Kemenperin Optimistis Ekspor Coklat Tetap Tumbuh Meski Ada Resesi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 13 Nov 2022 13:29 WIB

Kemenperin Optimistis Ekspor Coklat Tetap Tumbuh Meski Ada Resesi

i

Foto ilustrasi.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta -  Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis ekspor coklat tetap terjaga meski di tengah adanya ancaman resesi tahun 2023. Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, cokelat akan dicari ketika terjadi krisis ekonomi.

“Beda sekali pola konsumsi coklat dengan produk lain. Kalau orang stres, dia akan banyak mengkonsumsi coklat sehingga kita tidak khawatir dengan pertumbuhan ekspornya,” kata Putu di Jiexpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (12/11/2022).

Baca Juga: Miliki Fasilitas IPAL, Sentra IKM Batik Kota Mojokerto Menjadi Terlengkap se Indonesia

Putu menyebut sebanyak 85 persen produk kakao intermediate diekspor ke 96 negara atau volumenya mencapai 319,43 ribu ton dengan nilai mencapai 1,08 miliar dolar AS.

"Itu kemudian diekspor ke 96 negara. Di antaranya Amerika, India, China, Estonia dan Malaysia," ujar Putu.

Kegiatan promosi terkait produk kakao Indonesia berkualitas tinggi pun akan terus dilakukan.

Baca Juga: Berpotensi Kembangkan IKM, Menperin Genjot Industri Modifikasi Otomotif

“Mudah-mudahan ini akan meningkatkan konsumsinya. Kita akan terus melakukan sosialisasi kemampuan Indonesia menghasilkan coklat berkualitas,” tuturnya.

Adapun pasar ekspor masih menjadi fokus utama industri kakao intermediate, sementara konsumsi dalam negeri diyakini akan terus bertumbuh seiring dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita.

“Ini sudah kita siapkan untuk memenuhi peningkatan permintaan karena Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke tujuh di dunia. Dari sisi produksi, kita sudah melakukan penguatan-penguatan dengan berbagai model pengembangan,” jelasnya.

Baca Juga: Interkoneksi Sistem Informasi Pacu Industri Kayu dan Furniture Nasional

Selain itu, pemerintah juga terus membuka investasi pada industri kakao dengan memberikan insentif, terutama untuk meningkatkan produksi dan utilisasi setiap pabrik yang saat ini rata-rata baru mencapai 54 persen.

“Jadi ruang produksi masih besar, pasarnya juga terbuka. Sehingga kita coba ngobrol dengan Kementerian Pertanian juga untuk meningkatkan bahan baku guna memenuhi kebutuhan,” pungkasnya. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU