Kemunculan 3 Gejala Baru Covid-19, Mulai dari Tinnitus Hingga Vertigo

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Mar 2021 10:10 WIB

Kemunculan 3 Gejala Baru Covid-19, Mulai dari Tinnitus Hingga Vertigo

i

Vertigo yang dikaitkan dengan saah satu gejala baru Covid-19. SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Covid-19 kembali menunjukkan gejala baru pada penderitanya. Gejala utama Covid-19 biasanya berupa suhu tinggi, batuk terus-menerus, dan hilangnya atau berubahnya rasa dan bau. Beberapa orang juga mengalami kelelahan, nyeri dan sakit kepala dan diare. Sementara gejala Covid-19 serius mencakup sesak napas, nyeri dada, dan kehilangan kemampuan bicara menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kini setidaknya ada tiga gejala lain yang bisa diderita oleh pasien, yakni tinnitus, gangguan pendengaran, dan vertigo. Para peneliti dari The University of Manchester dan Manchester Biomedical Research Center telah menemukan 56 studi yang mengidentifikasi hubungan antara Covid-19 dan gangguan pendengaran serta vestibular.

Mereka mengumpulkan data dari 24 studi untuk memperkirakan prevalensi gangguan pendengaran adalah 7,6%, tinnitus 14,8% dan vertigo 7,2%. Sistem vestibular mencakup bagian telinga bagian dalam dan otak yang memproses informasi sensorik yang terkait dengan pengendalian keseimbangan dan gerakan mata.

Peneliti menggunakan data berupa kuesioner atau catatan medis yang dilaporkan sendiri untuk mendapatkan gejala terkait Covid-19, daripada tes pendengaran yang lebih andal secara ilmiah.

Profesor di Universitas Manchester dan Kepala Kesehatan Pendengaran Pusat Penelitian Biomedis Manchester (BRC) Kevin Munro mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk studi klinis dan diagnostik yang dilakukan dengan hati-hati untuk memahami efek jangka panjang dari Covid-19 pada sistem pendengaran.

“Meskipun tinjauan ini memberikan bukti lebih lanjut untuk sebuah asosiasi, penelitian yang kami amati memiliki kualitas yang berbeda-beda sehingga butuh penelitian lebih lanjut,” katanya, Kamis (25/3/2021).

"Juga diketahui bahwa virus seperti campak, gondok, dan meningitis dapat menyebabkan gangguan pendengaran, sedikit yang dipahami tentang efek pendengaran dari virus Sars-CoV-2," lanjutnya.

Prof Munro memimpin penelitian selama setahun di Inggris untuk menyelidiki kemungkinan dampak jangka panjang dari virus Korona pada pendengaran.

Paul Johnson (53) dirawat di rumah sakit pada bulan Desember dengan virus corona dan sejak itu menderita tinitus. "Terdengar seperti ada peluit dengan nada yang sangat tinggi dan melengking di telinga," kata Johnson.

 Johnson pertama kali menyadari suara itu dua minggu sebelum dia dirawat di rumah sakit. Dia mengatakan, suara itu menjadi lebih mengganggu sejak saat itu. "Suara itu lebih mengganggu di malam hari, saat tidak ada suara di sekitar kita, tidak ada bunyi TV dan sebagainya maka suara siulan itu terus menerus muncul," katanya.

"Saya pikir, saat ini saya menganggapnya sebagai hal yang bisa ditangani. Saya tidak bisa mengatakan itu membuat saya tetap terjaga, tetapi saya berharap suara itu tidak terdengar lebih keras atau lebih jelas."

Lebih lanjut, Prof Munro bersama timnya berharap dapat memperkirakan secara akurat jumlah dan tingkat keparahan gangguan pendengaran terkait Covid-19 di Inggris. Studi terbaru ini diterbitkan dalam International Journal of Audiology, didanai oleh NIHR Manchester Biomedical Research Center. Dsy5

 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU