Home / Opini : ANALISIS POLITIK

Kaesang, Aji Mumpung

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 07 Jun 2023 21:14 WIB

Kaesang, Aji Mumpung

i

Analisis Politik Raditya Mohammer Khadaffi

Anak bungsu Presiden Jokowi, akan maju calon Wali Kota Depok. Ketua DPP PDIP Puan Maharani menanggapi positif wacana Kaesang berlaga di Depok. "Untuk Mas Kaesang, boleh juga ya masuk Depok," kata Puan saat jumpa pers di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/6/2023).

Sebelumnya, PSI, partai pertama yang mengusungnya. Foto Kaesang sudah bertebaran di beberapa tiang. Kaesang, berbaju putih, membawa bunga. Back ground belakang ada tulisan PSI. Belakangan ini muncul wacana, Gerindra, juga akan mendukung.

Baca Juga: Peran Shin Tae Yong Bangun Team Work

Ada yang aneh dari perilaku Kaesang. Tiba-tiba ia berkata juga ingin calonkan Bupati Sleman, Jogja. Alasannya, ini kota kelahiran istrinya, Erina Sofia Gudono, finalis Puteri Indonesia DIY.

Belum ikut parpol sudah pilih pilih jabatan di Depok atau Sleman, Kaesang bisa dituding aji mumpung, kemaruk, senyampang dan ataubmemanfaatkan momen ayahnya yang masih berkuasa sampai 2024.

Saya tak bisa remehkan anak bungsu jokowi dicap kemaruk?

Baru masuk dunia politik usai menikah, Kaesang ingin jadi Wali kota Depok atau Bupati Sleman. Bisa jadi pilihannya berlebih-lebihan. Ini karena ia anak presiden.

Artinya, Kaesang juga bisa memanfaatkan situasi dan kondisi ayahnya untuk kepenting diri sendiri. Sebab bisa jadi setelah tahun 2024, ia tak bisa "minta" jabatan kepala daerah.

Dalam filosofi Jawa, anak-anak kelahiran Jateng, Jogja dan Jatim juga diajarkan untuk menjauhi sifat aji mumpung, yaitu salah satu penyakit mental yang perlu kita waspadai dan hindari karena akan berujung pada keserakahan dan penyesalan.

Aji Mumpung bagi orang Jawa merupakan istilah populer di masyarakat yang kurang lebih bermakna selagi ada kesempatan kapan lagi.

Istilah tersebut telah berubah menjadi negatif karena istilah itu, kini menjelma menjadi prinsip dan cara instan orang tertentu dengan memanfaatkan peluang atau mengambil manfaat dari situasi dan kondisi yang ada. Dengan kelemahan aturan atau kelemahan orang lain, dia akan memanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Contoh: "Ayo Pak, mumpung masih menjabat, kapan lagi. Ingat lho pak, kesempatan belum tentu datang lagi, jangan sampai nanti menyesal." Kira-kira demikian percakapan yang sering terjadi terkait aji mumpung.

Padahal, aji mumpung tidak selamanya berkonotasi negatif, tapi dapat juga kita maknai secara positif, seperti :

“Mumpung ada kesempatan ayo kita gunakan untuk menimba ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya."

 

***

 

Lantas, apa syarat menjadi wali kota atau bupati? Untuk menjadi calon kepala daerah tingkat kota/kabupaten, Kaesang bisa menempuh dua cara, yaitu melalui partai politik atau maju perseorangan alias independen yang dibuktikan dukungan e-KTP warga.

Ketentuan soal pilkada dalam hal ini jalur perseorangan, diatur dalam Pasal 41 UU 10 Nomor 2016. Calon perseorangan dapat mendaftarkan diri sebagai calon kepala daerah jika memenuhi syarat dukungan jumlah penduduk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada pemilu paling akhir.

Sementara dukungan partai politik untuk maju Pilkada diatur dalam Pasal 40 Ayat 1 UU Pilkada, sebagai berikut:

"Partai Politik atau gabungan Partai Politik dapat mendaftarkan pasangan calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPRD atau 25% dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan."

Kini, Kaesang Pangarep, tiba-tiba muncul dalam bursa calon Wali Kota Depok dan dibicarakan di media sosial. Kok berani? Padahal Kaesang, bukan warga Depok. Ia bukan kader partai mana pun. Bisa jadi Kaesang tahu, yang menguasai Depok selama 20 tahun adalah golput (golongan putih). Artinya, selama ini, warga Depok tidak mau memilih karena orang yang tampil itu-itu saja. Jadi, golput yang selama ini menang.

Pada tahun 2020, angka golput memperoleh suara terbanyak alias unggul dalam hasil rekapitulasi suara final.

Konon pemilih Kepala Daerah (Pilkada) Kota Depok, pada Pemilu 2024 diperkirakan berlangsung seru. Hal tersebut karena tidak ada lagi calon petahana, sehingga perebutan jabatan orang nomor satu di Kota Depok akan makin sengit. Kayaknya, Kaesang ingin mengisi "ruang golput" sehingga menyiapkan diri bertarung.

Selain Depok, ia juga ingin incar jabatan Bupati Sleman. Alasannya, salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ini "tanah kelahiran istrinya.

Kini, adik dari Gibran Rakabuming Raka itu, menegaskan akan maksimal menyiapkan strategi kampanye untuk terjun ke dunia politik. "(Gencar Kampanye) Pasti, melakukan sesuatu all out," ujarnya.

Walaupun belum diungkapkan secara resmi, tetapi kabar keinginan Kaesang terjun ke dunia politik telah direspons oleh sejumlah partai politik (parpol) di Indonesia. Kok bisa? Apa Kaesang, punya keunggulan kompetitif dan komparatif? Walahualam.

Secara akal sehat, saya heran ada di antara parpol ini membuka pintu lebar bagi Kaesang bila ingin bergabung. Termasuk PDIP.

Nyatanya, putra Bungsu Presiden Joko Widodo ini mengaku telah memantapkan keinginannya terjun ke dunia politik.

Tapi Kaesang belum menentukan mengenai wilayah pencalonannya, namun dia telah mengantongi nama dua daerah sebagai pertimbangan.

Menurut catatan jurnalistik saya, Pada 31 Januari 2023, suami Erina Gudono itu secara langsung mengungkapkannya saat pulang ke Surakarta di depan sang kakak, Gibran, dan ayahnya, Joko Widodo. Gibran mengungkapkan sang adik baru sebatas bertanya-tanya dan belum diketahui secara pasti rencana politik Kaesang ke depannya, termasuk pilihan parpol untuknya melabuhkan diri. "Kampanye, (Maju Pilkada) Solo, Sleman juga boleh," ujarnya saat ditemui di Kota Solo, Minggu (4/6/2023).

Adik dari Gibran Rakabuming Raka itu, menegaskan akan maksimal menyiapkan strategi kampanye untuk terjun ke dunia politik. Ia juga berkelakar akan saingi Gibran.

Baca Juga: Hakim MK Berpikir Sempit atau Serap Rasa Keadilan

Ini jika dirinya mencalonkan sebagai Wali Kota, pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Perkataan Kaesang ini, menyusul pernyataan Gibran Rakabuming Raka melarang adiknya untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo. Sebelumnya, Gibran tidak menyarankan Kaesang maju di Pilkada Kota Solo untuk menggantikan dirinya sebagai wali kota.

"Sepakat dengan PKS, sekalian tidak usah di Depok. Jangan di Solo, juga. Nambahin saingan. Ya logis saja (melarang) karena bukan orang Depok. Kecuali kalau Kaesang dari kecil tinggal di Depok, sekolah di Depok, ya itu monggolah ya," kata Gibran.

Meski demikian, ayah Jan Ethes Srinarendra ini menginformasikan selain Depok dan Solo, dukungan untuk Kaesang maju Pilkada Klaten juga sempat disampaikan oleh netizen Twitter. Namun, Kaesang menolak dukungan netizen tersebut.

"Mas dadio bupati klaten wae, dadi nyen meh bolak-balik Sleman-Solo lumayan cedak,,," cuit @Aji*** Senin (27/2/2023) lalu.

Kaesang menolak. Alasannya tak ingin maju Pilkada Klaten, karena kota tersebut tidak memiliki bioskop. "Moh. Gak ada bioskop," jawab Kaesang.

 

***

 

Sebagai jurnalis saya pernah ditanya politisi Surabaya, kok gampangnya seorang pebisnis "Sang Pisang" bisa nunjuk jabatan wali kota kota A atau bupati kabupaten B.

Apa prestasinya? Kaesang Pangarep , putra bungsu Presiden Jokowi terbilang salah satu pengusaha muda yang konon cukup sukses di dunia bisnis. Saat usianya masih 23 tahun Kaesang telah memiliki sejumlah bisnis seperti kuliner hingga aplikasi.

Pria kelahiran Solo, 25 Desember 1994 ini membangun bisnis Sang Pisang awalnya bersama Ansari Kadir. Sejak 2017, Ansari bersama Kaesang berjuang membangun bisnis Sang Pisang.

Mereka mencoba berbagai cara untuk menghasilkan produk kuliner yang disukai lidah orang Indonesia. Ari dan Kaesang akhirnya patungan modal masing-masing Rp 15 juta membuat bisnis nugget pisang dengan membangun gerai perdana di Cempaka Mas.

Lantas, apakah prestasi dari Kaesang Pangarep dibisnis ini bisa tertarik untuk terjun ke dunia politik tersebut? .

Apa ia ingin meniru ayahnya, kakaknya dan kakak iparnya? Apa ia ingin menambah politik dinasti di Indonesia?

Baca Juga: Gus Muhdlor, Mendadak Sakit, Jumat Kelabu Urung

Hasil dialog dengan politisi muda Surabaya, mereka bilang tidak gampang jadi seorang pemimpin.

Ada politik yang mengawali belajar Ilmu Politik yaitu kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Mereka mengambil studi Ilmu Politik. Masa-masa kuliah dihabiskan dengan belajar, berorganisasi dan membangun relasi dengan para aktivis. Antara lain gabung di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Jika nantinya Kaesang benar-benar terjun ke dunia politik, tanpa ikuti jenjang pengkaderan di partai, ia harus lebih dikritisi. Ada kekhawatiran Kaesang akan menambah dinasti politik keluarga Jokowi.

Tak salah ada yang menuding, Kaesang hanya sedang memanfaatkan momentum. Kaesang bisa berhitung tak mungkin maju pilkada setelah Pemilu 2024, saat Jokowi lenggser.

Ini bisa disebut Kaesang sedang memanfaatkan momentum kekuasaan Jokowi .

Tak keliru, ada model dari Kaesang, Gibran dan Bobby untuk membentuk isu politik dinasti baru.

Catatan jurnalistik saya, Kaesang Pangarep, pernah dilaporkan ke polisi karena ujaran 'dasar ndeso' dalam vlog di akun YouTube miliknya. Di video tersebut, Kaesang memang menyebut frasa 'dasar ndeso'. Siapa yang disindir Kaesang?

Secara nalar, ucapan Kaesang yang clometan seperti itu menunjukan ia bukan politisi matang.

Clometan ini tak senyawa dengan embel-embel gelarnya, kuliah di luar negeri. Catatan jurnalistik saya, Kaesang Pangarep baru melejit setelah mengambil alih klub sepakbola, Persis Solo.

Bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan pengusaha muda lokal Kevin Nugroho, Kaesang berhasil membawa Persis Solo menjadi juara Liga 2.

Kesuksesan putra bungsu Presiden Jokowi mengurus Persis Solo juga ditunjukkan dengan banyaknya sponsor yang terpampang pada Jersey Persis Solo. Saat ini terdapat lebih dari 5 perusahaan yang menjalin kerjasama.

Lalu, Persis Solo menjalin kerjasama dengan Uni Emirat Arab. Keluarga Presiden UEA sendiri mempunyai klub elit di Liga Premier Inggris, Manchester City.

Pertanyaannya ia mengincar jabatan wali kota atau bupati, karena jabatan ini sangat bergengsi?

Mau bukti? Lihat pemilukada di berbagai Kota/Kabupaten di Indonesia. Sangat semarak dan heboh.

Money politics menjadi bagian tak terpisahkan dari proses ini. Konon, seorang kandidat wali kota/bupati bisa menghabiskan uang hingga puluhan miliar. Adakah Kaesang punya dana puluhan miliar yang disebar untuk Pilkada? Ora eruh? ([email protected])

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU