Kemenkes dan PDPI Beri Rekomendasi Obat Kombinasi Unair

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 15 Okt 2020 20:09 WIB

Kemenkes dan PDPI Beri Rekomendasi Obat Kombinasi Unair

i

Rektor Unair Prof Mohammad Nasih .SP/Byta Indrawati.

SURABAYAPAGI, Surabaya - Lima kombinasi obat COVID-19 yang sebelumnya telah diteliti dan diajukan oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dengan tiga kombinasi obat yang ditemukan dan telah melalui uji klinis.

Ketiga kombinasi obat itu ialah lopinavir-ritonavir-azithromycin, lopinavir-ritonavir-doksisiklin, dan terakhir yakni hidroksiklorokuin dan azithromycin.

Baca Juga: Empat Kampus di Surabaya, ikut Bergolak

Dari ketiga obat tersebut terdapat satu obat kombinasi yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menangani pasien COVID-19.

Begitu pula dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) merekomendasikan obat COVID-19.

Ditemui di Gedung Rektorat Unair Kampus C, Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengungkapkan bahwa obat kombinasi bisa digunakan oleh dokter untuk penanganan pasien, pada Kamis (15/10/20).

"Merekomendasikan obat yang kita kombinasikan untuk bisa digunakan untuk para dokter untuk penanganan. Bagi Unair ini sudah cukup dari pengakuan Kemenkes dan PDPI, uji kliniskan atau kita kombinasikan," ungkapnya.

Prof. Nasih juga mengatakan bila obat kombinasi, sudah sejak Agustus lalu menyampaikan ke BPOM, dalam beberapa progres dan catatan dari BPOM, progresnya Unair sedang menunggu.

"Cuman yang kita dengar sepertinya BPOM dan pemerintah fokusnya lebih banyak ke vaksin. Artinya, kalau obat kombinasi yang akan kita proses untuk di klinis ini relevansinya menjadi berkurang, karena fokus yang sangat dalam ke vaksin. Nampaknya pemerintah terpecah konsentrasinya ke satu hal saja," jelasnya.

Laporan itu juga telah disampaikan ke distribusi, yaitu TNI AD. Dimana sepenuhnya menjadi kewenangan dan hak pihak BIN untuk proses selanjutnya.

"Kita menunggu arahan BIN untuk selanjutnya kami bagaimana. Untuk laporan yang sudah kami berikan," terangnya.

Baca Juga: Aksi Ksatria Muda Airlangga, Tandingan UNAIR Memanggil?

Lanjutnya, Prof Nasih menyampaikan perkembangan dari senyawa bakal calon obat COVID-19 atau obat baru yang diteliti tim riset.

Senyawa ini secara uji in vitro (uji pada media buatan), uji labnya memiliki kekuatan lebih baik dari obat-obat yang sudah diuji.

"Dalam beberapa pekan kedepan siap minta izin untuk uji klinis. Artinya Terus diproses mendekati final untuk bisa dilakukan uji ke manusia. Proses pasti sangat panjang untuk obat baru ini," ujarnya.

Saat ini, obat baru ini sudah mendekati final untuk in vitro. Tinggal beberapa lagi, Unair sudah bisa melakukan uji klinis berikutnya.

Dari lima senyawa sudah diproses, hanya ada satu yang menjanjikan dan sebut bahan Unair tiga. Kemudian Unair akan mematenkan.

Baca Juga: Keresahan atas Pelaksanaan Pilpres 2024, Dirasakan juga oleh Puluhan Dosen Unair dan Unesa

"Obat baru memang sejak awal menjadi temuan kita dan kita patenkan. Kita sekarang sedang bekerja sama dengan kimia farma untuk bisa melakukan proses paten ini untuk beberapa hal karena kita butuh konsultan untuk proses mematenkan," jelasnya.

Menurutnya, meski nantinya sudah dipatenkan pun masih menjadi bakal calon obat COVID-19. Sebab, belum diuji klinis dan masih tahap in vitro."Karena masih perlu beberapa tahap lagi untuk bisa menjadi calon obat," ujarnya.

Tetapi, kata Nasih, formula Unair tiga tertentunya harus patenkan terlebih dulu. Sehingga, ketika ada orang lain yang menggunakan harus meminta izin kepada yang punya paten.

"Harus mencantumkan di tabelnya kalau itu bahan Unair tiga sebagai antiviral yang kita temukan. Sementara namanya Unair tiga, kemarin ada Unair satu, dua, tiga, empat dan lima yang proses jalan bagus hasilnya Unair tiga," pungkasnya.Byt

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU