Kasus Covid-19 di Indonesia Meningkat Drastis, Media Asing: Vaksin Sinovac Gagal

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 11 Jul 2021 10:12 WIB

Kasus Covid-19 di Indonesia Meningkat Drastis, Media Asing: Vaksin Sinovac Gagal

i

Vaksin Sinovac pertama kali disuntikkan kepada Presiden RI Joko Widodo.

SURABAYAPAGI.com, Jakarta – Melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia hingga per hari bisa mencapai 35.000-40.000 kasus positif, disoroti berbagai media asing. Padahal, program vaksinasi sedang dicanangkan oleh pemerintah dengan mendatangkan vaksin impor seperti Sinovac (China), Astrazeneca (Inggris), Sinopharm (UEA), Novavax (AS), Moderna (AS), Pfizer-BioNTech.

 

Baca Juga: Vaksin Booster Covid-19 Kedua Harus Bayar Rp100 Ribu

Dari catatan SurabayaPagi.com, sejak program vaksinasi di Indonesia, vaksin Sinovac sudah mayoritas telah disuntikkan hampir separuh warga Indonesia yang sudah divaksin. Data pemerintah per 9 Juli 2021, Indonesia telah menerima 119.735.200 dosis vaksin Covid-19. Sebanyak 108,5 juta di antaranya vaksin Sinovac.

 

Sementara sekitar 8,2 juta dosis adalah vaksin AstraZeneca dari fasilitas COVAX, 1,5 juta dosis vaksin Sinopharm, 998 ribu dosis vaksin AstraZeneca dari Jepang, dan 500 ribu dosis vaksin Sinopharm dari Uni Emirat Arab (UEA).

 

Data Satgas Penanganan Covid-19 per 10 Juli 2021 menunjukkan, sebanyak 36.193.076 orang telah divaksinasi dengan dosis pertama, dan 14.969.330 orang telah divaksinasi penuh.

 

Di antara mereka yang telah divaksin secara penuh adalah tenaga medis yang masuk kelompok prioritas. Tetapi hampir seluruh tenaga medis sudah divaksinasi, ratusan dari mereka terpapar Covid-19 dan puluhan di antaranya meninggal dunia.

 

Hal itu disoroti oleh sejumlah media asing, termasuk WION TV dari India. Dari siarannya pada 28 Juni 2021, WION menyimpulkan, banyaknya kematian di antara tenaga medis di Indonesia setelah vaksinasi merupakan bukti vaksin Sinovac telah gagal.

 

"Indonesia telah menandatangani pembelian puluhan juta dosis vaksin Sinovac dengan China pada Agustus 2020. Sepuluh bulan kemudian, vaksin buatan China telah memicu krisis," ujar penyiar.

 

Menurut WION TV, sedikitnya 20 dokter di Indonesia telah meninggal dunia, meski mereka sudah divaksinasi penuh dengan Sinovac. Selain itu, masih ada 31 kasus yang masih diinvestigasi.

 

Dari 90 persen atau 160 ribu tenaga kesehatan yang sudah divaskinasi Sinovac, banyak dari mereka terpapar Covid-19.

 

Baca Juga: Jatim Berikan Vaksinasi Booster Kedua Secara Gratis

Di Kudus, 358 tenaga kesehatan positif Covid-19 dari pertengahan hingga akhir Juni. Pada bulan itu, 300 tenaga kesehatan di Jawa Tengah juga terinfeksi.

 

"Sistem kesehatan Indonesia hampir kolaps, di tengah pertanyaan mengenai efektivitas vaksin China," lanjutnya.

 

Namun menurut WION, Indonesia tidak sendiri. Ada beberapa negara yang "menyesali" keputusan menggunakan vaksin China.

 

Sejauh ini, China telah mengekspor 729 juta dosis vaksin ke 43 negara, sebanyak 25 juta dosis di antaranya merupakan donasi.

 

Di Mongolia, 52 persen populasinya telah divaksinasi, mayoritas dengan Sinovac. Namun pada Juni, kasus harian di Mongolia naik dua kali lipat dari bulan sebelumnya, menjadi di atas 2.000.

Baca Juga: Surabaya Mulai Gelar Vaksinasi Booster Kedua

 

Situasi serupa terjadi di Seychelles. Negara di timur laut Madagaskar itu telah memvaksinasi 64 persen populasinya. Namun kasus Covid-19 per kapitanya lebih tinggi dari India.

 

Sementara Bahrain, 60 persen dari vaksin yang digunakan adalah Sinovac. Saat ini publik di Bahrain menuntut agar vaksin tersebut diganti.

 

Selain memicu pertanyaan mengenai rendahnya efikasi vaksin Sinovac, WION menyebut, situasi ini mengungkap adanya politik dalam infrastruktur kesehatan global.

 

Sinovac telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 1 Juni, dengan alasan efikasinya memenuhi standar. Tetapi dengan banyaknya negara yang mengandalkan Sinovac namun mengalami lonjakan infeksi, WION merekomendasikan agar penilaian tersebut dievaluasi kembali. (rm/er/cr2/rmc)

Editor : Raditya Mohammer Khadaffi

BERITA TERBARU