.

Baca Juga: DPMPTSP Kota Surabaya Target Capaian Investasi 2024 Rp40 T

Lebih lanjut, Teguh menjelaskan justru guru semakin meningkatkan kreatifitas dengan membuka berbagai macam usaha untuk menggerakan roda perekonomiannya ditengah waktu luangnya. Baik itu yang masih berkaitan dengan pendidikan ataupun usaha di bidang lainnya.

"Ada guru yang memulai usaha di bidang jual beli, seperti kemarin ada yang berbisnis jual beli mainan. Ada juga yang jemput bola. Misalnya di Sumenep, ada beberapa guru yang berkenan untuk memberikan les privat dengan datang ke rumah-rumah. Tapi tetap mematuhi protokol kesehatan, pakai masker dan jaga kebersihan," jelas Teguh.

Dirinya juga menyebutkan, bagaimana pun guru harus mampu merubah pola pikirnya meskipun berada di daerah pelosok, mereka harus lebih kreatif dalam membawa bagaimana suasana pembelajaran bisa tetap berlangsung.

Guru banyak melakukan cara untuk menyampaikan ilmunya di daerah pelosok/pedesaan yang kondisi teknologi dan jaringannya tidak memadai. Mereka melakukannya di balai desa, masjid, dan masih banyak tempat lagi. Tentu tetap dengan menerapkan protokol kesehatan demi kesehatan para siswa. adt/byt/tyn/pat/rm

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU