Kenaikan Harga Gurami Rawan Manipulasi Timbangan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 23 Nov 2020 11:07 WIB

Kenaikan Harga Gurami Rawan Manipulasi Timbangan

i

Ikan yang baru panen sebelum dinaikkan kendaraan harus ditimbang. SP/ JT

SURABAYAPAGI.com, Tulungagung - Harga penjualan ikan gurami di Tulungagung pelan-pelan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Harga ini tergolong normal dan bahkan diprediksi bisa naik kembali lantaran ketersediaan gurami siap konsumsi sudah mulai jarang. Berawal dari Rp 16 ribu per kilogram, kini harga gurami mendekati Rp 30 ribu timbangan basah dan hampir Rp 25 ribu timbangan kering, Senin (23/11/2020).

Meskipun ada kenaikan harga gurami, pembudidaya tetap wajib waspada. Pasalnya, kondisi tersebut rawan pencurian dan terancam manipulasi timbangan saat panen tiba. Hal ini terjadi di banyak tempat, bahkan pembudidaya tak segan mengutarakan pengalamannya di media sosial.

Baca Juga: Cuaca Buruk, Ratusan Nelayan di Tulungagung Enggan Melaut

"Risiko ikan itu saat dipelihara kan mati. Nah namun hitungan randemen (berat umum) gurami ini kan bisa dihitung dari habis berapa konsentrat (pelet) yang diberikan," kata SM.

Lanjutnya, satu kolam menurutnya, dimasuki nener 1.500 ekor. Dalam perjalanan waktu, ikan SM mati mencapai angka 500-an sehingga ikannya tinggal 1.000-an ekor.

Selama hampir setahun, SM memberikan ikannya 21 zak. Sehingga jika logikanya per 30 kilogram pelet bertambah berat ikan 20 kilogram. Maka ikan miliknya seharusnya mendapat 4,2 kwital.

"Faktanya, 8 gronjong ikan hanya seberat 2 kwital saja. Ini sungguh terlalu," ujarnya.

Baca Juga: 3 Pasangan Bukan Suami Istri di Razia Petugas Gabungan

Dirinya mengaku salah, karena mencari pembeli ikan dari media sosial Facebook. Namun, sebagai pembeli, dikatakan SM, tidak pantas punya tabiat mencuri timbangan untuk mencari keuntungan.

Pengalaman serupa dialami PG (inisial) pembudidaya asal Ngunut. Dirinya mengatakan, pernah tertipu pembeli ikannya saat pertama kali tahun 2002 lampau. "Kelihatannya timbangan di angka 0 tapi tidak lurus. Setelah ditambah 2 kilogram baru lurus," kata PG.

Biasanya pembeli pandai menciptakan situasi. Saat timbangan pertama hingga beberapa timbangan terlihat normal, namun akan beraksi pada timbangan kesekian kalinya.

Baca Juga: Pemerintah Jaga Ketersediaan Pupuk Bagi Petani Tulungagung - Kediri

Bagi PG, jika pembeli minta tambah berat timbangan adalah wajar. Namun, jika terlalu banyak maka dipastikan pembudidaya akan terlalu banyak mengalami kerugian. "Jika pertimbangan minta satu ekor saya pikir wajar. Namun, jika timbangan sudah anget masih minta satu ekor lagi ini kan mau menang sendiri," imbuhnya.

Jika harga basah dan kering hanya selisih Rp 3 ribu, PG lebih memilih timbangan kering karena dianggap lebih fair. Dsy11

 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU