Keduluan Musim Hujan, Petani Semangka Gagal Panen

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 04 Nov 2020 18:23 WIB

Keduluan Musim Hujan, Petani Semangka Gagal Panen

i

Caption: Lahan semangka terendam air, petani ini harus memanen dini meski belum waktunya. SP/MUHAJIRIN KASRUN

SURABAYA PAGI, Lamongan - Sebagian petani semangka di Lamongan harus gigit jari, lantaran hasil tanamannya yang sudah berbuah harus diambil paksa setelah hujan mengguyur beberapa hari ini dan menggenangi tanaman semangka.

Para petani yang harus menelan kerugian itu adalah petani di Desa Banteng Putih Kecamatan Karanggeneng, Lamongan. "Prediksi kita meleset, biasanya tahun sebelumnya bulan ini hujannya masih biasa, tapi beberapa hari ini hujannya begitu lebat, sehingga menggenangi tanaman, semangkanya jadi timbul," kata Yanto petani setempat.

Baca Juga: Bocah di Lamongan Tewas Tenggelam di Telaga

Padahal lanjut Yanto, para petani di Desanya sangat mengharapkan hasil panennya mampu untuk bertahan dimasa pandemi yang sampai saat ini masih melanda. "Kami sedih tanaman semangka dan melon ini yang kita harapkan bisa menambah inkam di tengah kondisi masih pandemi," ungkapnya.

Saat ini petani hanya bisa pasrah dan membiarkan semangka dan melon tersebut membusuk di sawah. Kalaupun ada yang memanen dini itu dilakukan secara cepat disaat buah masih belum matang sepenuhnya. 

"Seharusnya kami (para petani,red) bisa menikmati panen kini terpaksa harus menerima kenyataan. Tanaman semangka dan melon terendam air sehingga membusuk, selain itu juga ditambah serangan hama tikus," terangnya.

Baca Juga: Kupatan Tanjung Kodok, Lestarikan Tradisi dan Promosi Wisata Lamongan

Satu hektar lahan, menurut Yanto, biasanya bisa menghasilkan 2 ton semangka atau melon. Jumlah tersebut jika habis terjual bisa menghasilkan uang setidaknya Rp. 35 juta. Sementara, biaya produksi selama menanam semangka atau melon ini mencapai hampir Rp. 10 juta. "Dengan adanya cuaca buruk dan serangan hama tikus ini, petani rata-rata hanya memperoleh uang Rp. 1 juta per hektar. Sangat jauh dari biaya produksi yang telah kami keluarkan," akunya. 

Kondisi ini, terang Yanto, diperparah dengan harga Semangka dan Melon yang juga anjlok.  Jika sebelumnya perkilo bisa seharga Rp. 5 ribu hingga Rp. 6 ribu, kini semangka atau melon tersebut hanya seharga Rp. 1.400 saja. Akibat gagal panen ini, hasil panen yang biasanya bisa mencapai hasil maksimal kini dibiarkan saja membusuk di sawah. "Pasrah saja mas, semoga musim depan cuaca lebih bersahabat dan serangan hama tikus bisa dikendalikan," harap Yanto. 

Baca Juga: Hari Pertama Masuk, Layanan Publik Lamongan Mulai Beroperasi

Kondisi serupa juga diakui oleh Zuli, petani semangka dan melon Desa Latukan, Kecamatan Karanggeneng. Zuli juga menyebut petani semangka di desanya juga mengalami hal yang sama. Yuli menyebut, petani di desanya juga pasrah dengan kondisi cuaca buruk yang menimpa tanaman mereka. "Sama mas (terkena cuaca buruk), pasrah saja," aku Yuli.

Sekedar diketahui, salah satu sentra tanaman semangka dan melon di Lamongan terdapat di Desa Latukan dan Desa Banteng Putih, Kecamatan Karanggeneng. Di 2 desa ini, ada lebih 200 hektar lahan pertanian yang di musim kemarau ditanami buah melon, semangka, sunrise serta Apollo.jir

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU